Apakah Baca Qunut Subuh Wajib, jika Tidak Hafal Bagaimana? Simak Kata Buya Yahya

Buya Yahya menjelaskan, qunut Subuh merupakan sunnah yang dianjurkan bagi Mazhab Syafi’i. Adapun mazhab lainnya seperti Imam Abu Hanifah, tidak menyunnahkan membaca qunut saat melaksanakan sholat Subuh.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 13 Nov 2024, 03:30 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2024, 03:30 WIB
Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma'arif alias Buya Yahya
Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma'arif alias Buya Yahya. (Foto: YouTube Al Bahjah TV)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam sholat Subuh terdapat kesunahan yang sangat dianjurkan menurut Mazhab Imam Syafi'i. Adalah membaca qunut setelah bangkit dari rukuk (i’tidal) pada rakaat kedua. 

Bahkan, qunut Subuh tergolong sebagai sunnah ab'ad sholat. Artinya, seseorang yang meninggalkan sunnah ab'ad sholat dianjurkan untuk melakukan sujud sahwi sebelum mengakhiri sholatnya dengan salam.

Namun, bagaimana jika seseorang sholat Subuh tapi belum hafal doa qunut? Apakah boleh meninggalkan qunut atau menggantinya dengan doa yang lain? Simak berikut penjelasan KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya.

Buya Yahya menjelaskan, qunut Subuh merupakan sunnah yang dianjurkan bagi Mazhab Syafi’i. Adapun mazhab lainnya seperti Imam Abu Hanifah, tidak menyunnahkan membaca qunut saat melaksanakan sholat Subuh.

Menurut Buya Yahya, seorang muslim boleh tidak membaca doa qunut Subuh karena mengikuti Imam Abu Hanifah. Alasan tersebut boleh dibenarkan dengan cara bertaqlid kepada Imam Abu Hanifah.

"Tapi kalau ada orang tidak qunut, menyalahkan (pendapat) Mazhab Imam Syafi'i, dia telah salah. Imam Syafi'i juga pakai hujah kok," jelas Buya Yahya, dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Selasa (12/11/2024).

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Boleh Baca Doa Lain jika Tak Hafal Qunut

Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya
Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya. (Tangkap layar YouTube Al Bahjah TV)

Apabila ada seorang muslim pengikut Mazhab Syafi’i tapi tidak hafal doa qunut, Buya Yahya menyebut orang tersebut dapat membaca doa apa saja yang dihafal sebagai pengganti doa qunut yang dibaca ketika i’tidal rakaat kedua Subuh.

"Karena Anda ikut Mazhab Imam Syafi'i, jangan sampai Anda ketinggalan keutamaan qunut. Maka, Anda bisa membaca doa apa saja," kata Buya Yahya.

Buya Yahya mencontohkan dengan membaca doa sapu jagat, yaitu "Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina adzabannar". Atau bisa juga membaca doa lain yang dihafal agar meraih keutamaan qunut Subuh. 

Kesimpulannya adalah membaca doa qunut Subuh tidak wajib. Mazhab Syafi'i mengkategorikannya sebagai sunnah. Jika ditinggalkan, maka muslim harus melakukan sujud sahwi. Adapun bila tidak hafal bacaan qunut, muslim dapat membaca doa lain pada i'tidal rakaat kedua sholat Subuh seperti yang dijelaskan oleh Buya Yahya.

Bacaan Doa Qunut

Ilustrasi doa, Islami, Muslim. (Photo by Masjid MABA on Unsplash)
Ilustrasi doa, Islami, Muslim. (Photo by Masjid MABA on Unsplash)

Bagi pengikut Mazhab Syafi’i, berikut adalah bacaan doa qunut yang masyhur untuk dihafal dan diamalkan saat mengerjakan sholat Subuh. Doa qunut dan penjelasannya ini dinukil dari NU Online.

اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ وَاَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ

Allahummahdini fî man hadait, wa ‘âfini fî man ‘âfait, wa tawallanî fî man tawallait, wa bâriklî fî mâ a‘thait, wa qinî syarra mâ qadhait, fa innaka taqdhî wa lâ yuqdhâ ‘alaik, wa innahû lâ yazillu man wâlait, wa lâ ya‘izzu man ‘âdait, tabârakta rabbanâ wa ta‘âlait, fa lakal hamdu a’lâ mâ qadhait, wa astagfiruka wa atûbu ilaik, wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘alâ âlihi wa shahbihi wa sallam.

Artinya: “Ya Allah, berikanlah petunjuk kepada kami sebagaimana mereka yang telah Engkau tunjukkan. Dan berilah kesehatan kepada kami sebagaimana mereka yang Engkau telah berikan kesehatan. Dan peliharalah kami sebagaimana orang yang telah Engkau peliharakan. Dan berilah keberkahan kepada kami pada apa-apa yang telah Engkau karuniakan. Dan selamatkan kami dari bahaya kejahatan yang Engkau telah tentukan. 

Maka sesungguhnya Engkaulah yang menghukum dan bukan terkena hukum. Maka sesungguhnya tidak hina orang yang Engkau pimpin. Dan tidak mulia orang yang Engkau memusuhinya. Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha tinggi Engkau. Maha bagi Engkau segala pujian di atas yang Engkau hukumkan. Aku memohon ampun dari Engkau dan aku bertaubat kepada Engkau. (Dan semoga Allah) mencurahkan rahmat dan sejahtera untuk junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.” 

Doa qunut tersebut dibaca pada saat sholat sendiri. Kalau sholat berjamaah, imam dianjurkan mengubah lafal “ihdinî (berilah aku petunjuk)” menjadi “ihdinâ (berilah kami petunjuk)”. 

Menurut pandangan Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam kitab Fathul Mu’in dimakruhkan berdoa untuk diri sendiri pada saat doa bersama. Ia menegaskan,

    وكره لإمام تخصيص نفسه بدعاء أي بدعاء القنوت للنهي عن تخصيص نفسه بدعاء، فيقول الإمام: اهدنا    

Artinya: “Dimakruhkan bagi imam berdoa khusus untuk dirinya sendiri pada saat doa qunut karena ada larangan tentang hal itu. Karenanya, hendaklah imam membaca ‘ihdina.’” (Lihat Zainuddin Al-Malibari, Fathul Muin, Jakarta, Darul Kutub Al-Islamiyyah, 2009 M, halaman 44).

Wallahu a’lam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya