Liputan6.com, Jakarta - Bagaimana cara mengetahui ciri-ciri orang yang diampuni dosanya menjadi pembahasan menarik dalam salah satu kajian Ustadz Adi Hidayat. Ia memberikan penjelasan mendalam dengan dasar Al-Qur'an, hadis, dan pandangan ulama.
Salah satu pertanyaan dari jamaah berbunyi, "Pak Ustadz, saya termasuk anak muda yang mungkin banyak dosanya. Bagaimana cara mengetahui ciri-ciri orang yang dosanya diampuni oleh Allah?" Pertanyaan tersebut dijawab dengan lugas oleh Ustadz Adi Hidayat berdasarkan Surah An-Nisa ayat 17-18.
Advertisement
Ia menjelaskan, "Buka Quran surah ke-4, An-Nisa ayat ke-17 hingga 18. Allah menyampaikan bahwa ciri pertama orang yang berpotensi diampuni dosanya adalah dia menyegerakan taubatnya." Jawaban ini dirangkum dari video yang dinukil dari kanal YouTube @zaidan_syatir.
Advertisement
Ustadz Adi menekankan pentingnya segera taubat setelah menyadari dosa. "Jika Anda berdosa di siang hari, jangan tunggu malam. Saat sadar telah berbuat salah, langsung minta ampun kepada Allah," jelasnya. Menurutnya, menunda taubat berisiko karena ajal bisa datang kapan saja.
Ia kemudian mengutip Surah An-Nisa [4] ayat 17-18, yang berbunyi:
اِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّٰهِ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السُّوْۤءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوْبُوْنَ مِنْ قَرِيْبٍ فَاُولٰۤىِٕكَ يَتُوْبُ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا ١٧وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السَّيِّاٰتِۚ حَتّٰىٓ اِذَا حَضَرَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ اِنِّيْ تُبْتُ الْـٰٔنَ وَلَا الَّذِيْنَ يَمُوْتُوْنَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۗ اُولٰۤىِٕكَ اَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًا ١٨
Artinya, “Sesungguhnya bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti, kemudian segera bertobat. Tobat mereka itulah yang diterima Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (Surah An-Nisa [4] ayat 17)
“Dan tobat itu tidaklah (diterima Allah) dari mereka yang melakukan kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) dia mengatakan, ‘Saya benar-benar bertobat sekarang.’ Dan tidak (pula diterima tobat) dari orang-orang yang meninggal sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan azab yang pedih.” (Surah An-Nisa [4] ayat 18)
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Jangan Tunda Taubat, Keburu Meninggal
Ustadz Adi menegaskan bahwa taubat tidak boleh ditunda. Kesempatan untuk bertaubat ada selama nyawa belum mencapai tenggorokan. "Jangan menunggu waktu tertentu. Taubat harus dilakukan segera setelah kita sadar telah berbuat salah," pesannya.
Selain Al-Qur'an, penjelasan terkait tanda taubat diterima juga banyak dibahas oleh para ulama. Dalam pandangan Syekh Syihabuddin Ahmad ibn Hajar al-Asqalani, terdapat enam tanda taubat yang diterima Allah, sebagaimana dirangkum oleh NU Online.
Pertama, kesadaran diri bahwa manusia tidak terpelihara dari dosa. Orang yang bertaubat menyadari bahwa ia tetap berpotensi terjatuh ke dalam kesalahan, sehingga selalu waspada agar tidak mengulangi dosa yang sama.
Kedua, perasaan sedih lebih dominan dibandingkan kegembiraan. Orang yang bertaubat senantiasa mengingat akhirat, khawatir apakah hidupnya akan berakhir dalam keadaan beriman atau tidak. Rasulullah bersabda, “Siapa saja yang banyak mengingat kematian akan sedikit gembiranya dan sedikit rasa hasudnya.”
Ketiga, kecenderungan untuk mendekatkan diri kepada orang-orang saleh. Lingkungan yang baik menjadi pendukung utama bagi seseorang untuk terus istiqamah dalam kebaikan. Sebaliknya, lingkungan buruk hanya akan membawa keburukan.
Advertisement
Taubat Butuh Keteguhan dan Ketulusan
Keempat, memandang sedikitnya harta dunia sebagai sesuatu yang cukup, sementara perkara akhirat yang besar dirasa masih kurang. Hal ini mendorong seorang mukmin untuk terus memperbaiki amalnya demi bekal di akhirat.
Kelima, kesibukan dengan perkara yang diperintahkan Allah, seperti menjalankan kewajiban syariat, tanpa memikirkan hal-hal yang telah dijamin oleh Allah, seperti rezeki dan umur.
Keenam, menjaga lisan dari perkataan yang tidak bermanfaat. Rasulullah mengingatkan, “Manusia yang paling banyak dosanya pada hari Kiamat adalah yang paling banyak berbicara dalam kemaksiatan.”
Penjelasan ini menjadi pengingat bahwa taubat nasuha memerlukan kesungguhan dan ketulusan. Taubat yang diterima adalah taubat yang dilakukan dengan hati yang benar-benar kembali kepada Allah.
Ustadz Adi Hidayat menutup kajiannya dengan mengajak umat Islam untuk senantiasa introspeksi diri. "Jangan ragu untuk bertaubat. Allah Maha Pengampun, selama kita tidak menunda-nunda," ujarnya.
Kajian ini menjadi pelajaran penting tentang urgensi taubat bagi setiap muslim. Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang dosanya diampuni oleh Allah.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul