Cari Tahu Pantangan Terbesar Saat Sahur dan Buka Puasa Selama Jalani Puasa Ramadan

Biasanya, setelah imsak usai sahur Ramadan, orang-orang akan langsung kembali tidur.

oleh Devira PrastiwiLiputan6.com diperbarui 09 Mei 2019, 00:40 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2019, 00:40 WIB
Yuk, Berburu Aneka Takjil Menggoda di Pasar Benhil
Keramaian warga saat berburu makanan dan minuman untuk berbuka puasa atau takjil di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta, Kamis (17/5). Selain warga, kawasan ini juga ramai dikunjungi pekerja kantoran yang ingin mencari takjil. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Saat Ramadan, sahur menjadi salah satu yang terpenting agar bisa menjalankan ibadah puasa. Sahur biasanya dilakukan pada pukul 03.00 hingga 04.00 dini hari sebelum imsak dan salat Subuh.

Namun sayangnya, ada kebiasaan buruk yang dilakukan oleh kita saat Ramadan. Biasanya, setelah imsak, orang-orang akan langsung kembali tidur.

Menurut konsultan penyakit lambung dan pencernaan dari FKUI/RSCM Dr. dr. Ari Fahrial Syam, hal tersebut kurang baik jika dilakukan.

"Ada sebagian orang muslim yang langsung tidur setelah sahur. Hal ini dapat menyebabkan asam lambung balik arah kembali ke kerongkongan yang pada akhirnya bisa menyebabkan masalah pada saluran cerna atas mereka," ujar dr. Ari.

Selain itu, menurut dr. Ari, ada kebiasaan buruk lain yang juga sering dilakukan pada saat Ramadan, yaitu makan terlalu berlebihan saat berbuka diikuti dengan merokok.

"Dengan melakukan ini, Anda sebenarnya meningkatkan risiko untuk terjadinya masalah pada lambung, seperti dispepsia dan terutama jika Anda sudah mempunyai penyakit maag sebelumnya," ucap dr. Ari.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Penyakit GERD

[Bintang] Sering Lemas Saat Puasa? Begini Cara Mengatasinya
Atur Makanan Selama Berbuka Puasa ataupun Sahur. (Ilustrasi: iStockphoto)

Untuk diketahui, penyakit lambung bukan masalah sepele. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah penyakit pencernaan yang paling umum terjadi di dunia yang diderita lebih dari 10-20 persen populasi orang dewasa.

Dari studi berbasis populasi, prevalensi GERD berbasis gejala di Asia Timur adalah 2,5 persen-4,8 persen sebelum tahun 2005 dan 5,2 persen-8,5 persen dari tahun 2005 sampai 2010.

Di Asia Tenggara dan Barat, prevalensinya mencapai 6,3 persen -18,3 persen setelah tahun 2005, jauh lebih tinggi daripada angka di Asia Timur. Sampai saat ini, Indonesia belum memiliki data epidemiologi lengkap mengenai kondisi ini.

Gejala khas dari GERD adalah rasa panas di dada seperti terbakar dan ada sesuatu yang balik arah seperti ada yang mengganjal, atau disebut juga sebagai heartburn.

Namun, kriteria GERD yang berbeda telah dipublikasikan dari seluruh dunia termasuk di Asia dengan frekuensi gejala yang berbeda, dari seminggu sekali sampai bahkan setahun sekali. Selain itu, belum ada konsensus yang yang membedakan GERD dari dispepsia.

Heartburn yang berhubungan dengan GERD biasanya dialami setelah makan. Ada juga gejala GERD lainnya termasuk suara serak, radang tenggorokan, batuk kering kronis, terutama pada malam hari. GERD adalah penyebab umum batuk yang tidak dapat dijelaskan.

Tidak jelas bagaimana GERD menyebabkan atau memperparah batuk, atau bagaimana asma dan obat-obatan yang digunakan untuk mengobatinya dapat memperburuk GERD, menyebabkan peningkatan air liur mendadak, bau mulut, sakit telinga, dan nyeri dada.

 

Sumber: Vemale

Reporter: Zika Zakiya

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya