Jemaah Haji Asal Yogyakarta Diminta Mewaspadai Heat Stroke

Kondisi cuaca yang tengah terik-teriknya harus menjadi perhatian khusus para jemaah haji di Tanah Suci Makkah.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jul 2019, 17:00 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2019, 17:00 WIB
Muhammad Ali/Liputan6.com
Cuaca panas hingga mencapai 41 derajat celcius membuat jemaah haji banyak minum (Muhammad Ali/Liputan6.com)

Liputan6.com, Yogyakarta Jemaah haji asal Kota Yogyakarta yang akan diberangkatkan ke tanah suci Makkah diminta mewaspai potensi serangan panas atau “heat stroke” akibat suhu udara yang diperkirakan bisa mencapai 50 derajat Celsius selama masa haji.

“Perbedaan suhu udara yang cukup signifikan, serta rendahnya kelembaban udara bisa menyebabkan jemaah calon haji yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang baik rentan terserang berbagai penyakit, termasuk heat stroke,” kata Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Lana Unwama di Yogyakarta, Rabu (3/7/2019), seperti dikutip dari Antara.

Untuk mengantisipasinya, Lana mengimbau seluruh jemaah haji untuk melakukan berbagai upaya pencegahan. Salah satunya menghindari tempat-tempat yang panas atau terik dan selalu mengenakan alat pelindung diri saat berada di area terbuka yang terpapar matahari.

Ia mengatakan alat pelindung diri yang bisa digunakan di antaranya, payung atau topi berwarna terang, seperti putih agar tidak semakin menyerap panas matahari, serta mengenakan masker yang dibasahi dengan air untuk meningkatkan kelembaban.

Lana juga meminta jemaah haji untuk memakai alas kaki. “Biasanya, banyak jemaah yang lupa tempat mereka menaruh alas kaki. Akibatnya, mereka harus berjalan tanpa alas kaki saat kembali ke pondokan dari masjid,” katanya.

Berjalan tanpa alas kaki, kata dia, berpotensi menyebabkan kaki terluka. Akibatnya, jemaah haji tidak bisa maksimal dalam menjalankan ibadah. “Oleh karena itu, saat akan masuk masjid, maka sebaiknya membawa plastik untuk menyimpan alas kaki dan dimasukkan ke tas supaya tidak lupa,” katanya.

Sedangkan bagi calon jemaah haji yang sudah berusia lanjut, sebaiknya tidak memaksakan diri untuk menjalankan berbagai ibadah yang bersifat sunah jika kondisi fisik sudah kewalahan. “Lebih baik fokus untuk puncak ibadah haji saja. Bagaimanapun juga, ibadah haji sangat menguras fisik, sehingga kondisi tubuh harus benar-benar fit,” katanya.

Ia juga menyarankan agar jemaah selalu mengonsumsi air dalam jumlah cukup. Meskipun tidak merasa haus, tetap disarankan minum air untuk menghidrasi tubuh.

Lana mengatakan, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta memiliki program pemantauan kondisi kesehatan jemaah calon haji selama dua tahun sehingga seluruh jemaah yang diberangkatkan ke Tanah Suci memiliki kesehatan yang prima.

 

502 orang diberangkatkan dari Yogyakarta

Jemaah Haji Indonesia
Jemaah haji Indonesia yang meninggal dunia dipastikan mendapat asuransi. (www.kemenag.go.id)

Jumlah jemaah haji asal Kota Yogyakarta yang akan diberangkatkan tahun 2019 mencapai 502 orang yang terdiri dari atas 499 jemaah reguler dan tiga petugas haji yang terbagi dalam empat kelompok terbang (kloter), yaitu 21 SOC, 22 SOC, 96 SOC, dan 97 SOC.

Sebagian besar jemaah haji asal Kota Yogyakarta berusia antara 51 tahun sampai 60 tahun sebanyak 163 orang dan 41-50 tahun sebanyak 136 orang.

Kloter 21 SOC dan 22 SOC dari Kota Yogyakarta akan diberangkatkan pada 12 Juli, sedangkan Kloter 96 SOC serta 97 SOC diberangkatkan pada 4 Agustus. “Dari empat kloter keberangkatan, hanya kloter 21 SOC yang seluruhnya merupakan jemaah asal Kota Yogyakarta. Sisanya, jemaah bergabung dengan kabupaten lain,” kata Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Yogyakarta Nur Abadi.

Calon jemaah haji termuda perempuan adalah Salma Dewina Salimah berusia 19 tahun dan termuda laki-laki Josimar Armado Afiano 31 tahun. Sedangkan calon jemaah tertua perempuan dan laki-laki, masing-masing Haroyah Amat Jali dAn Siswojo Djojowerdojo Sastro Wardojo berusia 87 tahun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya