Liputan6.com, Jakarta - Pertanyaan soal nasib orang-orang nonmuslim yang dikenal dermawan atau sering melakukan kebaikan sering kali muncul dalam forum keagamaan. Sebagian umat bertanya-tanya, apakah amal kebaikan itu cukup untuk mengantarkan ke surga?
Realita di masyarakat memang menunjukkan banyak orang nonmuslim yang aktif dalam kegiatan sosial. Ada yang ringan tangan membantu, menyumbang atau sedekah untuk kemanusiaan, hingga menjadi relawan di bencana.
Namun, bagaimana pandangan Islam terhadap amal kebaikan yang dilakukan oleh non Muslim? Apakah kebaikan tersebut dicatat sebagai amal saleh yang bisa mengantar ke surga?
Advertisement
Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan persoalan ini secara gamblang dalam sebuah kajian. Ia menyampaikan bagaimana Islam memandang amal kebaikan dari orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dalam penjelasannya, UAH mengangkat sebuah pertanyaan yang pernah ditujukan kepada Rasulullah. “Si Fulan itu orang baik, Ya Rasulullah. Tapi dia nonmuslim. Dia nyumbang, bantu orang, donasi. Perbuatannya baik. Bagaimana statusnya di akhirat?” katanya menirukan pertanyaan itu.
Kajian tersebut dirangkum dari tayangan video dari kanal YouTube @Hasanahislamofficial, dikutip Jumat, 11 April 2025. Dalam video itu, ia menyampaikan jawaban berdasarkan petunjuk langsung dari Al-Qur’an.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Bagaikan Debu Beterbangan
Menurut UAH, untuk menjawab pertanyaan itu, Allah langsung menurunkan wahyu berupa Surah Al-Furqan ayat 23. Ayat ini menjelaskan bagaimana Allah memperlakukan amal orang-orang yang tidak beriman.
وَقَدِمْنَآ اِلٰى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَاۤءً مَّنْثُوْرًا ٢٣
wa qadimnâ ilâ mâ ‘amilû min ‘amalin fa ja‘alnâhu habâ'am mantsûrâ
Artinya: Kami perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.
Ayat tersebut menjadi dasar bahwa kebaikan yang tidak didasari oleh keimanan kepada Allah dan kehidupan akhirat, akan lenyap tak berbekas di hadapan-Nya.
UAH menegaskan, “Dengan keadilan-Ku, kata Allah, karena dia mengerjakan itu motivasinya dunia, bukan akhirat, maka dibalas dengan balasan dunianya.”
Allah tidak pernah menganiaya hamba-Nya. Jika seseorang berbuat baik dan menginginkan balasan dunia, maka balasan itu akan diberikan di dunia.
Namun, ketika amal itu tidak disandarkan pada iman, maka di akhirat tidak lagi punya nilai. “Kalau ngerjakan dunia, dibalas dengan dunia. Tidak adil kalau kerja di dunia, tapi berharap balasan akhirat,” jelas UAH.
Menurutnya, banyak orang salah kaprah. Mereka merasa bahwa cukup dengan menjadi baik, maka otomatis akan mendapatkan surga. Padahal dalam Islam, fondasi utama amal adalah iman.
Advertisement
Tugas Umat Muslim
Amal tanpa iman, menurut UAH, seperti bangunan tanpa pondasi. Terlihat kokoh dari luar, tetapi akan runtuh ketika diuji oleh angin dan hujan ujian di akhirat.
Konsep ini menunjukkan bahwa keadilan Allah bersifat total. Tidak ada satu pun amal duniawi yang tidak mendapatkan ganjaran, jika memang diniatkan untuk dunia.
Namun, jika seseorang ingin ganjaran akhirat, maka harus meniatkan amalnya untuk akhirat dengan iman yang benar. Tanpa itu, amal akan menjadi “habâ'am mantsûrâ” — debu yang beterbangan.
UAH juga menekankan bahwa hidayah adalah hak prerogatif Allah. Sehingga tugas umat Muslim adalah menyampaikan kebenaran, bukan memvonis.
Ia mengajak umat untuk memahami ajaran ini bukan sebagai bentuk diskriminasi, melainkan sebagai bentuk keadilan Tuhan yang memisahkan antara iman dan niat duniawi.
Dalam Islam, iman adalah tiket masuk ke surga. Sedangkan amal adalah nilai tambah yang memperindah kedudukan seseorang di sana.
Oleh karena itu, amal yang dilakukan dengan niat hanya untuk duniawi, tanpa iman dan orientasi akhirat, tidak akan bernilai di sisi Allah saat hari perhitungan.
Penjelasan ini mengajak umat Islam untuk terus memperkuat keimanan, dan juga menjadi motivasi bagi siapa pun agar tidak hanya menjadi “baik”, tapi juga beriman.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
