Sosok Ummu Aiman, Budak Kulit Hitam yang Lahirkan Panglima Perang Islam Termuda

Ummu Aiman adalah seorang budak kulit hitam dan berasal dari negeri Habasyah (Ethiopia). Ia adalah budak Abdullah bin Abdul Muthalib sekaligus ibu kedua Nabi Muhammad SAW. Dari rahimnya, lahir Usamah bin Zaid, panglima perang termuda dalam sejarah Islam

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Okt 2022, 08:30 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2022, 08:30 WIB
Ilustrasi - Pertempuran Islam vs Mongol (Istimewa-Cine Prime)
Ilustrasi - Pertempuran Islam vs Mongol (Istimewa-Cine Prime)

Liputan6.com, Jakarta - Ummu Aiman populer sebagai ibu kedua Nabi Muhammad SAW setelah ibundanya, Sayyidah Aminah binti Wahab. Nama asli Ummu Aiman adalah Barakah binti Tsa’labah bin Amr bin Hashan bin Malik bin Salamah bin Amr bin Nu’man.

Ummu Aiman sebenarnya adalah budak kulit hitam yang berasal dari Habsyah milik ayah Nabi Muhammad SAW Abdullah bin Abdul Muthalib. Ummu Aiman kemudian diwariskan kepada Aminah dan Nabi.

Meski dari kalangan budak, Rasulullah SAW sangat memuliakan dan menyayangi Ummu aiman. Dedikasi Ummu aiman kepada keluarga Rasulullah sangat besar.

Ummu Aiman dipersiapkan untuk melayani Aminah binti Wahab yang saat itu sedang mengandung bayi Rasulullah. Semenjak Rasulullah lahir, Ummu Aiman menjadi pelayan utama.

Dia lah yang menemani Nabi Muhammad SAW ketika diasuh Aminah, kemudian oleh kakeknya Abdul Muthalib dan pamannya, Abu Thalib. Untuk melihat bagaimana Rasulullah menyayangi dan menghormatinya, Rasulullah bersabda:

 “Ummu Aiman adalah ibu setelah ibuku (Aminah binti Wahab),” kata Rasulullah SAW.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Pernikahan Ummu Aiman

Artefak rumah kuno di Arab Saudi, diperkirakan dibangun pada zaman perang Badar. (Foto: Tangkapan Layar YT Aiman Mulyana)
Artefak rumah kuno di Arab Saudi, diperkirakan dibangun pada zaman perang Badar. (Foto: Tangkapan Layar YT Aiman Mulyana)

Ummu Aiman juga termasuk generasi awal yang masuk Islam. Ia ikut hijrah ke Madinah meski tanpa bekal dan dengan berjalan kali. Tidak hanya itu, Ummu Aiman juga tercatat ikut berperang bersama Rasulullah seperti perang Uhud dan Khaibar.

Ia bertugas sebagai pembagi air minum dan perawat tentara umat Islam yang terluka. Ummu Aiman sangat menyayangi Rasulullah. Ia mendedikasikan hidupnya untuk melayani dan mempersiapkan segala kebutuhan Rasulullah.

Kedekatan yang begitu panjang itu membuat Rasulullah SAW sangat takzim kepada Ummu Aiman. Rasulullah juga tidak segan-segan menganggap Ummu Aiman sebagai bagian dari keluarganya sendiri.

Atas dedikasinya melayani sang nabi terakhir dan ikut serta dalam memperjuangkan tegaknya bendera Islam, maka Rasulullah menyebut Ummu Aiman dengan wanita ahli surga.

“Siapa yang senang kawin dengan wanita ahli surga, kawinlah dengan Ummu Aiman,” kata Rasulullah.

Ummu Aiman menikah dua kali. Pertama dengan Ubaid bin Zaid. Rasulullah dan Khadijah adalah orang yang menganjurkan terselenggaranya pernikahan dua insan ini. Dari keduanya, lahirlah Aiman sehingga Barakah lebih dikenal dengan Ummu Aiman. Namun, Ubaid wafat tidak lama setelah anaknya tersebut lahir.

Lahirkan Panglima Termuda Usamah bin Zaid bin Haritsah

Ilustrasi penaklukan Kota Yerussalem oleh Umar bin Khattab
Ilustrasi penaklukan Kota Yerussalem oleh Umar bin Khattab (Liputan6/Istock)

Pernikahan kedua Ummu Aiman dengan Zaid bin Haritsah, Budak yang lantas dimerdekakan Rasulullah SAW dan sudah dianggap anak sendiri. Ummu Aiman dan Zaid dikaruniai seorang anak, yaitu Usamah bin Zaid bin Haritsah.

Semenjak lahir, Usamah lahir di lingkungan Nabi dan masuk Islam semenjak belia. Nabi begitu sayang terhadap Usamah. Tidak jarang Rasulullah memangku Usamah, bersama dua cucu kesayangannya, Sayyidina Hasan dan Husain.

Nabi bahkan menyayangi Usamah bin Zaid bin Haritsah sebanding dengan cucu kesayangannya, Hasan dan Husein bin Ali. Satu ketika, sebagai bukti sayangnya kepada Usamah Nabi berdoa, "Ya Allah, sayangilah mereka, karena aku menyayangi mereka. Ya Allah, cintailah mereka, karena aku mencintai mereka,".

Lantaran terlahir dan tumbuh di lingkungan Nabi, Usamah memperlihatkan bakat kepemimpinan sejak belia. Ketika usia Usamah beranjak dewasa, Nabi Muhammad menunjuknya menjadi panglima perang yang memimpin pasukan umat Islam melawan Romawi Timur (Bizantium).

 Mengutip NU Online, merujuk buku Perang Muhammad Kisah Perjuangan dan Pertempuran Rasulullah (Nizar Abazhah, 2014), kejadian ini terjadi pada awal bulan Shafar tahu ke-11 H atau saat Usamah berusia 17 tahun—riwayat lain 18 tahun.

Penyerangan tersebut dimaksudkan sebagai pertahanan, agar Romawi Timur (Byzantium) tidak lagi berpikir untuk menyerang Madinah. Penunjukaan itu membuat Usamah menjadi panglima termuda dalam sejarah Islam.

Sebagian sahabat keberatan dengan penunjukan Usamah tersebut. Mereka berpikir bahwa Usamah masih terlalu muda untuk memimpin tugas berat tersebut. Masih ada pembesar kaum Muhajirin dan Anshor yang lebih layak menempati posisi Usamah tersebut.

Rasulullah SAW kemudian mendatangi mereka yang meragukan Usamah dan menyampaikan pidato berikut seperti terekam dalam The Great Episodes of Muhammad SAW (Said Ramadhan al-Buthy, 2017): "Jika kalian meremehkan kepemimpinan Usamah bin Zaid, berarti kalian juga meremehkan kepemimpinan ayahnya sebelumnya. Demi Allah, jiwa kepemimpinan telah terpatri dalam dirinya. Demi Allah, dia orang yang paling aku cintai. Demi Allah, Usamah diciptakan untuk menjadi pemimpin,".

Terbukti kemudian Usamah bin Zaid menjadi panglima yang cakap dan menjadi pendobrak kekaisaran Bizantium.

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya