Aplikasi Waze Nilai Lalu Lintas Ramadan Meningkat Signifikan

Waze menilai, lalu lintas yang meningkat signifikan selama Ramadan disebabkan karena orang-orang memilih bepergian lebih banyak.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 01 Jun 2019, 21:40 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2019, 21:40 WIB
Ilustrasi aplikasi Waze (AFP Photo)
Ilustrasi aplikasi Waze (AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Selama bulan Ramadan, lalu lintas di jalan meningkat signifikan. Demikian menurut Waze. Aplikasi navigasi saat berkendara ini mengklaim punya lebih dari 4 juta pengguna aktif di Indonesia.

Rata-rata pengguna di Indonesia rupanya menghabiskan waktu sekitar 81 menit per hari di jalanan.

Waze menilai, lalu lintas yang meningkat signifikan selama Ramadan disebabkan karena orang-orang memilih bepergian lebih banyak.

Berdasarkan data dari Waze, waktu bepergian pengguna Waze telah meningkat hingga 44 persen dibandingkan bulan-bulan lainnya.

Saat Ramadan, pengguna Waze biasanya menempuh 29 kilometer per hari. Kemudian, lalu lintas diprediksi meningkat hingga 98 persen.

Sementara itu, jam sibuk biasanya berlangsung antara pukul 15.00 dan 20.00 di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bekasi, Surabaya, Medan, Bandung, dan lainnya.

Berdasarkan keterangan Waze yang diterima Tekno Liputan6.com, Sabtu (1/6/2019), lalu lintas terpadat diprediksi muncul pada pukul 17.00, ketika orang mulai meninggalkan rumah atau kantor. Asumsinya, orang pulang kantor jam 17.00 agar bisa buka puasa di rumah.

Dengan demikian, waktu yang disarankan untuk bepergian selama Ramadan adalah sebelum pukul 12.00 atau setelah pukul 21.00.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Jumlah Pengguna Waze Meningkat 26 Persen

[Bintang] 6 Tips Mudik Aman dan Nyaman dengan Mobil Pribadi
Supaya mudik dengan mobil pribadi berjalan aman dan nyaman, ini beberapa tips mudik yang wajib kamu ketahui. (Ilustrasi: (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Waze juga mencatat, ada peningkatan jumlah pengguna hingga 26 persen selama musim Ramadan.

Waze Indonesia Country Manager Marlin R. Siahaan mengatakan, berdasarkan kebiasaan pengguna di Indonesia, mereka bergegas pulang ke rumah atau tempat makan selama waktu sibuk agar bisa hadir tepat waktu untuk berbuka puasa.

"Mereka cenderung mencari rute alternatif menghindari kemacetan dan Waze adalah pilihan terbaik. Hal ini menjelaskan mengapa kami memiliki banyak Wazer baru selama Ramadan,” kata Marlin.

Pada Ramadan tahun lalu, ada tiga destinasi utama, yakni toko serba ada (4,1 juta nagivasi), restoran dan outlet makanan siap saji (1,5 juta navigasi), dan warung kopi dengan 391.000 navigasi.

Toko serba ada menjadi tujuan terbanyak, karena orang biasanya membeli makanan ringan atau minuman untuk mereka berbuka puasa saat mereka masih berada di jalan.

Restoran siap saji dan warung kopi juga menjadi destinasi populer karena dengan banyaknya cabang dan outlet tersebar di seluruh kota mudah untuk didatangi.

Selanjutnya, outlet dengan layanan drive-through terbukti lebih praktis bagi pengemudi.


Konsumsi Bahan Bakar Meningkat karena Mudik

Waze
Waze

Waze juga menyebut, konsumsi bahan bakar meningkat akibat bertambahnya orang yang bepergian.

Uniknya, mendekati Hari Idul Fitri merupakan waktu tersibuk pom bensin. Hal ini karena budaya “mudik” di Indonesia.

Akibatnya, bahan bakar lebih banyak dibutuhkan untuk perjalanan jauh, banyak orang pulang kampung atau pergi liburan.

“Seperti tahun-tahun sebelumnya, navigasi pada aplikasi Waze umumnya meningkat selama Idul Fitri, di mana orang-orang mengambil manfaat pergi “mudik” atau berkendara ke tujuan wisata,” katanya. Pada tahun 2018, terjadi 87 persen navigasi di Medan, 62 persen di Semarang, 42 persen di Surabaya, 34 persen di Bandung, dan 20 persen di Jakarta.

Angka tertinggi muncul di Medan diakibatkan oleh kurangnya infrastruktur transportasi umum di kota tersebut.

Sebaliknya, kilometer berkendara tertinggi Wazer terjadi di Semarang (148 persen), diikuti Surabaya (95 persen), Bandung (53 persen), Medan (48 persen), dan Jakarta (25 persen).

“Hal ini terjadi karena orang diharuskan mengemudi lebih jauh dari segi jarak di Semarang,” ucap Marlin.

(Tin/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya