PPKM Level 1 Covid-19 Diperpanjang, Simak Bagaimana Rasulullah SAW Respons Wabah Penyakit

Covid-19 bukan satu-satunya pandemi yang pernah terjadi di dunia. Sejarah mencatat, wabah penyakit mematikan juga terjadi di dunia ribuan tahun lalu, salah satunya pada zaman Rasulullah SAW

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Nov 2022, 00:30 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2022, 00:30 WIB
Infografis Aturan di Pusat Perbelanjaan, Mal, Pusat Perdagangan PPKM Level 1 Jawa-Bali
Infografis Aturan di Pusat Perbelanjaan, Mal, Pusat Perdagangan PPKM Level 1 Jawa-Bali (Liputan6.com/Triyasni)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia secara resmi kembali memperpanjang kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 1 di seluruh wilayah Indonesia. Keputusan ini diambil untuk menekan laju kenaikan Covid-19.

"Hari ini kami sampaikan bahwa PPKM tetap akan diperpanjang untuk menekan laju kenaikan Covid-19," kata Dirjen Bina Administrasi Wilayah Kementerian Dalam Negeri Safrizal dikutip dari siaran persnya, Selasa (8/11/2022).

Dia menyampaikan PPKM diperpanjang mulai 8 November sampai dengan 21 November 2022. Sedangkan, PPKM di Luar Jawa dan Bali akan berlaku mulai tanggal 8 November sampai 5 Desember 2022.

Safrizal menuturkan kasus harian Covid-19 akhir-akhir ini menunjukkan adanya kenaikan, khususnya di Jawa dan Bali. Bahkan, kata dia, terdapat 5.000 kasus aktif pada awal November 2022.

Menurut dia, subvarian Omicron XBB disebut menjadi salah satu penyebab naiknya kembali jumlah kasus aktif di Indonesia. Namun beberapa pakar menyampaikan bahwa sebaran subvarian omicron XBB di Indonesia masih relatif rendah.

Safrizal menuturkan ada kecurigaan bahwa naikan kasus aktif Covid-19 disebabkan mulai longgarnya kesadaran masyarakat terhadap penerapan protokol kesehatan di komunitas.

Safrizal pun meminta seluruh jajaran pemerintah daerah untuk tidak lengah dan terus bersiaga dengan ancaman lonjakan kasus. Di sisi lain, masyarakat diimbau untuk segera vaksinasi Covid-19 booster atau vaksin ketiga.

Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini bukanlah wabah penyakit satu-satunya yang pernah terjadi di dunia. Dalam catatan sejarah, berbagai wabah penyakit mematikan pernah menghantui dunia, dan menyebabkan jutaan korban jiwa. Wabah penyakit berbahaya juga pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Wabah Penyakit di Zaman Nabi Muhammad SAW

Ilustrasi - Perumahan Bani Hasyim dalam peristiwa pengasingan Nabi dan kabilahnya oleh suku Quraisy. (Foto: Tangkapan layar film The Messenger)
Ilustrasi - Perumahan Bani Hasyim dalam peristiwa pengasingan Nabi dan kabilahnya oleh suku Quraisy. (Foto: Tangkapan layar film The Messenger)

Dalam perspektif Islam, pandemi Covid-19 menjadi peluang mendulang berbagai amal utama. Tidak hanya ibadah kepada Allah tetapi juga kebaikan terhadap sesama manusia. Sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW tatkala pada zamannya juga pernah terjadi pandemi yang menulari banyak orang.

Dosen Hukum Islam sekaligus Direktur Pondok Pesantren Universitas Islam Indonesia, Dr. Drs. Asmuni Mth, MA mengatakan, berdasarkan catatan sejarah, pernah ada wabah penyakit pada masa Rasulullah dan sahabat. Meskipun bukan virus mematikan layaknya Covid-19, wabah pada masa itu juga menular dengan cepat dan menyebabkan tidak sedikit orang terkena dampaknya. Pada masa itu, salah satu wabah yang sering terjadi adalah kusta atau lepra.

Sebagai tindakan pencegahan, Rasul memerintahkan untuk tidak berdekatan dengan penderitanya maupun wilayah yang terkena wabah. Konsep karantina wilayah ini seperti diungkapkannya dalam HR Bukhari yang artinya:

Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.”

“Dalam menghadapi wabah penyakit, Nabi Muhammad SAW memberikan konsep karantina untuk menyelamatkan nyawa manusia dari ancaman kematian akibat wabah penyakit menular," ungkap Asmuni dikutip dari laman Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Selasa (8/11/2022).

“Virus ini berperilaku adil, tidak memilih sasaran dengan mempertimbangkan status sosial. Ia dapat mengancam kehidupan orang miskin dan orang kaya, rakyat biasa maupun penguasa, orang bodoh maupun orang intelek," tambah Asmuni.

Ia pun menambahkan, selain akan mengubah sikap keberagamaan, Covid-19 juga membuat manusia terpecah menjadi dua kutub yaitu kutub sehat dan kutub sakit. Dan boleh jadi virus ini pula yang akan merubah peta politik global.

Oleh karena itu, negara yang kredibel pasca-Covid-19 adalah negara yang mampu memberikan solusi medis yang fungsional dan efektif. Hal ini sekaligus menantang para ahli untuk melakukan penelitian dalam rangka ikhtiar untuk menyelamatkan nyawa manusia. Tak terkecuali para ilmuan Muslim.

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya