Jemaah Umroh Bikin Tingkat Okupansi Hotel di Mekkah Kembali 100 Persen, Tertinggi Sejak Awal Pandemi COVID-19

Okupansi hotel di Mekkah telah kembali mencapai 100 persen.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 15 Apr 2023, 13:00 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2023, 13:00 WIB
FOTO: Suasana Awal Ramadhan di Masjidil Haram
Pekerja melakukan disinfeksi untuk membantu mengekang penyebaran virus corona COVID-19 saat jemaah umrah tawaf mengelilingi Ka'bah pada awal bulan suci Ramadhan di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi, Senin (12/4/2021). (AP Photo/Amr Nabil)

Liputan6.com, Riyadh - Sektor perhotelan di Mekkah mengalami kebangkitan yang signifikan, tercatat pada level tertinggi sejak pandemi COVID-19. Tingkat okupansi telah mencapai 100 persen di tengah Ramadhan 2023.

Kedatangan jemaah umroh di tengah bulan puasa ikut mendorong naiknya okupansi hotel. Selain itu, fasilitas yang diberikan ke pengunjung juga dinilai semakin baik, contohnya seperti sarana transportasi.

Dilaporkan Arab News, Sabtu (15/4/2023), Bassam Khanfar yang merupakan manajer hotel di Aziziyah menyebut angka okupansi hotel sudah kembali seperti masa sebelum pandemi COVID-19.

Jemaah yang datang dari luar negeri ditawarkan fasilitas-fasilitas dari pemerintah Arab Saudi, kemudian investor dan pemilik hotel ikut mengambil untung dari situasi ini.

Khanfar turut menyorot transportasi yang makin baik di Mekkah. Alhasil, hotel-hotel di luar area pusat Mekkah juga mendapatkan jemaah umroh yang menginap.

Hotel di luar area pusat harganya lebih terjangkau, sehingga transportasi yang memadai memberikan dampak positif ke hotel yang tak berada di area pusat dan para tamu-tamunya.

"Salah satu alasan penting kenapa jemaah memilih akomodasi di tempat-tempat luar area pusat adalah karena tingginya harga hotel di area-area pusat," ujar Khanfar.

Hani Najah, direktur departemen komersial di Address Makkah Hotel berkata para jemaah umumnya menginap di area pusat di sekitar Masjidil Haram.

"Makkah Bus Project telah membuat jemaah dapat memilih hotel-hotel yang berlokasi di area-area lain di Mekkah dengan adanya bus-bus yang menyambung ke area Masjidil Haram," jelas Hani Najah.

Situasi Bisnis Terus Pulih

Pangeran Arab Saudi
Putra mahkota Saudi, Mohammed bin Salman. (Foto: Bandar al-Jaloud / Istana Kerajaan Saudi / AFP)

Pakar pariwisata dan perhotelan Arwa Al-Ahmadi berkata tingkatnya okupansi hotel di Mekkah menunjukkan kekuatan dari sektor tersebut yang sempat menghadapi COVID-19.

Tingginya okupansi hotel berdampak positif kepada tingkat pekerjaan di Arab Saudi.

"Permintaannya tinggi, seluruh sektor bangkit, dan peluang pekerjaan telah menjadi mungkin dan diinginkan," ujarnya.

Al-Ahmadi mengungkap bahwa ada lebih dari 1.400 hotel di kota suci Mekkah. Ia memuji kebijakan pemerintah yang mengizinkan kembalinya para turis.

"Daerah Mekkah ramai sepanjang tahun dan tingkat okupansi beragam, tapi baru-baru ini berkat keputusan-keputusan bijaksana dari pemerintah kita, mengizinkan jemaah dari luar negeri, tingkat okupansi telah bertambah, mencapai kepenuhannya di beberapa hotel," ujarnya.

Faktor-faktor lain yang menunjang sektor ini adalah kereta api Haramain dan bus-bus gratis dari bandara.

Direktur operasi Address Hotel, Ali Fallatah, menyorot kemudahan mendapat visa dan periode transit empat hari di Arab Saudi.

Pemerintah Akan Ekspor Ikan ke Arab Saudi untuk Makanan Jemaah Haji Indonesia

Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) Subhan Cholid saat menjawab pertayaan sejumlah wartawan. (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)
Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) Subhan Cholid saat menjawab pertayaan sejumlah wartawan. (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)

Di sisi lain, pemerintah Indonesia akan memasok bahan baku sendiri untuk makanan jemaah haji selama berada di Arab Saudi. Tahun ini, pemerintah akan mengekspor komoditi berupa ikan untuk dijadikan sebagai salah satu bahan baku makanan jemaah Indonesia. 

Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) Subhan Cholid mengatakan, pihaknya telah menyusun menu makanan untuk para jemaah haji Indonesia selama berada di Tanah Suci, salah satunya ikan. Adapun bahan baku ikan ini akan diekspor dari Tanah Air. 

"Ada 6 jenis ikan yang kita sounding-kan dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk disuplai dari Indonesia. Ada jenis ikan patin, ikan kacikaci semacam kakap putih, ikan jahan itu seperti kerapu, ikan tuna. Kemudian ada mangut lele, dan bandeng presto," ujar Subhan usai mengisi materi Bimtek PPIH Arab Saudi di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis (13/4).

Dia mengungkapkan, Kemenag sebenarnya sudah lama mengupayakan pengadaan ikan dari tanah air untuk jemaah haji di Arab Saudi. Hanya saja Kemenag tidak bisa bekerja sendiri karena tidak memiliki kewenangan di bidang ekspor barang.

Ekspor Bumbu-Bumbu Tanah Air

Katering Jemaah Haji Indonesia di Arab Saudi
Katering Jemaah Haji Indonesia di Arab Saudi

Pada 2021 lalu, Kemenag telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM), dan Kamar Dagang Indonesia (Kadin) untuk mengekspor bahan baku makanan ke Arab Saudi. Rencananya, dalam waktu dekat pemasokan ikan untuk kebutuhan jemaah haji ini akan di-launching. 

"Kalau kami (Kemenag) sudah sampai pada menuangkan di dalam menu. Jadi dengan menu maka kita mandatorikan kepada penyedia layanan bahwa menu-menu yangg tertuang itu Anda harus ambil bahan baku dari Indonesia. Kalau tidak tahun depan kita akan evaluasi," tutur Subhan.

Selain ikan, pemerintah Indonesia juga akan memasok bumbu-bumbu dari Tanah Air. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas katering dengan cita rasa tanah air, sehingga mudah diterima oleh lidah-lidah jemaah haji Indonesia. 

"Bumbu-bumbu sudah kita sampaikan ke Kemendag. Karena kalau bumbunya bener, apapun bahan bakunya itu enak. Itu yang paling penting bagi kami. Makanya bumbu itu juga yang kita minta supaya dari Indonesia," katanya.

Dengan bumbu yang dikirim dari Indonesia, baik dalam bentuk mentah maupun pasta (bumbu jadi), maka bahan baku lainnya yang dimasak akan memiliki cita rasa kuliner lokal. Kendati bahan baku seperti daging masih dipasok dari negara lain.

"Kita ingin sebenarnya bumbu pastanya itu disuplai dari sini, sehingga racikannya siapapun dia yang masak rendangnya ya rendang beneran, opornya ya opor beneran," ujar Subhan.

infografis journal
infografis Kebiasaan Saat Puasa Ramadan di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah).
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya