Liputan6.com, Jakarta - Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan kilat dengan menunggangi Buraq dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa (Isra), lalu naik ke Sidratul Muntaha Mi’raj. Perjalanan ini ditempuh hanya satu malam, yang kemudian dikenal dengan Isra Mi'raj.
Isra Mi'rajmerupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam. Dari peristiwa itulah sholat lima waktu disyariatkan kepada umat Nabi Muhammad SAW.
Advertisement
Ada beberapa versi terkait waktu terjadinya peristiwa Isra Mi’raj. Akan tetapi, yang populer dari pendapat para ulama ialah Isra Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 setelah kenabian.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan sejarah yang disampaikan ulama, ada beberapa peristiwa yang mengantarkan Rasulullah SAW menuju Isra Mi’raj. Peristiwa-peristiwa yang mengiringi Nabi Muhammad SAW saat Isra Mi’raj penting diketahui oleh seorang muslim.
Berikut penjelasan Ustadz Adi Hidayat atau UAH tentang awal mula Isra Mi’raj terjadi.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Wafatnya Istri Tercinta dan Paman
Dalam kajiannya, Ustadz Adi Hidayat atau UAH menjelaskan bahwa peristiwa Isra Mi’raj berawal dari bulan Ramadhan ketika wafatnya Sayyidah Khadijah, istri tercinta Rasulullah SAW dan wafatnya paman nabi yaitu Abu Thalib.
"Wafat paman dan istri tercinta ini yang sejatinya dipahami dan diketahui oleh kita semua bahwa keduanya adalah tameng terdekat Rasulullah SAW dalam berdakwah. Ketika hilang perisai itu, maka cacian, intimidasi, persekusi dirasakan langsung oleh Nabi SAW tanpa sekat," jelas UAH dikutip dari YouTube Pemburu Manfaat, Ahad (26/1/2025).
Allah SWT ketika melihat Rasulullah SAW memberikan sandaran perlindungannya kepada paman dan istrinya tercinta, maka di sinilah Allah ingin menjadikan semua perlindungan, harapan-harapan itu hanya terpusat kepada Allah saja dan menjauh dari harapan-harapan kepada manusia.
"Wafat di tahun yang sama dan Allah berkehendak memberikan perlindungan langsung tanpa adanya harapan-harapan yang disematkan kepada makhluk. Itu yang kemudian mengantarkan Nabi Muhammad SAW setelah menyadari sepenuhnya bahwa peristiwa wafatnya Sayyidah Khadijah, wafatnya Abu Thalib adalah peristiwa pengantar, jembatan, yang menghadirkan kuatnya tawakkal kepada Allah," tutur UAH.
Advertisement
Peristiwa Isra Mi’raj Diabadikan dalam Al-Qur’an
Setelah menyadari itu dan berdoa kepada Allah, maka datanglah kemudian undangan dari Allah langsung yang diabadikan di dalam Al-Qur'an. Allah SWT berfirman:
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Artinya: "Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS Al-Isra' : 1)
Selain ayat tersebut, kisah perjalanan Mi’raj Rasulullah SAW juga diabadikan dalam Al-Qur'an surat An-Najm ayat 1-18. Wallahu a'lam.