Akhlak pada Tetangga, Sunnah Rasul yang Mulai Terlupakan

Menghormati tetangga merupakan sebuah contoh toleransi dalam islam.

oleh Putry Damayanty diperbarui 17 Sep 2023, 18:30 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2023, 18:30 WIB
Ilustrasi sedekah
Ilustrasi sedekah. (Photo copyrigt by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Zaman sekarang banyak di antara kita yang hidup tanpa peduli dengan sekitar. Bahkan banyak yang tidak kenal dengan tetangga sendiri yang rumahnya hanya dipisahkan oleh satu tembok saja. 

Seiring dengan perkembangan zaman, budaya ramah tamah dengan tetangga memang mulai terkikis khususnya pada daerah perkotaan. Bahkan hal ini sudah mulai terjadi di kampung-kampung yang biasanya rasa kekeluargaan antar-masyarakatnya sangat kental. 

Dikutip dari buku berjudul Akhlak ‘Menjadi Seorang Muslim Berakhlak Mulia’ karya Dr. Muhammad Abdurrahman, M.Ed, menyebutkan bahwa tetangga merupakan orang terdekat sesudah anggota keluarga sendiri. Merekalah orang pertama yang paling awal menolong kita jika ada suatu musibah dan kita membutuhkan bantuan. 

Apabila melakukan walimatul ‘ursy maka tetangga dekatlah tempat bermusyawarah, apabila ada musibah kematian maka tetangga dekatlah yang paling awal datang mengunjungi kita. Jika kita sakit maka tetanggalah orang pertama yang menjenguk. 

Tetangga dekat adalah orang yang mempunyai ikatan agama, tetangga jauh adalah selain dari tetangga yang bukan mempunyai ikatan agama tetapi menjadi tetangga kita dalam sebuah komplek/kampung tempat tinggal. Setiap orang yang rumahnya bertetangga dengan kita, mereka mempunyai hak tetangga dari kita. Menghormati tetangga merupakan sebuah contoh toleransi dalam Islam.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

Akhlak pada Tetangga

Berkali-kali malaikat Jibril berpesan kepada Nabi Muhammad SAW untuk berbuat baik kepada tetangga, hingga beliau mengira tetangga akan mendapatkan warisan. Nabi bersabda :

“Selalu Jibril memesankan kepadaku (untuk berbuat baik) dengan tetangga, sampai-sampai aku menduga bahwa tetangga akan menerima warisan” (HR. Muttafaqun ‘Alaih).

Kemudian Rasulullah SAW bersabda :

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya” (HR. Bukhari dan Muslim).

“Demi Allah, dia tidak beriman! Demi Allah, dia tidak beriman! Demi Allah dia tidak beriman! Seorang sahabat bertanya :’siapa dia (yang tidak beriman itu) ya Rasulullah?’ beliau menjawab : orang yang tetangganya tidak aman dari keburukannya” (HR. Mutafaqun Alaih).

Seorang muslim tidak membiarkan tetangganya dalam keadaan genting, kemiskinan dan kelaparan, sementara ia sendiri dalam keadaan lapang dan senang. Namun kebanyakan hal ini kurang disadari dan dipahami oleh orang-orang yang bertetangga. Oleh karena itu, tetangga yang makmur, berkemampuan, dan kaya seharusnya merasa jeli melihat keadaan tatangga yang serba kekurangan. 

Kemudian, jika kita membantu tetangga maka segala bantuan itu tidak diungkit-ungkit sebab mengurangi pahala pemberian tersebut. Pemberian ini laksana sedekah, apabila diberikan oleh tangan kanan maka upayakan tidak diketahui oleh tangan kiri. Seperti apa yang telah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Makanya setiap sedekah dan pemberian itu agar mendapat pahala di sisi Allah, maka sembunyikanlah ia dan tidak pernah bercerita kepada siapapun untuk menghindari riya dan takabur.

Dalam hadis lain Rasulullah SAW bersabda :

“Apabila kamu membuat suatu masakan, maka perbanyaklah kuahnya. Kemudian undanglah tetanggamu atau engkau dapat membaginya kepada mereka” (HR. Muslim).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya