Alasan di Balik Penamaan Asyura Menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jilani

Berikut ragam pendapat sebagaimana dikemukakan oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jilani perihal nama asyura.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Jul 2024, 22:30 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2024, 22:30 WIB
[Bintang] Niat Puasa Muharram
Sudah tahu bacaan niat puasa Muharram? Kamu bisa lihat di sini. (Foto: imamsonline.com)

Liputan6.com, Cilacap - Muharram ialah salah satu bulan mulia di sisi Allah SWT sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an. Masyarakat Jawa menyebut Muharram sebagai Suro.

Menelisik pada penamaan Suro sebagai bulan Muharram, rupanya mengambil dari kata Asyura yang merupakan hari kesepuluh dalam bulan Muharram.

Tanggal 10 Muharram atau yang disebut asyuro merupakan hari mulia, di mana Rasulullah SAW menganjurkan berpuasa pada hari itu.

Namun, yang jarang diketahui dan tak kalah menariknya untuk dibahas ialah perihal penamaan asyura itu sendiri.

Ternyata dibalik nama asyura,  terdapat ragam pendapat perihal alasannya sebagaimana dikemukakan oleh para ulama. Salah satunya ialah Syaikh Abdul Qadir al-Jilani. Berikut ini ulasannya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Sebab Penamaan Asyura menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jilani

[Bintang] Sambut 1 Muharram, Ini Bacaan Doa Awal Tahun
Menyambut 1 Muharram, inilah lafal doa awal tahun yang nggak ada salahnya untuk kamu baca. (Ilustrasi: getpocket.com)

Menukil tulisan Ustadz Muhamad Abror, penulis keislaman NU Online, alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Ma'had Aly Saidusshiddiqiyah Jakara via NU Online, Syekh Abdul Qadir al-Jilani dalam Al-Ghunyah li Thalibi Thariqil Haqq menjelaskan, para ulama berbeda pendapat tentang sebab penamaan hari Asyura. Ia memaparkan setidaknya ada tiga argumen yang berbeda mengenai hal ini. Berikut penjelasannya.

1. Hari Asyura bertepatan 10 Muharram

Mayoritas ulama mengatakan alasan penamaan Asyura karena hari tersebut bertepatan dengan tanggal 10 Muharram. Kata ‘Asyura’ sendiri berasal dari kata ‘Asyirun’ yang artinya hari kesepuluh.

2. Kemuliaan kesepuluh yang dianugerahkan Allah

Sebagian ulama mengatakan sebab penamaan Asyura karena hari tersebut merupakan kemuliaan kesepuluh yang telah Allah anugerahkan kepada umat Muslim. Pertama, bulan Rajab karena dikatakan sebagai syahrullah (bulan Allah). Allah menjadikan Rajab lebih mulia dibanding bulan-bulan lainnya sebagaimana umat Islam lebih mulia dibanding umat-umat lainnya.

Kedua, bulan Sya’ban karena bulan ini lebih mulia dibanding bulan-bulan lainnya sebagaimana Nabi Muhammad lebih mulia dibanding nabi-nabi lainnya. Ketiga, bulan Ramadhan karena bulan ini lebih mulia dibanding bulan-bulan lainnya sebagaimana Allah lebih mulia dibanding makhluk-makhluk-Nya. Keempat, malam Laylatul Qadar karena momen ini lebih mulia dari 1000 bulan.

Kelima, hari raya Idul Fitri karena momen ini merupakan hari pembalasan yang sempurna. Keenam, 10 hari pertama bulan Dzulhjjah karena hari-hari tersebut merupakan momen untuk memperbanyak zikir kepada Allah swt. Ketujuh, hari Arafah karena pahala melakukan puasa sunnah pada hari ini adalah pengampunan dosa selama dua tahun. Kedelapan, hari raya kurban karena hari ini merupakan momen untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Kesembilan, hari Jumat karena hari ini merupakan pimpinan dari hari-hari lainnya. Kesepuluh, hari Asyura karena pahala melakukan puasa sunnah pada hari tersebut adalah pengampunan dosa selama satu tahun.

فلكل وقت من هذه الأيام كرامة جعلها الله تعالى لهذه الأمة تكفيرًا لذنوبهم وتطهيرًا لخطاياهم

Artinya, “Semua hari-hari tersebut merupakan anugerah kemuliaan yang telah Allah berikan kepada umat Muslim agar dosa-dosa mereka diampuni.”

 

Bulan Memuliakan 10 Nabi dengan 10 Anugerah

Ilustrai- Kafilah pengendara unta di padang pasir. (Foto: Tangkapan layar film The Messenger)
Ilustrai- Kafilah pengendara unta di padang pasir. (Foto: Tangkapan layar film The Messenger)

3. Allah memuliakan 10 Nabi dengan 10 Anugerah

Sebagian ulama berpendapat alasan penamaan hari Asyura karena pada hari ini Allah telah memuliakan 10 nabi dengan 10 anugerah, yaitu; (1) diterimanya taubat Nabi Adam, (2) Nabi Idris diangkat ke tempat yang luhur (Hasan al-Bashri mengatakan tempat tersebut adalah surga), (3) bahtera Nabi Nuh selamat saat terjadi banjir bah, (4) momen Nabi Ibrahim lahir, diangkat menjadi kekasih Allah (khalilullah), dan diselamatkan dari kobaran api.

Kemudian, (5) Allah menerima Taubat Nadi Dawud, (6) Allah mengembalikan kerajaan Nabi Sulaiman, (7) Nabi Ayub bisa melihat setelah sekian lama buta, (8) Nabi Musa selamat dari kejaran Fir’aun, (9) Nabi Yunus diselamatkan setelah berada di dalam perut ikan, dan (10) Nabi Muhammad saw dilahirkan pada hari Asyura (menurut salah satu pendapat).

Terkait pendapat ketiga ini, dasarnya adalah sabda Rasulullah saw berikut:

...فقال عمرُ: يا رسولَ اللهِ لقد فضَّلنا اللهُ عزَّ وجلَّ بيومِ عاشوراءَ؟ قال: نعم، خلق اللهُ السَّماواتِ يومَ عاشوراءَ، والأرضَ كمثلِه، وخلق الجبالَ يومَ عاشوراءَ، والنُّجومَ كمثلِه، وخلق القلمَ يومَ عاشوراءَ، واللَّوحَ كمثلِه، وخلق جبريلَ يومَ عاشوراءَ " وملائكتَه يومَ عاشوراءَ، وخلق آدمَ في يومِ عاشوراءَ، ووُلد إبراهيمُ يومَ عاشوراءَ " ونجَّاه من النَّارِ يومَ عاشوراءَ، وفداه اللهُ يومَ عاشوراءَ، وغرِق فرعونُ يومَ عاشوراءَ، ورُفِع إدريسُ يومَ عاشوراءَ، ووُلِد في يومِ عاشوراءَ، وأعطَى اللهُ المُلكَ سليمانَ يومَ عاشوراءَ، ووُلِد النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم في يومِ عاشوراءَ، واستوَى الرَّبُّ عزَّ وجلَّ على العرشِ يومَ عاشوراءَ ويومُ القيامةِ يومُ عاشوراءَ.

Artinya, “Umar bin Khattab bertanya, ‘Wahai Rasulullah, benarkah Allah menjadikan hari Asyura sebagai hari yang utama buat kami? Rasul menjawab, ‘Iya benar. Pada hari itu Allah menciptakan langit-langit, bumi, gunung, Jibril, para malaikat, dan Adam. Pada hari itu juga Ibrahim lahir dan diselamatkan dari kobaran api.

Firaun ditenggelamkan pada hari Asyura. Nabi Idris diangkat dan dilahirkan juga di hari yang sama. Allah memberi kerajaan kepada Nabi Sulaiman di hari Asyura. Nabi Muhammad saw lahir pada hari Asyura. Allah swt ber-istiwa di hari Asyura. Dan, terakhir, kiamat akan terjadi juga di hari Asyura.’” (HR Ibnu Abbas). (Syekh Abdul Qadir al-Jilani, Al-Ghunyah li Thlibi Thariqil Haqq, 2015: halaman 90-91)

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya