Cerita Pengumuman Aneh saat Haul Ayah Gus Baha KH Nursalim

Gus Baha ungkap pengumuman aneh saat haul ayahandanya, KH Nursalim yang mungkin tidak terjadi di acara serupa di tempat lainnya

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Mei 2024, 12:30 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2024, 12:30 WIB
KH Bahaudin Nur Salim (Gus Baha) memimpin salat jenazah diikuti Gus Mus dan kyai lainnya di depan jenazah KH Nadjib Hassan.(Liputan6.com/Arief Pramono)
KH Bahaudin Nur Salim (Gus Baha) memimpin salat jenazah diikuti Gus Mus dan kyai lainnya di depan jenazah KH Nadjib Hassan.(Liputan6.com/Arief Pramono)

Liputan6.com, Cilacap - Ulama ahli Tafsir Qur’an asal Rembang KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) mengungkapkan perihal pengumuman yang sangat aneh saat haul ayahnya.

Keanehan itu disebabkan pengumumannya yang sangat tidak lazim sebagaimana yang dilakukan di pesantren-pesantren atau tempat lainnya.

Sebagai informasi, ayah Gus Baha bernama KH Nursalim Al-Hafiz. Gelar Al-Hafiz menunjukan bahwa ayah Gus Baha merupakan sosok ulama yang hafal Al-Qur’an.

KH Nursalim meninggal pada tahun 2005. Sebagai gantinya, Gus Baha melanjutkan tongkat estafet ayahnya dan menjadi pengasuh Ponpes LP3IA Narukan, Rembang, Jawa Tengah.

Simak Video Pilihan Ini:

Pengumuman Aneh

KH. Ahmad Bahauddin (Gus Baha)
KH. Ahmad Bahauddin / Gus Baha (Instagram)

Gus Baha lantas menceritakan pengumuman aneh saat acara haul ayahandanya. Hal yang mendasari keanehan ini sebab saking fanatiknya terhadap ilmu.

“Saya itu saking fanatiknya terhadap ilmu itu ya…ini cerita..saking fanatiknya terhadap ilmu itu kalau haulnya bapak saya karena kita keluarga pesantren itu pengumumannya aneh,” kata Gus Baha dikutip dari tayangan YouTube Short @NgugemiDawuhMasyayikh, Rabu (15/05/2024).

Gus Baha mengatakan bahwa pengumuman tersebut berisi ketidakwajiban menghadiri acara haul ayahnya. Tentu saja hal ini sangat aneh sebab pengumuman seperti ini tidak terdapat di pesantren-pesantren atau tempat-tempat lainnya.

“Tidak wajib hadir,” terangnya.

“Ha…ha…ha…,” sahut tawa para jemaah.

Meski demikian, Gus Baha berargumen bahwa hal itu muncul bukan tanpa dasar. Sebab, jika ia mewajibkan untuk hadir berarti menyalahi hukum karena mewajibkan perkara atau sesuatu yang bukan wajib.

“Karena takut ijaabu maa lam yajib (mewajibkan sesuatu yang tidak wajib),” tandasnya.

“Karena trendnya pesantren itu gitu, kalau alumni itu harus hadir saat haul atau saat pengajian maulid,” sambungnya

“Kalau saya karena fanatik ilmu itu, tidak pernah ada undangan sampai sekarang, saya menjadi kiainya sudah sejak 2005,” paparnya.

Sekilas tentang Haul

Ilustrasi - Sejumlah santri di Pondok Pesantren Elbayan, Cilacap, keluar dari masjid usai salat Jumat. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi - Sejumlah santri di Pondok Pesantren Elbayan, Cilacap, keluar dari masjid usai salat Jumat. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Menukil NU Online, haul adalah peringatan atas kematian seseorang yang biasanya diadakan selama setahun sekali dengan tujuan utamanya yaitu untuk mendoakan ahli kubur agar semua amal beserta ibadah yang dilakukannya dapat diterima oleh Allah SWT.

Biasanya, para keluarga yang masih kerabat dekat dengan seseorang yang telah meninggal tersebut akan mengadakan acara haul pada hari serta tanggal yang telah disepakati bersama oleh keluarganya, dan pada saat mereka mempunyai waktu senggang serta bisa berkumpul bersama.

Haul yang diadakan di pesantren-pesantren akan diperingati untuk para pendiri serta tokoh-tokoh yang telah berjasa terhadap perkembangan pesantren serta syi’ar Islam yang diadakan bersamaan dengan acara tahunan pesantren, semisal khataman kitab akhir tahun, pertemuan wali santri, ataupun dzikir akbar tahunan.

Tradisi haul sendiri diadakan dengan berdasarkan hadits dari Rasulullah SAW. Rasulullah berziarah ke makam syuhada (orang-orang yang mati syahid) dalam perang Uhud dan makam keluarga Baqi’. Beliau mengucap salam dan mendoakan mereka atas amal-amal yang telah mereka kerjakan. (HR. Muslim)

Ada pula hadits lain yang diriwatkan oleh Al-Wakidi bahwa Rasulullah SAW mengunjungi makam para pahlawan perang Uhud setiap tahun. Jika telah sampai di Syi’ib (tempat makam mereka), Rasulullah agak keras berucap: Assalâmualaikum bimâ shabartum fani’ma uqbâ ad-dâr. (Semoga kalian selalu mendapat kesejahteraan atas kesabaran yang telah kalian lakukan. Sungguh akhirat adalah tempat yang paling nikmat). Abu Bakar, Umar dan Utsman juga malakukan hal yang serupa. (Dalam Najh al-Balâghah, hlm. 394-396)

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya