Strategi Perang Khandaq, Kemenangan Islam Hadapi Kepungan Pasukan Koalisi

Perang khandaq adalah salah satu pertempuran fenomenal yang terjadi di zaman Nabi Muhammad SAW, di mana umat Islam berhasil mengalahkan kepungan pasukan koalisi yang kekuatannya berkali berkali lipat dibanding muslim

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Okt 2022, 04:30 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2022, 04:30 WIB
Sensasi Naik Unta Menjelajahi Padang Pasir China
Para wisatawan menaiki unta di padang pasir di Dunhuang di provinsi Gansu di China barat laut (10/8/2019). Dunhuang adalah sebuah kota tingkat kabupaten di barat laut provinsi Gansu, Tiongkok Barat. (AFP Photo/Str)

Liputan6.com, Jakarta - Berbagai peperangan terjadi pada masa perkembangan Islam awal, zaman Nabi Muhammad SAW. Salah satunya yakni perang khandaq atau populer pula disebut perang al Ahzab, atau koalisi.

Lantas, disebut sebagai perang Khandaq sebab kaum muslimin dalam perang tersebut membuat parit untuk menahan serbuan musuh. Kata “Khandaq” berasal dari bahasa Persia “Kandak” yang artinya “itu telah digali” dan sesuatu yang telah digali disebut parit.

Mengutip kanal Regional Liputan6.com, disebut perang ahzab karena umat Islam menghadapi kepungan pasukan koalisi Quraisy, Yahudi dan suku-suku jazirah Arab yang memusuhi Islam atau Nabi Muhammad SAW. Pertempuran ini terjadi pada bulan Syawal tahun 5 H atau 627 M.

Perang Khandaq disebabkan kekhawatiran kaum Yahudi dan kaum kafir Quraisy akan eksistensi ajaran mereka. Hal ini terlihat dengan semakin bertambah jumlah orang-orang yang masuk Islam.

Disebutkan juga bahwa perang tersebut disebabkan kaum Ghathafan ingin kembali menguasai perdagangan di wilayah kota Madinah. Selain itu, keinginan untuk membalas dendam atas kekalahan dalam perang-perang sebelumnya juga menjadi pemicu terjadinya perang tersebut.

Disebutkan juga bahwa pengusiran dan penyerangan kaum Yahudi Bani Nadhir dari Madinah membuat para pembesar mereka menaruh dendam dengan Muslimin di Madinah. Atas dasar kesamaan pandangan dan keinginan untuk menghancurkan kaum Muslimin di Madinah, maka kaum Yahudi Madinah, kaum Kafir Quraisy Makkah dan kaum Ghathafan sepakat melakukan kerja sama (koalisi).

Pembentukan Pasukan Koalisi (Ahzab)

Ibnu Ishaq dalam kitab As Sirah An Nabawiyah menceritakan bahwa beberapa orang Yahudi di antaranya Sallam bin Abu Al-Huqaiq An-Nadhri, Huyay bin Akhthab An-Nadhri, Kinanah bin Ar-Rabi bin Abu Al Huqaiq An-Nadhri, Haudzah bin Qais Al-Waili, dan Abu Ammar Al-Waili yang membentuk pasukan sekutu untuk melawan Rasulullah SAW, keluar dari Madinah dan tiba di tempat orang-orang Quraisy di Makkah.

Mereka menghasut orang-orang Quraisy menyerang Rasulullah SAW. Mereka berkata: "Kami senantiasa akan bersama kalian dalam menghadapi dia hingga kita berhasil membabatnya habis." Orang-orang Quraisy berkata kepada orang-orang Yahudi:

"Wahai orang-orang Yahudi, sesungguhnya kalian adalah ahli Kitab yang pertama mempunyai pengetahuan tentang perselisihan kami dengan Muhammad; Apakah agama kami yang lebih baik atau agama Muhammad?"Orang-orang Yahudi menjawab: "Agama kalian lebih baik daripada agama Muhammad dan kalian lebih pantas untuk mendapatkan kebenaran dari pada dia."

Kemudian dua kekuatan tersebut bersatu lalu mereka bersiap-siap. Orang-orang Yahudi lalu meninggalkan Makkah menuju Ghathafan untuk menyeru mereka untuk memerangi Rasulullah SAW. Mereka provokasi orang-orang Ghathafan agar mengikuti kehendak mereka dan mereka jelaskan bahwa orang-orang Quraisy telah mendukung ide ini. Orang-orang Ghathafan pun bersatu dengan orang-orang Yahudi.

Berangkatlah orang-orang Quraisy di bawah pimpinan Abu Sufyan bin Harb, sedangkan orang-orang Ghathafan berada di bawah komando Uyainah bin Hishn bin Hudzaifah bin Badr. Adapun Yahudi Bani Nadhir dipimpin Sallam bin Abul Huqaiq.

Total pasukan koalisi kaum kafir berjumlah 10.000 personel. Bahkan menurut Syekh Wahbah Zuhaili menyebut jumlah mereka mencapai 15.000 personel, sementara pasukan muslim hanya berjumlah 3.000 personel.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Strategi Cemerlang Penggalian Parit (Khandaq)

Ilustrasi penaklukan Kota Yerussalem oleh Umar bin Khattab
Ilustrasi penaklukan Kota Yerussalem oleh Umar bin Khattab (Liputan6/Istock)

 

Mendengar kabar jumlah pasukan koalisi kaum kafir yang begitu besar dan tidak sebanding dengan jumlah pasukan kaum muslimin tersebut, Rasululah Saw bermusyawarah dengan para sahabatnya. Dalam musyawarah tersebut, Salman Al Farisi menawarkan strategi cemerlang.

Sahabat Nabi yang berasal dari Persia tersebut mengusulkan agar menggali parit di wilayah utara kota Madinah, yaitu daerah yang bisa menghubungkan antara kedua ujung daerah Harran Waqim dan Harrah al-Wabrah.

Daerah ini juga merupakan satu-satunya jalan terbuka di hadapan pasukan musuh. Sedangkan sisi lainnya sudah menjadi benteng, karena terdapat gunung-gunung tinggi, yang dipenuhi pohon kecil, dan dikelilingi pohon-pohon kurma, sehingga bisa menyulitkan unta dan pejalan kaki untuk melewatinya.

Adapun panjang parit itu mencapai 5.544 meter. Sedangkan lebarnya mencapai 4,62 meter dengan kedalaman mencapai 3.234 meter. Waktu pengerjaan parit tersebut memakan waktu selama 6 hari dan ada pula yang mengatakan selama 9 hari.

Mukjizat Nabi Muhammad SAW dalam Penggalian Parit

Dalam penggalian parit, banyak sekali peristiwa yang mengandung ibrah tentang kebenaran Rasulullah sebagai seorang Nabi yang dapat langsung dilihat oleh kaum Muslimin. Dalam Kitab As Sirah An Nabawiyah karya Ibnu Hisyam diceritakan bahwa ketika itu kaum Muslimin sempat kesulitan menggali sebagian tanah berbatu, maka mereka mengutarakan kepada Rasulullah Saw.

Beliau meminta disediakan air kemudian meludah ke dalamnya, lalu berdoa kepada Allah dan menuangkan air tersebut ke atas tanah tersebut. Akhirnya tanah berbatu tersebut berhasil dihancurkan.Selain itu, Salman Al-Farisi juga menceritakan bahwa ketika ia sedang menggali lalu menemukan batu yang keras yang tidak bisa ia pecahkan, maka Rasulullah Saw menghantam batu tersebut hingga tiga kali sehingga memercikkan cahaya terang di bawah kapak.

Atas kejadian tersebut Rasulullah bersabda: "Adapun cahaya pertama, itu adalah tanda bahwa Allah akan menaklukkan Yaman untukku. Sedangkan cahaya kedua. adalah tanda aku akan menaklukkan Syam dan negeri-negeri Barat (Maghribi) untukku. Sedang cahaya ketiga, adalah tanda aku akan menaklukkan negeri-negeri timur.

Selain itu kemu’jizatan Nabi Muhammad Saw juga terlihat ketika Jabir bin Abdullah menyiapkan hidangan yang hanya cukup dimakan oleh beberapa orang saja. Akan tetapi, atas izin Allah hidangan tersebut cukup dimakan oleh 1000 orang hingga kenyang dan bahkan masih tersisa.

Mendengar kabar jumlah pasukan koalisi kaum kafir yang begitu besar dan tidak sebanding dengan jumlah pasukan kaum muslimin tersebut, Rasululah Saw bermusyawarah dengan para sahabatnya.

 

 

Markas di Gunung Sil'un dan Badai Pasir

Ilustrasi - Pertempuran Islam vs Mongol (Istimewa-Cine Prime)
Ilustrasi - Pertempuran Islam vs Mongol (Istimewa-Cine Prime)

Rasulullah SAW bersama tiga ribu kaum muslimin keluar ke Gunung Sil'un. Di sanalah beliau bermarkas, sedang parit membatasi mereka dengan musuh.

Ketika pasukan Quraisy dan sekutunya tiba di Madinah, mereka kaget dengan parit yang menghalangi jalan mereka untuk memasuki kota Madinah. Mereka menyadari bahwa strategi yang dilakukan Rasulullah dan kaum muslimin kali ini berbeda dengan strategi yang pernah dilakukan dalam peperangan-peperangan sebelumnya.

Berbagai upaya mereka lakukan untuk menerobos parit, namun selalu gagal. Oleh sebab itu, selama hampir sebulan, peperangan yang terjadi hanya saling lempar panah. Sampai pada akhirnya, beberapa tentara berkuda yang berhasil melewati parit, di antaranya Amr bin Abdu Wadd Al Amiri. Konon Amr bin Abdu Wadd Al Amiri ini memiliki kekuatan setara dengan 100 orang.

Melihat hal ini Rasulullah memerintahkan untuk menghadapinya. Lalu tampillah Ali bi Abi Thalib menghadapi Amr bin Abdu Wadd Al Amiri dan berhasil mengalahkan dan membunuhnya.

Ilustrasi - Pertempuran Islam vs Mongol (Istimewa - Dzul Haq TV)
Ilustrasi - Pertempuran Islam vs Mongol (Istimewa - Dzul Haq TV)

Badai Pasir

Setelah terjadi pengepungan selama satu bulan penuh, Nua'im bin Mas'ud dari Bani Ghathafan yang telah memeluk Islam tanpa sepengetahuan pasukan koalisi, berkat kecerdasannya berhasil memecah belah pasukan koalisi.

Dampak dari perpecahan tersebut sangat menguntungkan kaum muslimin karena membuat kekuatan mereka semakin lemah dan bahkan Sebagian mereka merasa enggan untuk berperang dengan Rasulullah Saw.

Keberuntungan yang berpihak pada kaum Muslimin tidak berakhir sampai di situ, yakni dalam waktu bersamaan datanglah pertolongan Allah Swt berupa badai pasir yang memporak porandakan kemah-kemah mereka, menakut-nakuti tunggangan mereka serta memecahkan periuk-periuk mereka dan memadamkan api mereka.

Akhirnya dalam kondisi yang tidak menguntungkan lagi, mereka memutuskan untuk menghentikan pengepungan dan kembali ke negerinya masing-masing dengan penuh kekalahan.Kejadian itu menjadi bukti kebenaran firman Allah dalam Surat Al Ahzab: 9.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ، إِذْ جاءَتْكُمْ جُنُودٌ، فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيْحاً وَجُنُوداً لَمْ تَرَوْهَا، وَكَانَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْراً

“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika bala tentara datang kepadamu, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan bala tentara yang tidak dapat terlihat olehmu. Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan.”.

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya