Liputan6.com, Jakarta - Kadang di antara kita masih bergeming dengan celaan dan hinaan yang diterima, dan hal ini memang wajar. Menghadapi kritikan atau penghinaan bisa sangat menyakitkan dan menggoyahkan, terutama ketika datang dari orang-orang di sekitar kita.
Namun, penting untuk diingat bahwa celaan dan hinaan adalah bagian dari kehidupan yang harus dihadapi dengan bijaksana. Bahkan para nabi, rasul, dan orang-orang saleh pun tidak luput dari celaan dan hinaan.
Yang terpenting adalah tetap tenang, sabar, dan fokus pada tujuan hidup yang lebih besar, serta mengingat bahwa ketenangan hati dan pikiran yang terukur lebih berharga dibandingkan dengan sekadar merespons negatif dari orang lain. Dalam Bahasa Jawa, 'sing tenang' artinya yang tenang menghadapi itu semua.
Advertisement
Mengutip sebuah ceramah yang dipublikasikan di kanal YouTube @sarminamobile9265, Ustadz Adi Hidayat (UAH)Â memberikan penjelasan mendalam tentang celaan dan ketenangan dalam hidup.
Menurut Ustadz Adi, celaan adalah bagian yang tak terhindarkan dalam kehidupan setiap orang. "Allah dicela, malaikat dicela, Rasul dicela, nabi dicela, sahabat dicela, tabi'in dicela, ulama dicela, kita siapa yang mungkin belum menjadi bagian dari orang-orang itu dan ingin bebas dari celaan itu mustahil," jelas UAH.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Dapat Celaan, Harus Bahagia, Kok Bisa?
Ustadz Adi Hidayat menegaskan bahwa mendapatkan celaan adalah sesuatu yang wajar dan menunjukkan bahwa kehidupan kita berjalan normal. Jika seseorang pernah mendapatkan celaan atau disoal oleh orang lain, itu adalah bagian dari pengalaman hidup yang biasa.
"Kalau mendapatkan celaan, berbahagialah berarti kehidupan kita normal," ujar Ustadz Adi.
Ia juga mengingatkan bahwa Rasulullah yang paling mulia pun pernah mendapatkan celaan dan tantangan dalam hidupnya. "Jangankan engkau, Rasul yang paling mulia saja pernah mendapati itu," kata UAH.
Ini menunjukkan bahwa celaan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari, bahkan oleh orang-orang yang sangat mulia. Dalam menghadapi celaan, Ustadz Adi menekankan pentingnya memiliki ketahanan dan ketenangan.
"Bagaimana seni mendapatkan ketahanan sehingga dalam di hina dan dicela pun tetap tenang, bagaimana juga hatinya tetap nyaman," jelasnya. Ketenangan hati dalam menghadapi celaan adalah kunci untuk menjaga pikiran tetap tenang dan tindakan tetap terukur.
Ustadz Adi juga menggarisbawahi bahwa ketenangan hati sering kali lebih penting dibandingkan dengan harta yang berlimpah. "Ketenangan itu yang membawa pikiran tenang dan tindakan yang terukur," katanya.
Â
Advertisement
Pokoknya yang Penting Tenang
Dalam pandangannya, ketenangan hati adalah aset berharga yang dapat memberikan dampak positif dalam hidup.
Ustadz Adi Hidayat menambahkan bahwa memiliki ketenangan hati membantu seseorang dalam menghadapi berbagai tantangan dan situasi sulit dengan lebih baik.
"Kadang-kadang ketenangan itu lebih penting bahkan dibandingkan dengan harta yang berlimpah," tegasnya.
Dengan ketenangan, seseorang dapat menghadapi celaan dan kritik dengan lebih bijaksana dan tidak terpengaruh secara emosional. "Ketenangan dalam diri kita memungkinkan kita untuk tetap fokus pada tindakan yang benar dan menjaga kualitas hidup yang baik," ujar Ustadz Adi.
"Bahwa celaan adalah bagian dari kehidupan yang harus diterima dengan lapang dada. Saya mengajak umat untuk tetap tenang dan menjaga ketenangan hati dalam menghadapi berbagai situasi dan tantangan yang dating," ujarnya.
Dengan menerima celaan sebagai bagian dari perjalanan hidup, kita bisa belajar untuk tetap bersabar dan menjaga kualitas diri. "Penerimaan terhadap celaan adalah bagian dari pembelajaran untuk menjadi lebih baik," kata Ustadz Adi.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Â