Liputan6.com, Jakarta - Nabi Zakaria AS adalah seorang yang dikenal sangat sabar dan penuh keteguhan dalam menghadapi ujian hidup. Salah satu kisahnya adalah kesabaran beliau dalam berikhtiar dan memohon keturunan yang saleh kepada Allah.
Dalam kehidupannya, meskipun sudah berusia lanjut dan istrinya dalam keadaan mandul, Nabi Zakaria AS tetap berdoa kepada Allah dengan penuh kerendahan hati dan keimanan yang kuat.
Advertisement
Beliau memohon seorang anak yang saleh, yang akan melanjutkan risalah kebaikan dan kebajikan, serta menjadi penerus yang dapat menjaga ajaran Allah di bumi.
Advertisement
Baca Juga
Hingga akhirnya, doa Nabi Zakaria AS pun tidak hanya terkabul, tetapi juga mendatangkan berkah yang luar biasa. Allah SWT mengabulkan doa beliau dengan mengaruniakan seorang putra yang sangat istimewa, yaitu Nabi Yahya AS.
Dikutip dari laman muslim.or.id, berikut adalah doa khusus dan ikhtiar Nabi Zakaria AS dalam memohon keturunan kepada Allah. Semoga dapat kita amalkan dan mengambil hikmah dari kisah berharga ini.
Saksikan Video Pilihan ini:
Doa Khusus Nabi Zakaria
Allah SWT menggambarkan bagaimana Nabi Zakaria AS berdoa dengan penuh keikhlasan dan harap dalam firman-Nya,
وَزَكَرِيَّآ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُۥ رَبِّ لَا تَذَرْنِى فَرْدًا وَأَنتَ خَيْرُ ٱلْوَٰرِثِينَ
Artinya: “Dan (ingatlah kisah) Zakaria, ketika ia berdoa kepada Tuhannya, ‘Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan), dan Engkaulah ahli waris yang terbaik.‘” (QS. Al-Anbiya’: 89)
Perhatikanlah bagaimana Nabi Zakaria AS menyampaikan doanya dengan hati yang tulus dan penuh harapan, memohon kepada Allah agar tidak meninggalkannya tanpa keturunan. Kata “فرداً” yang berarti “seorang diri” di sini menggambarkan keinginan yang dalam dari Nabi Zakaria AS untuk memiliki keturunan yang akan melanjutkan perjuangannya dalam menyebarkan agama Allah.
Doa ini menunjukkan keyakinan yang kuat dari Nabi Zakaria AS bahwa meskipun keadaan fisik dirinya dan istrinya tampak tidak memungkinkan, Allah adalah sebaik-baiknya pemberi keturunan. Hal ini menggambarkan sikap seorang hamba yang memahami bahwa semua perkara ada di tangan Allah Ta’ala, termasuk pemberian keturunan, bahkan di usia tua dan dalam keadaan fisik yang tidak memungkinkan secara medis.
Advertisement
3 Ikhtiar Nabi Zakaria dalam Memohon Keturunan
Pertama, keyakinan penuh kepada Allah (وَكَانُوا۟ لَنَا خَٰشِعِينَ)
Nabi Zakaria AS memiliki keyakinan yang kokoh bahwa Allah mampu mengabulkan permohonannya, meskipun secara manusiawi tampak mustahil. Beliau berserah diri sepenuhnya kepada kekuasaan Allah, menyadari bahwa tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Inilah yang menjadi dasar dari doa dan usaha Nabi Zakaria, yakni keyakinan bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Kedua, berdoa dengan penuh harap dan kerendahan hati (يَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا)
Nabi Zakaria AS tidak sekadar berdoa, tetapi beliau melakukannya dengan penuh harap, khusyuk, dan rendah hati. Hal ini digambarkan dalam ayat 90, bahwa Nabi Zakaria AS dan istrinya adalah orang-orang yang senantiasa mempercepat dalam melakukan kebaikan dan berdoa dengan penuh harap dan cemas kepada Allah. Ini menunjukkan pentingnya sikap khusyuk dalam doa dan pengharapan yang besar kepada rahmat Allah.
Ketiga, Berusaha dalam amal kebaikan (يُسَٰرِعُونَ فِى ٱلْخَيْرَٰتِ)
Nabi Zakaria AS dan istrinya digambarkan sebagai hamba-hamba Allah yang selalu mempercepat dalam berbuat kebaikan. Ini merupakan bentuk ikhtiar mereka untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah melalui amal-amal sholeh, yang pada akhirnya menjadi salah satu faktor diijabahnya doa mereka. Amal kebaikan yang mereka lakukan menjadi bagian dari ikhtiar yang tak terpisahkan dari doa-doa mereka.
Keajaiban di Balik Keadaan yang Sulit
Pada akhirnya, Allah mengabulkan doa Nabi Zakaria AS. Allah memberikan kepada beliau seorang anak yang tidak hanya menjadi keturunan yang dinanti-nantikan, tetapi juga seorang nabi, yaitu Nabi Yahya AS. Hal ini ditegaskan dalam surah Al-Anbiya ayat 90 di atas.
Kisah ini juga menyoroti keadaan fisik Nabi Zakaria AS yang sudah tua dan istrinya yang mandul. Secara logika manusia, kondisi ini hampir tidak mungkin bagi mereka untuk mendapatkan keturunan. Namun, Allah menunjukkan bahwa tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Allah mengangkat derajat Nabi Zakaria AS dengan memberikannya seorang anak yang saleh dan mulia, yaitu Nabi Yahya AS, meskipun kondisi mereka secara medis tampak tidak memungkinkan.
Kisah ini juga memberikan banyak pelajaran berharga, terutama mengenai pentingnya doa yang disertai dengan keyakinan penuh kepada kekuasaan Allah. Kita pun, dalam kehidupan sehari-hari, kadang merasa bahwa ada banyak hal yang tidak mungkin kita capai. Namun, melalui kisah ini, Allah mengajarkan kepada kita bahwa doa yang tulus dan ikhtiar yang sungguh-sungguh akan selalu membuahkan hasil, dengan catatan kita memiliki keyakinan bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Penting pula bagi kita untuk mengingat bahwa doa harus disertai dengan amal saleh dan usaha yang nyata. Nabi Zakaria AS dan istrinya selalu bersegera dalam melakukan kebaikan, dan ini menjadi bagian dari ikhtiar mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan rahmat-Nya.
Akhirnya, kita dapat mengambil pelajaran bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah. Jika kita menghadapi kesulitan dalam hidup, termasuk dalam hal memperoleh keturunan, jangan pernah putus asa dari rahmat Allah. Dengan doa, keyakinan, dan ikhtiar yang sungguh-sungguh, insyaAllah kita akan mendapatkan yang terbaik dari-Nya, sebagaimana yang dialami oleh Nabi Zakaria AS dan istrinya. Wallahu Ta’ala a’lam
Advertisement