Liputan6.com, Jakarta - Sepuluh hari terakhir puasa Ramadan disebut sebagai malam-malam datangnya Lailatul Qadar. Malam ini sangat dinantikan oleh semua umat Muslim, karena malam ini merupakan malam mulia yang nilainya lebih baik dari 1.000 malam.
Lailatul Qadar sedemikian agung sehingga tidak terjangkau oleh nalar manusia, kecuali Allah SWT atau Rasulullah SAW menyingkap sebagian darinya.
Baca Juga
Disebutkan, Lailatul Qadar datang pada malam-malam ganjil di hari-hari terakhir bulan Ramadan. Namun, tidak seorang pun yang mengetahui pasti kapan kedatangannya. Selama ini umat Islam hanya membaca tanda-tandanya.
Advertisement
Betapa mulianya malam Lailatul Qadar, karena mampu membawa seorang hamba pada ketakwaan yang hakiki.
Lalu bagaimana caranya agar bisa bertemu malam Lailatul Qadar? Dilansir dari situs nu.or.id, untuk bertemu dengan malam Lailatul Qadar, seorang hamba sesungguhnya bisa mempersiapkan diri sejak awal Ramadan.
Artinya kebaikan harus bersifat kontinu, sebagaimana kemulian yang ditunjukkan pada malam Lailatul Qadar dan dampaknya terhadap kehidupan di masa-masa yang akan datang.
Penulis Kitab Tafsir Al-Misbah Prof Dr Muhammad Quraish Shihab mengungkapkan amalan-amalan agar seorang hamba bisa bertemu malam Lailatul Qadar.
Pertama, Alquran menyatakan, bahwa dalam malam Lailatul Qadar, Malaikat turun (QS Al-Qadr: 4). Ketika Malaikat turun dan mengunjungi seseorang, Malaikat senang dengan kebaikan, melingkupi kebaikan apa saja.
Malaikat mendukung manusia yang berbuat baik. Dengan demikian, melakukan kebaikan secara terus-menerus bisa mengantarkan manusia mendapatkan malam Lailatul Qadar.
Lalu kebaikan yang seperti apa? Berbuat baik juga terkait dengan kesempatan dan waktu. Artinya, manusia jangan menunda kebaikan, apalagi ketika orang lain sangat membutuhkan bantuan dan kebaikan tersebut saat itu juga. Di situlah malam kemuliaan akan datang kepada manusia yang Malaikat juga turut datang kepadanya.
Kedamaian Sampai Fajar
Kedua, di malam Lailatul Qadar ada kedamaian sampai fajar (QS Al-Qadr: 5). Artinya, damai dengan diri dan damai dengan orang lain. Damai itu ada damai aktif dan ada damai pasif. Misal ketika manusia naik bus, banyak orang di bus, lalu hanya duduk diam, tidak menyapa samping kiri dan samping kanannya. Hal itu termasuk damai, tetapi damai pasif.
Lain halnya dengan damai aktif yaitu ketika saling menyapa atau memberi sesuatu kepada orang lain dengan tujuan yang baik. Hal ini juga berlaku bahwa ketika manusia tidak bisa memuji orang lain, tidak perlu memakinya. Kalau tidak bisa memberi sesuatu kepada orang lain, jangan lalu mengambil haknya.
Begitu juga kalau tidak bisa membantunya, jangan menjerumuskannya. Ini prinsip kedamaian yang dapat mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin seperti dijelaskan QS Al-Qadr ayat 5. Di saat itulah manusia mendapat malam kemuliaan, yaitu malam Lailatul Qadar.
Namun, yang harus diperhatikan adalah selain bertemu malam Lailatul Qadar, manusia juga mendapatkannya sehingga amalan-amalan baik harus dilakukan untuk mendapatkan kemuliaan malam tersebut.
Berikut QS Al-Qadr: 1-5
(1) إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan.
(2) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
(3) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
(4) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
(5) سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
Sumber: nu.or.id
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement