Gus Baha Ternyata juga Suka Orang Pelit, Kenapa Gus?

Dalam suatu kesempatan, Gus Baha mengungkapkan bahwa dirinya menyukai orang pelit sekaligus menyukai orang dermawan. Hal ini mungkin terdengar janggal bagi sebagian orang, tetapi ada alasan logis di balik pernyataan tersebut.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Feb 2025, 04:30 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2025, 04:30 WIB
gus baha 22
Gus Baha (TikTok)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan sehari-hari, orang dermawan sering kali dipandang lebih baik dibandingkan orang pelit. Namun, Gus Baha memiliki pandangan unik mengenai kedua sifat ini yang jarang disadari banyak orang.

Dalam suatu kesempatan, Gus Baha mengungkapkan bahwa dirinya menyukai orang pelit sekaligus menyukai orang dermawan. Hal ini mungkin terdengar janggal bagi sebagian orang, tetapi ada alasan logis di balik pernyataan tersebut.

"Kulo niku nate ngisi, muji tiang medit niku katah sing janggal. Kulo niku kalih wong medit nggih seneng, kalih wong lomo (dermawan) yo seneng," ujar Gus Baha yang dikutip dari video tayangan di kanal YouTube @Menikmatihalal.

Gus Baha kemudian menjelaskan bahwa uang diberi seseorang yang dermawan akan tetap digunakan untuk berbagai keperluan. Orang yang dermawan menggunakannya untuk sedekah dan kebaikan, sedangkan orang pelit menyimpannya sendiri.

Menurutnya, ada satu hal yang menarik dari orang pelit, yaitu mereka tidak banyak menuntut balasan dari orang lain. Berbeda dengan orang dermawan yang terkadang berharap banyak imbalan dari kebaikan yang dilakukan.

"Jenenge duit nak wong medit iku nggih niku seneng, tapi mboten njaluk suargo. Kadang wong lomo atau dermawan ibaratnya Rp100.000 njaluk suargo, Rp200.000 njaluk anake pinter hafal Alfiah, hafal Qur'an, Rp200.000 njaluk nopo, suargo," jelas Gus Baha.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Gambaran Pelit dan Dermawan versi Gus Baha

Ilustrasi dermawan
Ilustrasi dermawan (istimewa)... Selengkapnya

Gus Baha menggambarkan bahwa orang dermawan sering kali mengharapkan berbagai hal dari sedekah yang diberikan. Mulai dari rezeki yang lebih luas, anak yang cerdas, hingga surga sebagai imbalannya.

Sementara itu, orang pelit justru tidak menuntut apapun dari Allah. Mereka menyimpan hartanya sendiri dan tidak meminta kompensasi atas kebaikan yang diberikan, karena memang tidak banyak memberi.

Dalam perspektif agama, setiap amal baik yang dilakukan memang memiliki balasan. Namun, jika terlalu berharap imbalan, justru bisa menjadi beban tersendiri bagi seseorang.

"Artinya gini, kita ini kan nanti takut hisab. Kalau nggak ada orang yang ngasih, kita nggak akan dihisab karena yang ngasih itu ya ada kompensasinya, apalagi politikus. Kalau nggak dituruti, wah repot," lanjut Gus Baha, menggambarkan orang pelit yang tak berharap karena tak memberi.

Dari penjelasan ini, terlihat bahwa konsep memberi tidak selalu sederhana. Ada aspek perhitungan yang dilakukan seseorang, baik di dunia maupun di akhirat.

Menurut Gus Baha, baik orang pelit maupun dermawan tetap mendapatkan keberkahan dalam hidupnya. Orang yang mendapatkan rezeki dan menggunakannya untuk kebaikan mendapatkan pahala, sedangkan orang yang tidak mendapat rezeki juga mendapatkan keberkahan karena tidak perlu dihisab.

"Maksude niku, nak entuk duit niku barokah, nak mboten angsal duit barokah, soale mboten enten hisabe," ungkapnya.

Pelit dan Dermawan Punya Jalan Hidup Masing-masing

5 Zodiak yang Perhitungan alias Pelit, Virgo Masuk Daftar
Ilustrasi pelit, nabung, zodiak, pria. (Freepik)... Selengkapnya

Ia menegaskan bahwa keberkahan bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk ketenangan di akhirat. Jika seseorang tidak mendapatkan rezeki yang banyak, maka ia tidak perlu mempertanggungjawabkan banyak hal di hari perhitungan.

Dengan begitu, orang pelit dan orang dermawan memiliki jalan hidupnya masing-masing. Yang penting adalah bagaimana seseorang menyikapi rezeki yang diberikan Allah.

Bagi orang yang dermawan, bersedekah adalah bentuk kebaikan yang akan mendapat balasan dari Allah. Namun, niat di balik sedekah harus tetap tulus dan tidak selalu berharap imbalan yang berlebihan.

Sementara itu, bagi orang pelit, meskipun tidak banyak memberi, mereka juga tidak menambah beban dalam urusan hisab di akhirat.

Pandangan ini memberikan sudut pandang baru dalam memandang sifat manusia. Tidak ada yang sepenuhnya buruk atau sepenuhnya baik, semua tergantung pada bagaimana seseorang memahami konsep rezeki dan kehidupan.

Dalam Islam, yang terpenting adalah keseimbangan dalam segala hal. Tidak terlalu pelit hingga melupakan kewajiban sosial, tetapi juga tidak terlalu dermawan hingga berharap terlalu banyak dari amal yang dilakukan.

Gus Baha menekankan bahwa hidup adalah perjalanan yang harus dijalani dengan penuh kebijaksanaan. Memahami bahwa setiap orang memiliki karakter dan kebiasaannya masing-masing dapat membantu dalam menyikapi kehidupan dengan lebih bijak.

Sikap menerima dan memahami berbagai sifat manusia ini adalah bagian dari kebijaksanaan yang diajarkan dalam Islam. Dengan begitu, seseorang dapat lebih tenang dalam menjalani hidupnya.

Kesimpulannya, baik pelit maupun dermawan, keduanya tetap memiliki sisi positif dan negatif masing-masing. Yang terpenting adalah bagaimana seseorang memaknai kehidupannya sesuai dengan ajaran Islam.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya