Jangan Salah Memaknai Menyambut Ramadhan, Ini Persiapan yang Perlu Dilakukan

Semangat persaudaraan dan kebersamaan menjadi kunci dalam menyongsong Ramadhan

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Mar 2024, 16:30 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2024, 16:30 WIB
Ilustrasi ucapan, ramadhan
Ilustrasi ucapan, ramadhan. (Photo on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Jelang Bulan Ramadhan, umat Muslim umumnya merayakan momen ini dengan penuh kegembiraan dan kesiapan spiritual.

Persiapan dimulai dengan memperdalam hubungan dengan Tuhan melalui peningkatan ibadah, seperti membaca Al-Quran, melakukan sholat lebih rajin, dan memperbanyak amalan kebajikan.

Fenomena ini mencerminkan keinginan untuk memulai bulan suci dengan hati yang bersih dan penuh kebersyukuran, serta meningkatkan kualitas hidup spiritual. Bukan hanya sekedar menyiapkan hidangan makanna yangbermacam-macam, dan berlebihan.

Sosialisasi dan kegiatan keagamaan bersama juga menjadi bagian tak terpisahkan dari persiapan Ramadhan. Masyarakat Muslim sering kali menghadiri ceramah agama, diskusi kelompok, atau pengajian untuk mempersiapkan diri secara kolektif menghadapi bulan yang penuh berkah ini.

Semangat persaudaraan dan kebersamaan menjadi kunci dalam menyongsong Ramadhan, dengan berbagi pengalaman dan saling memberikan dukungan untuk menjalankan ibadah dengan penuh keikhlasan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Persiapan Menghadapi Ramadhan

Ilustrasi Ramadhan
Ilustrasi Ramadhan (Sumber: Freepik.com)

Selain itu, persiapan fisik dan kuliner menjadi fokus penting menjelang Bulan Ramadhan. Individu berupaya menjaga kesehatan tubuh dan meningkatkan daya tahan fisik agar dapat menjalankan ibadah puasa dengan lancar.

Pembelian makanan khusus untuk sahur dan berbuka puasa juga menjadi kegiatan rutin, dengan menciptakan menu yang bergizi untuk memastikan tubuh tetap bugar sepanjang bulan suci.

Pentingnya amal dan kegiatan sosial semakin ditekankan menjelang Bulan Ramadhan. Banyak individu dan organisasi yang bersiap-siap untuk memberikan bantuan kepada yang membutuhkan, melakukan kegiatan amal, dan mendukung program-program sosial.

Persiapan ini bukan hanya sebagai bentuk ibadah, tetapi juga sebagai wujud nyata kepedulian terhadap sesama, menciptakan lingkungan yang penuh kebaikan dan kasih sayang selama bulan yang penuh berkah ini.

 

Ramadhan Dipilih Allah Sebagai Waktu Istimewa

Ilustrasi Ramadhan
Ilustrasi Ramadhan (Sumber: Freepik.com)

Mengutip muslim.or.id Allah Ta’ala telah mengutamakan sebagian waktu (zaman) di atas sebagian lainnya, sebagaimana Dia mengutamakan sebagian manusia di atas sebagian lainnya dan sebagian tempat di atas tempat lainnya.

Allah Ta’ala berfirman,

وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ

“Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya, sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka” (QS al-Qashash:68).

Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di ketika menafsirkan ayat di atas, beliau berkata, “(Ayat ini menjelaskan) menyeluruhnya ciptaan Allah bagi seluruh makhluk-Nya, berlakunya kehendak-Nya bagi semua ciptaan-Nya, dan kemahaesaan-Nya dalam memilih dan mengistimewakan apa (yang dikehendaki-Nya), baik itu manusia, waktu (jaman) maupun tempat”.

Termasuk dalam hal ini adalah bulan Ramadhan yang Allah Ta’ala utamakan dan istimewakan dibanding bulan-bulan lainnya, sehingga dipilih-Nya sebagai waktu dilaksanakannya kewajiban berpuasa yang merupakan salah satu rukun Islam.

Sungguh Allah Ta’ala memuliakan bulan yang penuh berkah ini dan menjadikannya sebagai salah satu musim besar untuk menggapai kemuliaan di akhirat kelak, yang merupakan kesempatan bagi hamba-hamba Allah Ta’ala yang bertakwa untuk berlomba-lomba dalam melaksanakan ketaatan dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Bulan Ramadhan yang penuh kemuliaan dan keberkahan, padanya dilipatgandakan amal-amal kebaikan, disyariatkan amal-amal ibadah yang agung, di buka pintu-pintu surga dan di tutup pintu-pintu neraka.

Oleh karena itu, bulan ini merupakan kesempatan berharga yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang beriman kepada Allah Ta’ala dan ingin meraih ridha-Nya.

Dan karena agungnya keutamaan bulan suci ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menyampaikan kabar gembira kepada para sahabat radhiyallahu ‘anhum akan kedatangan bulan yang penuh berkah ini.

Persiapan Bukanlah dengan Memborong Berbagai Makanan Lezat

Ilustrasi Ramadhan
Ilustrasi Ramadhan (Sumber: Pixabay.com)

Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, menyampaikan kabar gembira kepada para sahabatnya, “Telah datang bulan Ramadhan yang penuh keberkahan, Allah mewajibkan kalian berpuasa padanya, pintu-pintu surga di buka pada bulan itu, pintu-pintu neraka di tutup, dan para setan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat malam (kemuliaan/lailatul qadr) yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang terhalangi (untuk mendapatkan) kebaikan malam itu maka sungguh dia telah dihalangi (dari keutamaan yang agung)”.

Imam Ibnu Rajab, ketika mengomentari hadis ini, beliau berkata, “Bagaimana mungkin orang yang beriman tidak gembira dengan dibukanya pintu-pintu surga? Bagaimana mungkin orang yang pernah berbuat dosa (dan ingin bertobat serta kembali kepada Allah Ta’ala) tidak gembira dengan ditutupnya pintu-pintu neraka? Dan bagaimana mungkin orang yang berakal tidak gembira ketika para setan dibelenggu?”.

Tentu saja persiapan diri yang dimaksud di sini bukanlah dengan memborong berbagai macam makanan dan minuman lezat di pasar untuk persiapan makan sahur dan balas dendam ketika berbuka puasa. Juga bukan dengan mengikuti berbagai program acara Televisi yang lebih banyak merusak dan melalaikan manusia dari mengingat Allah Ta’ala dari pada manfaat yang diharapkan, itupun kalau ada manfaatnya.

Tapi persiapan yang dimaksud di sini adalah mempersiapkan diri lahir dan batin untuk melaksanakan ibadah puasa dan ibadah-ibadah agung lainnya di bulan Ramadhan dengan sebaik-sebaiknya, yaitu dengan hati yang ikhlas dan praktek ibadah yang sesuai dengan petunjuk dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Karena balasan kebaikan dan keutamaan dari semua amal shaleh yang dikerjakan manusia, sempurna atau tidaknya, tergantung dari sempurna atau kurangnya keikhlasannya dan jauh atau dekatnya praktek amal tersebut dari petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Hal ini diisyaratkan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sungguh seorang hamba benar-benar melaksanakan shalat, tapi tidak dituliskan baginya dari (pahala kebaikan) shalat tersebut kecuali sepersepuluhnya, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya, atau seperduanya”.

Juga dalam hadits lain tentang puasa, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Terkadang orang yang berpuasa tidak mendapatkan bagian dari puasanya kecuali lapar dan dahaga saja”.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya