Liputan6.com, Cilacap - Banyak kisah keramat atau karomah yang dimiliki ulama masyhur yang djuluki hujjatul Islam atau pembela Islam yakni Imam al-Ghazali.
Adapun salah satu karomah beliau yang akan diulas kali ini ialah seputar cara unik yang beliau lakukan untuk mengetahui kualitas sebuah hadis, apakah terkategori sebagai hadis shohih atau bukan.
Berdasarkan kajian ilmu mustholahatul hadis, secara umum kualitas hadis dibagi menjadi tiga bagian, yakni hadis shohih, hasan dan dla’if.
Advertisement
Baca Juga
Untuk mengetahui tingkatan-tingkatan hadis sebagaimana tersebut di atas diperlukan berbagai macam disiplin keilmuwan yang mendalam berkaitan dengan hadis.
Simak Video Pilihan Ini:
Cara Unik al-Ghazali Mengetahui Kualitas Hadis
Dalam sebuah majlis ilmu, Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghazali (1058-1111 M) ‘disidang’ para ulama Baghdad. Pasalnya, Al-Ghazali seringkali mengutip sejumlah hadits yang dinilai dla’if (lemah). Bahkan memasukkan hadits-hadits maudhu’ (palsu) dalam beberapa karyanya.
“Kenapa Anda berbuat demikian?” tanya seorang ulama menghakimi.
Al-Ghazali yang dijuluki Hujjatul Islam itu menjawab dengan tenang. “Para ulama yang mulia, saya menyeleksi hadits menggunakan cara yang berbeda dengan Anda semua. Cara saya hanya dengan mencium hadits tersebut.
Jika tercium semerbak wangi, maka hadits itu shahih. Sebaliknya, jika tidak tercium harum, maka hadits itu dla’if atau maudhu’, Inilah yang disebut dengan thariqah al-mukasyafah (metode penyingkapan metafisika).”
Para ulama yang ada di majelis itu pun terkagum.
Advertisement
Karomah Lainnya
Di antara kisah ajaib lainnya adalah mengenai kesaksian seorang sufi bernama ‘Arif al-Kabir al-Yamani Ahmad Ash Shayyad yang melihat Imam Al-Ghazali dibawa Nabi Khidir dan para malaikat menuju langit ke tujuh.
Ada pula kisah mengenai kemampuan Al-Ghazali yang mengundang para sufi melalui mimpi. Sejumlah ulama percaya, Al-Ghazali merupakan seorang sufi yang mencapai derajat wali.
Misalnya seperti yang dikisahkan Syaikh Al-‘Arif Abi Hasan Al-Syadzili. Mursyid sekaligus pendiri Thariqat Syadziliyah itu bermimpi melihat Nabi Muhammad Saw berbincang dengan Nabi Musa AS dan Isa AS.
“Apakah ada di antara umat kalian berdua seorang alim seperti Imam Al-Ghazali ini?” tanya Rasulullah.
Keduanya menjawab serentak, “Tidak ada dari umat kami seorang alim seperti Imam Al-Ghazali.”
Mimpi yang diceritakan As-Syadzili kepada Ibnu as-Subuki itu menunjukkan bahwa kewalian Al-Ghazali diakui para Nabi.
Sebagai ulama besar, kehidupan Imam Al-Ghazali banyak ditulis oleh sejumlah akademisi dari Timur dan Barat. Sejumlah karya tulis itu umumnya membahas mengenai biografi Al-Ghazali serta pemikiran-pemikirannya dalam berbagai aspek.
Sebagai contoh adalah buku berjudul Konsep Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan yang ditulis oleh Abu Muhammad Iqbal. Namun baru buku berjudul Kisah-Kisah Ajaib Imam Al-Ghazali ini yang memberikan sudut pandang lain dan unik mengenai sosok yang bergelar Hujjatul Islam tersebut.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul