Liputan6.com, Jakarta - Hari-hari umat Islam tidak lepas dari mengerjakan amal, baik yang sunnah maupun wajib. Selain mendatangkan pahala, mengerjakan amalan tertentu bisa membuat Allah menyukai perbuatan hamba-Nya.
Ulama berdarah Melayu Deli dan Riau, Ustadz Tengku Zulkarnain pernah membahas tiga amalan yang paling dicintai Allah. Amalan ini terungkap ketika sahabat Abdullah bin Mas’ud bertanya kepada Nabi Muhammad SAW.
Dalam sebuah riwayat, suatu hari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu bertanya kepada Rasulullah SAW. “Apakah amalan yang paling dicintai Allah?” tanyanya sebagaimana disampaikan Ustadz Tengku Zulkarnain di YouTube SalingSapaTV, Selasa (27/8/2024).
Advertisement
Baca Juga
Nabi SAW menjawab dengan lugas. Amalan pertama yang disukai Allah adalah sholat pada waktunya. Jawaban nabi ini bukan sholat di awal waktu, melainkan sholat pada waktunya. Artinya, ketika melaksanakan sholat Isya di tengah malam pun masih tergolong hamba yang disukai Allah.
“Kadang-kadang sholat itu digeser. Rasul SAW pernah sholat Isya di tengah malam karena lagi ngaji. Kalau dalam mazhab Syafi’i sebaiknya (sholat) di awal waktu meskipun bisa digeser,” kata Ustadz Tengku Zulkarnain.
Saksikan Video Pilihan Ini:
2. Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Abdullah bin Mas’ud kembali bertanya kepada Rasulullah. “Apa lagi ya Rasulullah SAW?” Dijawablah amalan kedua adalah berbakti kepada orang tua.
Ustadz Tengku mencontohkan, jika punya uang Rp10 juta disedekahkan kepada orang lain tidak akan kalah dengan memberikan segelas minuman kepada bapak atau ibu sendiri.
“Kalah 10 juta itu. Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua,” imbuhnya.
Kemudian mantan Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini mengambil contoh dari kisah Nabi Musa AS. Dikisahkan, Nabi Musa bertanya langsung kepada Allah. “Ya Allah, siapa kawan dekatku di surga?”
Allah jawab, “Di satu kampung ada seorang laki-laki tukang jual daging di pasar, itulah sahabat karibmu di surga, salah satunya.”
Kemudian Nabi Musa datang ke pasar tempat laki-laki itu jualan daging. Saat diperhatikan, laki-laki itu membawa bakul besar di punggung. Sesekali lelaki itu memberikan senyum sembari melihat bakul.
“Nabi musa heran kok ini anak muda senyum-senyum sama bakul,” kisahnya.
Setelah selesai berjualan, daging itu tidak habis dijual. Ada sebagian kecil dibawa pulang. Orang mau beli pun dia gak mau jual.
Singkat cerita, Nabi Musa ikut pulang dengan laki-laki penjual daging tersebut. Laki-laki tersebut tidak tahu bahwa yang ikut pulang ke rumahnya adalah seorang nabi dan rasul.
Sesampainya di rumah laki-laki tersebut, Nabi Musa kaget lantaran di dalam bakul yang dibawa ke pasar itu isinya adalah ibunya yang kurus dan sudah tua renta.
Setelah diletakkan di tempat tidur, laki-laki itu masak daging dan roti untuk ibunya. Lalu ia menyuapi sendiri orang tercintanya.
Setelah itu, sang ibu mengangkat tangan dan berdoa. “Ya Allah jadikanlah anakku ini di surga duduk bersama sama dengan Nabi Musa AS.”
“(Oleh karenanya) berbuat baik kepada ibu bapak jangan main-main. Itu tiket masuk ke surga,” kata Ustadz Tengku Zulkarnain.
Advertisement
3. Jihad Fisabilillah
Abdullah bin Mas’ud kembali bertanya. “Apalagi ya Rasulullah?”
Rasulullah SAW bersabda, berjihad atau bersusah payah memperjuangkan agama di jalan Allah. Menurut Ustadz Tengku Zulkarnain, salah satu jihad yang paling besar mengatakan kebenaran di depan pemimpin yang dzalim.
“Sebab ancamannya nyawa, tapi dia berani mengatakan kebenaran. Itu jihad paling besar,” tandasnya.
Wallahu a’lam.