Memaknai Ibadah Haji sebagai Perjalanan Kematian

Ibadah haji disebut sebagai sebuah perjalanan mati, dalam arti keluar dari lingkungan dunia menuju hakikat kefanaan.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Jul 2019, 17:36 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2019, 17:36 WIB
Jemaah Haji Indonesia
Jemaah Haji Indonesia di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Darmawan/MCH

Liputan6.com, Jakarta - Tidak hanya persiapan fisik dan materi, perjalanan haji juga membutuhkan persiapan lahir rohani atau batin. Ibadah haji juga kerap disebut sebagai sebuah perjalanan mati, dalam arti keluar dari lingkungan dunia menuju hakikat kefanaan.

Dilansir dari buku Rujukan Utama Haji & Umrah karya Ablah Muhammad al-Kahlawi bahwa Perjalanan ini dimulai dengan mandi jenazah yang dilambangkan oleh salah satu sunnah ihram yaitu mandi, lalu diteruskan dengan pengkafanan yang dilambangkan dengan pakaian ihram, lalu dilanjutkan dengan penyatan yang dilambangkan dengan salat dua rakaat saat ihram,

Kemudian pelucutan diri dari perhiasan dunia yang dilambangkan oleh larangan-larangan ihram, dan proses penguburan yang dilambangkan oleh ditinggalnya keluarga dan sanak saudara di Tanah Air, lalu diteruskan dengan penjumpaan dengan Allah SWT yang dilambangkan dengan pembacaan kalimat talbiyah, dan diakhiri dengan kebangkitan untuk menerima ganjaran yang dilambangkan oleh harapan semua calon haji agar amalam-amalan ibadah haji diterima Allah SWT.

Tidak ada perbedaan warna kulit, tidak ada hina atau mulia, miskin atau kaya, muda atau tua. Yang mulia adalah yang bertakwa, dan amal sholeh adalah yang selamat. Setiap orang akan sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Semua itu dilambangkan oleh suasana di padang Arafah saat doa dan permohonan saling bersahutan.

Menurut Ablah dalam bukunya bahwa ibadah haji mengandung pelajaran dan peringatan akan hari kiamat. Hal tersebut dikarenakan menurutnya ibadah haji adalah perjalanan uji coba menuju kematian, tetapi orang yang telah melaksanakannya akan tetap kembali pulang untuk menemui keluarga dan kerabatnya di Tanah Air.

"Orang yang menjalankannya berarti telah meningggalkan keluarga dan kerabat dekatnya, meski pada akhirnya akan kembali menemuli mereka lagi," katanya.

Oleh sebab itu, Ablah mengimbau calon haji apabila sepulang dari tanah suci, mereka berpikir sejenak tentang hari kiamat.

"Artinya, ia harus membekali diri dengan kebajikan dan kebaikan guna menempuh perjalanan abadinya dan menyongsong hari perhitungan atas semua perbuatannya di dunia," imbaunya.

 

Reporter : Nabila Bilqis

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya