Liputan6.com, Jakarta - Pada Jumat akhir Rajab terdapat amalan yang dibagikan ulama, yakni membaca Ahmad Rasûlûllâh Muhammad Rasûlullâh saat khatib duduk di antara dua khutbah. Dzikir pendek ini dibaca sebanyak 35 kali.
Amalan Jumat terakhir Rajab ini pernah diijazahkan ulama Yaman Habib Salim bin Abdullah Al-Syathiri saat berkunjung ke Indonesia. Habib Novel Alaydrus juga turut mengijazahkan agar dzikir tersebut diamalkan.
Advertisement
Dalam keterangan Habib Ali bin Hasan Baharun di Al-Fawaid Al-Mukhtarah, khasiat membaca Ahmad Rasûlullâh Muhammad Rasûlullâh saat khutbah Jumat adalah mendapatkan rezeki yang tak kunjung habis sepanjang tahun.
Advertisement
Baca Juga
Terkait amalan tersebut, seorang jemaah Al Bahjah bertanya kepada KH Yahya Zainul Ma’arif. Apakah amalan membaca Ahmad Rasûlullâh Muhammad Rasûlullâh ada bersumber dari Nabi Muhammad SAW? Jika bukan, apakah boleh diamalkan?
Simak berikut penjelasan Buya Yahya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Penjelasan Buya Yahya tentang Amalan Ahmad Rasûlullâh Muhammad Rasûlullâh
Buya Yahya mengatakan, amalan membaca dzikir Ahmad Rasûlullâh Muhammad Rasûlullâh saat khatib duduk di antara dua khutbah Jumat bukan berasal dari Nabi Muhammad SAW.
“Itu bukan dari Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, dan bagi yang mengamalkan hal-hal seperti itu jangan sampai menisbatkan pada Rasulullah SAW,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Kamis (23/1/2025).
Adapun anjuran membaca dzikir atau berdoa saat khutbah Jumat memang ada dan termasuk waktu mustajab yang disebutkan oleh Rasulullah SAW. Kata Buya Yahya, waktu doa cepat diijabah adalah saat khatib duduk hingga selesai waktu sholat.
“Artinya, waktu khatib di atas mimbar adalah waktu yang dikabul doa. Para ulama mereka dengan ilmu. Bagaimana kita berdoa? Bukankah di saat kita bersama khatib kita diperintahkan untuk mendengar?” kata Buya Yahya.
Buya Yahya melanjutkan penjelasannya. Kesunnahan membaca doa saat khutbah Jumat adalah ketika khatib duduk di antara dua khutbah Jumat. Tidak dianjurkan berdzikir atau berdoa saat khatib membaca khutbah, karena jemaah diimbau untuk mendengarkan isi khutbah.
“Jadi, membaca doanya waktu khatib duduk di antara khutbah. Ini sesuai dengan hadis Nabi SAW. Doanya apa saja. Tidak ada batasan doa yang diajarkan nabi, doa apa saja, membaca apa saja boleh, membaca dzikir. Kalau membaca Ahmad Rasûlullâh Muhammad Rasûlullâh saat itu boleh,” jelas Buya Yahya.
Advertisement
Ilham Orang Saleh
Kembali soal amalan membaca Ahmad Rasûlullâh Muhammad Rasûlullâh saat khatib duduk di antara dua khutbah Jumat akhir Rajab. Buya Yahya mengatakan, amalan tersebut bukan dari Rasulullah SAW, tapi bisa jadi dari ilham orang-orang saleh.
Oleh karenanya, Buya Yahya mengimbau agar tidak mencaci muslim yang mengamalkan dzikir tersebut saat Jumat terakhir Rajab. Amalan tersebut dapat dilakukan dengan dalil anjuran membaca dzikir dan doa saat khatib duduk di antara dua khutbah Jumat yang merupakan salah satu waktu mustajab.
“Ilham itu begini. Ada orang saleh bermimpi atau ketemu Rasulullah SAW dalam mimpi. Saya diperintah nabi untuk membaca ini berapa puluh kali. Kemudian perintahnya di saat waktu Jumat,” tutur Buya Yahya.
“Kalau ini dari mimpi harus disampaikan dari mimpi. Nggak boleh langsung mengatakan barang siapa membaca ini langsung mendapatkan begini. Dari mana ini? Siapa yang ngomong begitu. Nabi? Dusta atas nama nabi. Nggak boleh berbohong atas nabi,” sambung Buya Yahya.
Namun, Buya Yahya kembali mengimbau agar tidak berprasangka buruk terhadap amalan-amalan yang diijazahkan orang-orang salah, terlebih yang sudah berpangkat wali Allah.
“Bisa jadi itu bab ilham atau mereka memang bertemu dengan nabi. Ingat, semua ilham tidak wajib diikuti dan tidak wajib percaya. Percaya boleh asalkan tidak bertentangan dengan syariat,” tandas Buya Yahya.
Kesimpulan
Dengan demikian, amalan membaca Ahmad Rasûlullâh Muhammad Rasûlullâh sebanyak 35 kali saat khatib duduk di antara dua khutbah Jumat akhir Rajab boleh diamalkan, meskipun bukan dari nabi. Dalilnya merujuk pada anjuran berdzikir dan berdoa saat dua waktu mustajab, di antaranya ketika khatib duduk di antara dua khutbah Jumat.
Wallahu a’lam.