Antologi Cerpen 'Penjaga Subuh' Karya Pegiat Lesbumi NU Diluncurkan di Unsoed Purwokerto

Buku antologi cerpen karya pegiat Lesbumi NU, berjudul 'Penjaga Subuh' diluncurkan dan dibedah di Gedung Bambang Lelono Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Des 2022, 12:30 WIB
Diterbitkan 03 Des 2022, 12:30 WIB
Buku antologi cerpen karya pegiat Lesbumi NU, berjudul 'Penjaga Subuh' diluncurkan dan dibedah di Gedung Bambang Lelono, FIB, Unsoed Purwokerto, Jumat (2/12/2022). (Foto: Dok. Ryan Rachman/Liputan6.com)
Buku antologi cerpen karya pegiat Lesbumi NU, berjudul 'Penjaga Subuh' diluncurkan dan dibedah di Gedung Bambang Lelono, FIB, Unsoed Purwokerto, Jumat (2/12/2022). (Foto: Dok. Ryan Rachman/Liputan6.com)

Liputan6.com, Purwokerto - Buku antologi cerpen karya pegiat Lesbumi NU, berjudul 'Penjaga Subuh' diluncurkan dan dibedah di Gedung Bambang Lelono Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jumat (2/12/2022).

Peluncuran digelar oleh Pusat Penelitian Kebudayaan dan Pariwisata (Puslitbudpar) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unsoed Purwokerto bersama SIP Publishing.

Dosen Sastra Inggris FIB Unsoed, sebagai pembedah, Ambita Dhyaningrum mengatakan, secara garis besar, cerpen-cerpen yang ada dalam buku tersebut merefleksikan kesederhanaan, kejujuran dan keikhlasan dalam menangkap ide di sekitar yang dibungkus ala Ryan Rachman. Kemudian, latar belakang penulis sebagai jurnalis juga memperkuat karya-karyanya.

"Gagasannya simpel, tapi ada kedalaman, terutama di ending yang mengejutkan. Sebagian besar kuat di bagian resolusi. Ada juga imajinasi yang gila seperti di cerpen yang bercerita seorang penulis muda yang ingin mencuri isi otak penulis senior," katanya, dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (2/12/2022).

Kendati demikian, ada satu dua cerpen yang kurang berhasil alias yang endingnya datar, menggantung dan multitafsir. Kemudian ada logika tokoh yang salah, penggunaan istilah bahasa Inggris yang kurang tepat.

Penulis antologi cerpen 'Penjaga Subuh', Ryan Rachman yang juga alumnus Sastra Inggris FIB Unsoed Purwokerto ini mengatakan, ada 21 cerpen yang termaktub dalam buku antologi cerpen tersebut. Seluruhnya pernah dimuat di pelbagai media massa, sehingga telah mengalami kurasi dari redaktur sastra. Adapun ide cerita bersumber dari pengalaman personal dan kondisi sosial di sekitar penulis.

"Berangkat dari kegelisahan di desa tempat saya tinggal di Purbalingga. Ada tentang penyadap nira, kuli harian, pemain ebeg, buruh pabrik bulu mata palsu dan mitos. Banyak problem dari mereka yang bisa diangkat. Tema yang lain, banyak dari pengalaman pribadi," kata wartawan Suara Merdeka ini.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Masjid dan Musala yang Sepi

Ryan menjelaskan, pemilihan judul 'Penjaga Subuh' karena dalam salah satu cerpen itu bercerita tentang muazin tua di sebuah surau di desa di mana pada suatu subuh, tak ada satu jamaah yang datang meskipun muazin itu sudah membawakan azan, puji-pujian dan selawatan untuk menunggu jamaah.

"Akhirnya dia iqamat dan shalat sendiri," ucap dia.

Cerita ini menjadi gambaran kondisi di sekitar kita di mana saat ini banyak masjid atau musala yang sepi terutama saat subuh

Ketua Puslitbudpar LPPM Unsoed, Imam Suhardi mengatakan, peluncuran dan bedah buku tersebut merupakan program dari Puslitbudpar dalam rangka mengembangkan kebudayaan terutama sastra di Banyumas Raya. Ryan Rachman adalah salah satu penulis sastra asal Purbalingga dan lama berproses di Purwokerto.

Owner SIP Publishing, Indra Defandra mengatakan, pihaknya menerbitkan buku antologi cerpen "Penjaga Subuh" karena penulisnya merupakan salah satu penulis yang memiliki pengalaman menulis sejak 2005 silam dan karyanya sering muncul di media massa.

Selain itu pihaknya sering bekerja sama dengan Ryan sebagai juri pada ajang lomba penulisan yang digelar oleh SIP Publishing.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya