Menjaga Eksistensi UMKM Saat Benar-Benar Terpukul di Tengah Pandemik

UMKM biasanya kebal krisis, pada tahun 1998, 2000, 2008 yang terhebat 98, tapi saat wabah Covid-19 saat ini UMKM benar-benar terpukul.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Mei 2020, 00:15 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2020, 21:40 WIB
Geliat Industri Konveksi di Kampung Bulak Timur
Pekerja menyelesaikan jahitan pakaian di kawasan sentra konveksi Kampung Bulak Timur, Cipayung, Depok, Kamis (9/5/2019). Awal bulan puasa hingga seminggu menjelang lebaran merupakan masa kesibukan penyelesaian jahitan di kawasan yang dihuni ratusan pelaku UMKM konveksi ini. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Jutaan kelompok Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) yang banyak yang belum menerima sentuhan program. Masalah tersebut terungkap dalam diskusi daring yang digelar Santri Milenal Centre (Simac), Jumat (22/5/2020).

Direktur Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, Athor Subroto menjelaskan, UMKM adalah tulang punggung ekonomi negara. Selama ini UMKM sangat berkontribusi terhadap produk domestik bruto, bahkan data kontribusi yang ia ketahui berkisar di angka 7- hingga 80 persen.

Athor meminta semua pihak untuk mendorong pemerintah agar memperhatikan eksistensi UMKM, terlebih di masa pandemik seperti saat ini.

"UMKM biasanya kebal krisis, pada tahun 1998, 2000, 2008 yang terhebat 98, tapi saat wabah Covid-19 saat ini, UMKM benar-benar terpukul, tidak ada yang menyangka ada Covid-19," kata Athor.

Menurut pengajar Universitas Indonesia ini, pemerintah perlu segera mengangkat ekonomi pelaku UMKM yang berada di basis masyarakat.

Apalagi di Indonesia memiliki keterbatasan data pelaku UMKM. Dampaknya, berbagai program relaksasi yang digelontorkan pemerintah tidak menyentuh akar rumput.

"UMKM yang bisa bergerak ini harus dijaga pemerintah. Perlu sentuhan dari perspektif, pajak, bantuan langsung. Dari sisi makro, pemerintah harus memperbesar distribusi utangnya ke pelaku UMKM, untuk menjaga konsumsi masyarakat," ujar Athor.

Athor menyontohkan Simac sebagai institusi santri pegiat ekonomi yang cakupan jaringan menjangkau seluruh Indonesia.

"Kita mendorong pusat ekonomi pindah keluar (Jawa), caranya lewat UMKM. Simac punya jaringan seluruh Indonesia maka harus dikembangkan, sehingga tumbuh baik. Dari awal ekonomi selalu diselamatkan UMKM," pungkasnya.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Pemerintah Tidak Tinggal Diam

Geliat UMKM di Malang yang Makin Menggiurkan
Berbagai makanan ringan produksi UMKM di salah satu pusat oleh - oleh di Malang (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Dewan Pembina Simac, Syauqi Ma'ruf Amin, pandemik Covid-19 ini adalah momentum melakukan perbaikan tata kelola UMKM di Indonesia, baik pemerintah maupun pelaku usaha harus menjadi mitra strategis.

"Kita harus selalu siap adaptasi, untuk mengokohkan basis ekonomi bangsa ya dengan UMKM. Membangun kedaulatan ekonomi tidak akan terwujud kalau basis ekonomi daerah tidak kuat, bagaimana roda-roda kecil ekonomi ini bergerak. Kita lakukan bersama dengan prinsip gotong royong," kata Syauqi yang juga putra Wapres RI ini.

Kepala Sub Bidang Perbankan Syariah Kemenko Perekonomian, Rafili Muhammad Hilman mengatakan, pihaknya akan terbuka menerima segala masukan strategis.

Dia memastikan, pemerintah tidak akan tinggal diam dengan kelompok masyarakat terdampak Covid-19.

Ia mencontohkan, upaya pemerintah beberapa pekan lalu mengusahakan kucuran pembiayaan KUR syariah kepada 150 petani binaan Pondok Pesantren Al Ittifaq, Ciwidey, Bandung, Jawa Barat.

Terkait dengan masalah data, Kemenko Perekonomian siap bermitra dengan kelompok pelaku usaha yang terkait dengan pemberdayaan ekonomi.

"Kita tidak akan tinggal diam, semua masalah yang menjadi kendala dalam pengembangan ekonomi masyarakat akan teratasi dengan bermitra dengan semua pihak," demikian kata Rafili.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya