Ngaji Sambil Guyon, Emang Boleh? Kilas Balik Wasiat Ayah Gus Baha

Dalam sebuah ceramahnya, Gus Baha mengungkapkan sebuah wasiat yang pernah diberikan oleh ayahnya mengenai cara mengaji. Pesan ini menunjukkan bagaimana sebuah metode sederhana dapat membawa dampak besar dalam mendekatkan seseorang dengan ilmu agama.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Feb 2025, 08:30 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2025, 08:30 WIB
Gus Baha
Gus Baha (TikTok)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang lebih dikenal dengan Gus Baha mengungkapkan sebuah wasiat yang pernah diberikan oleh ayahnya mengenai cara mengaji.

Pesan ayah Gus Baha menunjukkan bagaimana sebuah metode sederhana dapat membawa dampak besar dalam mendekatkan seseorang dengan ilmu agama.

"Bapak saya itu kalau pesan sama saya itu enak, ngaji itu sambil guyon. Orang datang ngaji biasanya sudah punya masalah. Ngaji diajak mikir lagi susah dua kali. Wong mikir utang, mikir wedi bojo, macam-macam, kok ngaji malah nanti nangis pisan, nangis berulang-ulang," ujar Gus Baha dalam ceramah yang dikutip dari kanal YouTube @senengnyantri.

Menurut Gus Baha, cara mengaji yang terlalu serius dan berat justru bisa menambah beban bagi orang yang sudah memiliki banyak masalah. Oleh sebab itu, ayahnya selalu mengajarkan untuk membawakan kajian agama dengan cara yang santai dan penuh humor agar lebih mudah diterima.

Metode ini bukan tanpa alasan. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang terjebak dalam kesulitan hidup, mulai dari masalah ekonomi, keluarga, hingga beban psikologis lainnya. Jika ngaji malah membuat seseorang semakin terbebani, dikhawatirkan mereka justru akan semakin jauh dari agama.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Diberi Wasiat Jika Ngaji Sambil Guyon, Jangan Menakut-nakuti

Gus Baha dikaplok Kiai Agus Ali Mashuri, saking lucunya. (Foto: SS YT Progresif TV)
Gus Baha dikaplok Kiai Agus Ali Mashuri, saking lucunya. (Foto: SS YT Progresif TV)... Selengkapnya

Oleh karena itu, pendekatan guyon atau bercanda dalam pengajian menjadi strategi untuk membuat suasana lebih ringan. Dengan begitu, seseorang yang hadir bisa merasa lebih nyaman dan tidak terbebani dengan hal-hal yang terlalu serius.

Gus Baha juga menyampaikan bahwa ada dalil yang mendukung metode ini. Islam tidak melarang seseorang untuk bergembira dalam hal yang baik, bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri sering bercanda dengan para sahabatnya.

"Sudah guyon saja. Paling nggak nanti lupa dengan masalahnya, dan bapak punya dalil," kata Gus Baha.

Lebih lanjut, Gus Baha juga menuturkan bahwa pendekatan santai dalam pengajian bukanlah hal yang baru. Hal ini sudah dilakukan oleh para ulama terdahulu, termasuk Mbah Maksum dan Mbah Ali Maksum.

Mbah Maksum, misalnya, dikenal sebagai ulama yang sering mengajar sambil bercanda dan mengajak santrinya untuk tetap riang dalam belajar. Gaya mengajar seperti ini membuat ilmu lebih mudah dicerna dan tidak terasa membebani.

"Saya maklumatkan ke semua santri bahwa ini bukan sekadar guyon, tapi ini adalah perlawanan terhadap setan. Karena banyak orang bisa senang tuh kalau duduk maksiat," ujar Gus Baha.

Maksud dari perlawanan terhadap setan di sini adalah bagaimana membuat suasana keislaman menjadi menyenangkan tanpa harus bergantung pada hal-hal yang dilarang oleh agama. Banyak orang yang merasa bahagia dalam maksiat, namun dengan cara ini, mereka bisa merasa bahagia dalam kebaikan.

Nabi Muhammad SAW, Meski Tegas juga Suka Guyon

Bisa melihat Nabi Muhammad SAW dalam mimpi
Ilustrasi (Sumber: Pinterest.com/kalbarsatu id)... Selengkapnya

Jika seseorang bisa menemukan kebahagiaan dalam sesuatu yang baik, maka ini adalah sebuah kemenangan besar. Dengan begitu, mereka tidak perlu mencari hiburan dalam hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Metode ini sejalan dengan kebiasaan Nabi Muhammad SAW dalam berinteraksi dengan para sahabat. Nabi sering kali berbicara dengan cara yang ringan dan menyesuaikan dengan lawan bicaranya.

"Makanya Nabi itu kalau ketemu sahabat ya sering ngendikan yang ringan-ringan. Misalnya tanya, ‘Bagaimana peliharaannya? Piye manukmu piye? Isih po ora?’ gitu misalnya," tutur Gus Baha.

Dalam berinteraksi dengan anak-anak, Nabi juga menggunakan bahasa yang ringan dan menyenangkan. Sedangkan jika bertemu dengan orang yang sudah tua dan kesulitan berpikir, Nabi tetap membuat suasana riang agar mereka tidak merasa terbebani.

Pendekatan seperti ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang penuh dengan kasih sayang dan kemudahan. Tidak ada kewajiban bagi seseorang untuk selalu tegang dan serius dalam belajar agama.

Namun, hal ini bukan berarti meremehkan ilmu agama. Sebaliknya, metode ini justru membantu agar ilmu lebih mudah dipahami dan diterima oleh banyak orang.

Jika seseorang bisa merasa senang dalam menuntut ilmu, maka akan lebih mudah baginya untuk terus belajar dan memperdalam pemahaman agamanya.

Hal ini juga menjadi pengingat bahwa dalam berdakwah, pendekatan yang digunakan haruslah sesuai dengan kondisi masyarakat agar pesan yang disampaikan bisa diterima dengan baik.

Banyak orang yang menganggap agama sebagai sesuatu yang berat, padahal Islam sendiri mengajarkan keseimbangan antara keseriusan dan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan.

Dengan cara yang santai, orang akan lebih mudah menerima nasihat dan lebih terbuka untuk belajar. Hal ini juga membantu dalam membangun hubungan yang lebih erat antara guru dan murid.

Wasiat dari ayah Gus Baha ini memberikan pelajaran bahwa dalam menuntut ilmu, kebahagiaan dan kenyamanan adalah hal yang penting. Jika seseorang merasa nyaman, maka ia akan lebih bersemangat dalam belajar.

Pendekatan ini juga menjadi salah satu cara untuk menjaga keistiqamahan dalam menuntut ilmu. Jika belajar selalu terasa membebani, maka ada kemungkinan seseorang akan merasa malas untuk terus mendalaminya.

Oleh karena itu, menjadikan ngaji sebagai sesuatu yang menyenangkan adalah salah satu strategi agar seseorang bisa terus belajar dan semakin dekat dengan ilmu agama.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya