Liputan6.com, Jakarta - Menyambut dan merayakan pergantian tahun merupakan bentuk ungkapan syukur atas nikmat Allah. Pergantian tahun baru hijriyah adalah salah satu bagian dari kekuasaan Allah.
Sebagaimana Rasulullah melarang umat Islam untuk menyesali, mencela, atau mengutuk waktu karena Allah berkuasa penuh atas silih berganti siang malam, dan pergantian bulan serta tahun.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَسُبُّوا الدَّهْرَ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الدَّهْرُ
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA, dari Rasulullah SAW, ia bersabda, ‘Jangan kalian mengutuk waktu karena Allah adalah waktu,’” (HR Muslim dan Ahmad).
Advertisement
Baca Juga
Dalam rangka menyambut tahun baru hijriyah ini, sudah menjadi kebiasaan bagi kita untuk memberikan ucapan selamat tahun baru baik itu ungkapan secara langsung atau membagikan pada laman media sosial.
Lantas, bolehkah seorang muslim mengucapkan selamat tahun baru Islam? Bagaimana hukumnya dalam Islam? Berikut penjelasannya dikutip dari laman NU Online.
Saksikan Video Pilihan ini:
Hukum Mengucapkan Selamat Tahun Baru Islam
Para ulama sendiri mengambil sikap optimis dan penuh rasa syukur atas pergantian tahun baru hijriyyah. Pengucapan selamat tahun baru Islam sebagai bentuk ekspresi kebahagiaan dan rasa syukur kepada Allah dianjurkan sebagaimana keterangan Syekh Said Ba’asyin berikut ini:
والتهنئة بالعيد سنة ويدخل وقتها في عيد الفطر بمغرب ليلته وفي الأضحى بصبح عرفة كالتكبير وبالعام والشهر
Artinya: “Ucapan selamat (tahniah) hari raya ‘Id, pergantian tahun, dan pergantian bulan dianjurkan. Waktu tahniah untuk hari raya Idul Fitri berawal pada maghrib hari raya (malam takbiran). Sementara waktu tahniah untuk hari raya Idul Adha berawal pada Subuh hari Arafah seperti kesunahan takbir.” (Lihat Syekh Said bin Muhammad Ba’asyin, Buysral Karim, [Beirut, Darul Fikr: 2012 M/1433-1434 H], Juz II, halaman 352).
Tidak heran Syekh Sulaiman bin Umar Al-Jamal dalam karyanya, Hasyiyatul Jamal, mengatakan, “Ungkapan Al-Birmawi, ‘Ucapan selamat hari raya ‘Id, pergantian bulan, dan pergantian tahun dianjurkan.’”
Advertisement
Pendapat Ulama Lainnya
Pengucapan selamat tahun hijriyyah bukan tanpa masalah di kalangan ulama. Imam Jalaluddin As-Suyuthi mengangkat perbedaan pendapat ulama dalam kumpulan fatwanya berikut ini:
فوائد الشيخ زكي الدين عبد العظيم المنذري أن الحافظ أبا الحسن المقدسي سئل عن التهنئة في أوائل الشهور ، والسنين أهو بدعة أم لا ؟ فأجاب بأن الناس لم يزالوا مختلفين في ذلك ، قال : والذي أراه أنه مباح ليس بسنة ولا بدعة انتهى ، ونقله الشرف الغزي في شرح المنهاج ولم يزد عليه
Artinya: “Al-Qamuli dalam Al-Jawahir mengatakan, ‘Aku tidak menemukan banyak pendapat kawan-kawan dari Madzhab Syafi’i ini perihal ucapan selamat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, ucapan selamat pergantian tahun dan pergantian bulan seperti yang dilakukan oleh banyak orang sekarang. Hanya saja aku dapat riwayat yang dikutip dari Syekh Zakiyuddin Abdul Azhim Al-Mundziri bahwa Al-Hafizh Abul Hasan Al-Maqdisi pernah ditanya perihal ucapan selamat bulan baru atau selamat tahun baru. Apakah hukumnya bid’ah atau tidak? Ia menjawab, banyak orang selalu berbeda pandangan masalah ini. Tetapi bagi saya, ucapan selamat seperti itu mubah, bukan sunah dan juga bukan bid’ah.’ Pendapat ini dikutip tanpa penambahan keterangan oleh Syaraf Al-Ghazzi dalam Syarhul Minhaj,” (Lihat Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Hawi Lil Fatawi fil Fiqh wa Ulumit Tafsir wal hadits wal Ushul wan Nahwi wal I‘rabi wa Sa’iril Funun, [Beirut, Darul Kutub Ilmiyah: 1982 M/1402 H], juz 1, halaman 83).
Demikian hukum mengucapkan selamat tahun baru Islam. Semoga bisa dipahami dengan baik.