Sudah Wudhu, eh.. Injak Kotoran Kucing, Apakah Wudhunya Batal? Simak Penjelasan UAH

UAH menekankan bahwa meskipun wudhu tetap sah, kotoran kucing tersebut harus segera dibersihkan. Membersihkan najis adalah bagian dari menjaga kebersihan dan kesucian diri sebagai seorang Muslim.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Jan 2025, 14:30 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2025, 14:30 WIB
UAH (SS. YT Short @Andhap_asor)
UAH (SS. YT Short @Andhap_asor)

Liputan6.com, Jakarta - Masalah wudhu sering kali menjadi pertanyaan yang menggelitik bagi umat Islam. Salah satu isu yang menarik perhatian adalah apakah wudhu tetap sah jika seseorang menginjak kotoran, misalnya kotoran kucing, tanpa alas kaki.

Hal ini disampaikan dalam kajian oleh Ustadz Adi Hidayat (UAH), pendiri Quantum Akhyar Institute, sebuah lembaga yang fokus pada pendidikan Islam dan dakwah.

Dalam video yang dikutip dari kanal YouTube @Hijrahstory414, UAH menjawab pertanyaan dari salah satu jemaah tentang keabsahan wudhu dalam situasi tersebut. Penjelasan yang diberikan sangat rinci dan didasarkan pada pemahaman fiqih yang kuat.

Pertanyaan yang diajukan adalah, "Apakah saat kita menginjak tanah tanpa alas kaki dalam keadaan berwudhu itu dapat membatalkan wudhu?" Dengan tegas, UAH menjawab bahwa tindakan tersebut tidak membatalkan wudhu.

"Telanjang kaki itu maksudnya tidak pakai alas, seperti sandal atau sepatu. Tidak batal wudhu-nya, walaupun kaki itu menginjak kotoran. Misalnya, ada kotoran kucing keinjak, itu nggak batal," jelasnya dalam kajian tersebut.

Namun, UAH menekankan bahwa meskipun wudhu tidak batal, kotoran tersebut harus segera dibersihkan. Membersihkan najis adalah bagian dari menjaga kebersihan dan kesucian diri sebagai seorang Muslim.

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa kotoran tersebut benar-benar hilang dari kaki. UAH menyebutkan tiga hal yang perlu diperhatikan saat membersihkan najis.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Begini Cara Sucikan Najis

6 Pose Kucing Dipotret dari Luar Jendela, Dramatis Banget
Ilustrasi kucing. (sumber: Instagram/@tepopo_cat/@windowkitty via Bored Panda)

"Pertama, hilangkan warnanya. Bersihkan sampai warnanya benar-benar hilang," paparnya. Warna yang masih tersisa menandakan bahwa najis belum sepenuhnya terangkat.

Selanjutnya, ia menekankan pentingnya memastikan bau dari najis tersebut juga hilang. "Kedua, hilangkan baunya. Kalau masih ada bau, berarti najisnya belum bersih," tambahnya.

Langkah ketiga yang disampaikan UAH adalah memastikan tidak ada rasa yang tertinggal. Hal ini mungkin terdengar unik, tetapi memiliki makna penting dalam memastikan kebersihan secara sempurna.

"Bagaimana caranya memastikan rasa hilang? Gunakan prasangka yang paling kuat. Kalau warna sudah hilang, bau sudah normal, nggak perlu dirasakan," jelasnya sambil tersenyum.

UAH juga memberikan contoh praktis tentang bagaimana menyelesaikan persoalan ini dengan sederhana. Menurutnya, yang terpenting adalah tidak panik dan tetap mengikuti prosedur pembersihan dengan teliti.

Dalam pandangan Islam, kebersihan adalah bagian dari iman. Oleh karena itu, menjaga kebersihan diri, termasuk dari najis, menjadi bagian penting dari ibadah sehari-hari.

Selain itu, UAH juga mengingatkan bahwa wudhu adalah ibadah yang sangat istimewa. Menjaganya dengan baik menunjukkan kesungguhan seorang Muslim dalam beribadah kepada Allah.

Soal yang Sering Dialami Banyak Masyarakat

Tata Cara Wudhu dan Bacaannya
Tata Cara Wudhu dan Bacaannya (Sumber: Pixabay)

"Najis tidak membatalkan wudhu, tetapi harus dibersihkan dengan benar agar kita tetap dalam keadaan suci," tuturnya. Penekanan ini menunjukkan pentingnya memahami hukum-hukum fiqih dalam Islam.

Kajian ini menarik banyak perhatian karena menyentuh persoalan yang sering dialami dalam kehidupan sehari-hari. Tidak sedikit umat yang menghadapi situasi serupa, tetapi bingung bagaimana harus menyikapinya.

UAH juga mengajak jemaah untuk terus belajar tentang fiqih wudhu dan kebersihan. Menurutnya, pemahaman yang baik akan membuat ibadah lebih tenang dan terarah.

Quantum Akhyar Institute yang didirikannya menyediakan berbagai kajian mendalam tentang fiqih dan aspek lain dalam Islam. Hal ini bertujuan untuk membantu umat memahami agama secara komprehensif.

Melalui kajian ini, UAH ingin menegaskan bahwa Islam adalah agama yang memudahkan, bukan mempersulit. Semua aturan yang ada dirancang untuk membawa kebaikan bagi umat manusia.

"Jangan terlalu khawatir berlebihan, tetapi juga jangan mengabaikan kebersihan. Ikuti langkah-langkah yang telah diajarkan, dan insya Allah ibadah Anda tetap sah," ujarnya.

Kajian seperti ini menunjukkan pentingnya berdialog langsung dengan para ulama atau menghadiri majelis ilmu. Dengan begitu, umat dapat menghilangkan keraguan dalam menjalankan ibadah.

UAH mengakhiri kajian dengan pesan agar umat Islam selalu menjaga kesucian, baik secara fisik maupun spiritual. Kebersihan, dalam Islam, adalah simbol keimanan dan ketaatan.

"Semoga kita semua bisa menjadi hamba yang lebih baik, menjaga kebersihan, dan terus meningkatkan kualitas ibadah kita," pungkasnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya