Hari Santri Nasional 2023, Yuk Ketahui Makna dan Asal Muasal Kata Santri

Setiap tanggal 22 Oktober kita selalu memperingati Hari Santri Nasional. Penetapan Hari Santri itu melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Okt 2023, 20:30 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2023, 20:30 WIB
Makna dan Filosofi Hari Santri 2023 'Jihad Santri Jayakan Negeri' diluncurkan. (Foto: Kemenag)
Makna dan Filosofi Hari Santri 2023 'Jihad Santri Jayakan Negeri' diluncurkan. (Foto: Kemenag)

Liputan6.com, Cilacap - Setiap tanggal 22 Oktober kita selalu memperingati Hari Santri Nasional. Penetapan Hari Santri itu  melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015.

Hal ini karena berkaitan dengan fatwa Resolusi Jihad KH Hasyim Asy’ari, Pendiri Jamiyyah Nahdlatul Ulama pada tanggal 22 Oktober 1945.

Isi Resolusi jihad ini tentang seruan jihad untuk mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Berdasarkan hal itu, maka setiap 

Di tahun 2023 ini, Kementerian Agama RI secara resmi telah meluncurkan Logo Hari Santri Nasional 2023 pada Jumat, 6 Oktober 2023 di Auditorium HM Rasjidi, Gedung Kementerian Agama, Jakarta.

Adapun tema Hari Santri Nasional 2023 ini yaitu “Jihad Santri Jayakan Negeri”. Tema itu mengandung makna yang mendalam, yakni mengajak para santri untuk terus semangat melakukan jihad intelektual guna membangun kejayaan negeri ini.

Demikian asal muasal setiap tanggal 22 Oktober kita memperingati Hari santri Nasional. Namun penting juga mengetahui makna dan asal muasal kata santri. Berikut ini penjelasannya.

 

Makna dan Asal Muasal Kata Santri

Ilustrasi santri
Ilustrasi santri. (Photo by Muhammad Azzam on Unsplash)

Mengutip uinsa.ac.id, kata santri sendiri, menurut C. C Berg berasal dari bahasa India, shastri, yaitu orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu.

Sementara itu, A. H. John menyebutkan bahwa istilah santri berasal dari Bahasa Tamil yang berarti guru mengaji.

Nurcholish Madjid juga memiliki pendapat berbeda. Dalam pandangannya asal usul kata “Santri” dapat dilihat dari dua pendapat. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa “Santri” berasal dari kata “sastri”, sebuah kata dari bahasa Sansekerta yang artinya melek huruf.

Pendapat ini menurut Nurcholish Madjid didasarkan atas kaum santri kelas literary bagi orang Jawa yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa Arab.

Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, dari kata “cantrik” berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini pergi menetap.

Santri adalah para siswa yang mendalami ilmu-ilmu agama di pesantren baik dia tinggal di pondok maupun pulang setelah selesai waktu belajar.

Macam-macam Santri

Semangat Santri Dhuafa Belajar di Pesantren Non Permanen
Santri mengaji Kitab Kuning pada bangunan non permanen di Pesantren Nurul Fattah, Kampung Cisauk, Kab. Tangerang, Banten, Senin (7/2/2022). Sekitar 50 santri dari kaum dhuafa dan yatim piatu belajar secara gratis pada pesantren non permanen yang berdiri di atas tanah wakaf. (merdeka.com/Arie Basuki)

Zamakhsyari Dhofir membagi menjadi dua kelompok sesuai dengan tradisi pesantren yang diamatinya, yaitu: pertama, santri mukim, yakni para santri yang menetap di pondok, biasanya diberikan tanggung jawab mengurusi kepentingan pondok pesantren.

Bertambah lama tinggal di Pondok, statusnya akan bertambah, yang biasanya diberi tugas oleh kyai untuk mengajarkan kitab-kitab dasar kepada santri-santri yang lebih junior.

Kedua, santri kalong, yakni santri yang selalu pulang setelah selesai belajar atau kalau malam ia berada di pondok dan kalau siang pulang ke rumah.

Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Simak Video Pilihan Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya