Liputan6.com, Bontang - Sebanyak 35 tenaga medis di Kota Bontang, Kalimantan Timur (Kaltim) dinyatakan positif hasil rapid test. Angka sangat besar yang semakin mengurangi jumlah tenaga medis yang menangani Covid-19.
Seluruh tenaga medis yang reaktif atas Rapid Diagnostic Test (TDR) atau tes cepat itu harus menjalani isolasi. Meski belum dinyatakan positif terjangkit Covid-19, hal ini akan menjadi beban psikologis bagi tenaga medis yang masih bertugas.
Apalagi selama masa pandemi ini, mereka tidak pulang ke rumah bertemu keluarga. Semua di jalani demi percepatan penanganan virus tersebut saat Bulan Ramadan.
Advertisement
Baca Juga
Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni mengakui, beban psikologis setelah hampir dua bulan bertarung dengan pasien terjangkit akan semakin meningkat. Perlu upaya bersama agar garda terdepan penanganan pasien itu bisa tetap semangat.
“Mereka adalah kelompok paling rentan tertularnya virus dan sekarang harus jalani isolasi karena hasil rapid test positif. Semoga uji swab-nya negatif,” kata Neni, Senin (27/4/2020).
Atas dasar itu, Neni Moerniaeni mencoba membangkitkan motivasi dengan langsung membuatkan kue dan hidangan berbuka puasa bagi tenaga medis yang diisolasi. Meski sederhana, Neni berharap jika seluruh masyarakat bisa melihat dan mendukung perjuangan tenaga medis.
“Saling memotivasi adalah wujud kebersamaan dalam mengatasi pandemi ini, bahwa kita semua sedang berjuang,” tambahnya.
Neni sendiri yang mengolah kue tradisional untuk para tenaga medis itu. Menu takjil ini dibuat dalam satu paket yang dilengkapi kue-kue kering, bubuk sari jahe, dan kolak pisang.
Ada 52 paket berbuka puasa yang dibagikan untuk tenaga medis beserta petugas juga. Neni tak lupa menyelipkan tulisan tangan dengan pesan semangat kepada tenaga medis.
“Hari ini bunda sempatkan bikin kue untuk tenaga kesehatan yang sedang karantina, selamat berbuka puasa, tetap semangat, doa kita semua,” tulisnya.
Berbagi makanan buka puasa di Bulan Ramadan bisa menjadi motivasi bersama untuk saling menguatkan. Bulan Ramadan kali ini penuh perjuangan tak hanya menahan lapar dan haus, juga menahan keinginan yang bisa makin memudahkan penyebaran virus.
Simak juga video pilihan berikut
Tak Percaya Dikarantina
Seorang tenaga medis yang sedang dikarantina di Hotel Grand Mutiara Bontang mengaku tak percaya harus menjalani karantina. Sebab, selama bertugas, wanita yang tak ingin disebutkan namanya itu sudah meninggalkan anak dan suaminya cukup lama.
“Seperti disambar petir saat ditelpon pagi-pagi dan dinyatakan positif hasil rapid test,” kata perempuan berusia 38 tahun itu.
Perempuan itu tak kuasa menahan emosinya saat ditanya soal keluarga. Hasil rapid test membuatnya semakin tidak tahu kapan proses isolasi selesai.
“saya tak tahu kapan bisa bertemu keluarga kembali,” sebutnya.
Saat bertugas, pelepas rindu hanya panggilan video. Bahkan panggilan video itu bisa dilakukan sampai 10 kali.
“Saya punya anak usia 8 bulan, 8 tahun, dan 10 tahun. Semua harus ditinggalkan,” ucapnya dengan suara serak.
Kerinduan dan kecemasan berpadu menjadi satu. Mereka masih menunggu hasil uji laboratorium untuk memastikan terkonfirmasi positif atau tidak.
“Saya yakin ini semua akan berlalu dan berakhir dengan indah,” harapnya.
Advertisement