Liputan6.com, Jakarta Ada pertanyaan yang kerap muncul terkait qadha sholat fardhu dan sholat sunnah. Terkadang ada seseorang yang hendak sholat sunnah namun belum mangqadha sholat.
Pertanyaan yang muncul kemudian, bolehkah seseorang mendahulukan sholat sunnah sebelum sementara masih utang sholat?
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Soal hukum mendahulukan sholat sunnah sebelum qadha sholat fardhu yang dijelaskan Ustadz Abdul Somad dan Buya Yahya menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Jumat (21/2/2025).
Artikel kedua yang juga menyita perhatian adalah rahasia Gus Baha tetap tawadhu meski muhibinnya banyak.
Sementara, artikel ketiga terpopuler yakni cara terbaik membalas perlakuan buruk orang lain, menurut Buya Yahya yang meneladani sikap Rasulullah SAW.
Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.
Simak Video Pilihan Ini:
1. Belum Qadha Sholat Fardhu, Bolehkah Mengerjakan Sholat Sunnah? UAS dan Buya Yahya Menjawab
Ada lima sholat yang wajib dikerjakan umat Islam, yakni Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Sholat fardhu yang lima ini diperintahkan langsung oleh Allah SWT saat peristiwa Isra Mi’raj.
Sholat fardhu lima waktu wajib dilakukan setiap hari. Total ada 17 rakaat sholat yang wajib dikerjakan umat Islam. Selain yang fardhu, muslim boleh mengerjakan sholat sunnah untuk menambah pahala.
Khusus sholat fardhu, apabila seorang muslim meninggalkan ibadah tersebut, baik di sengaja maupun tidak sengaja, maka ia harus mengqadhanya di waktu lain. Pada dasarnya, qadha sholat dapat dilakukan kapan saja tidak harus menunggu waktu sholat berikutnya.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana jika belum menunaikan qadha sholat fardhu tapi ingin melaksanakan sholat sunnah? Apakah boleh mengutamakan sholat sunnah sebelum mengerjakan qadha sholat fardhu?
Pertanyaan tersebut pernah ditanyakan oleh jemaah Ustadz Abdul Somad (UAS) dan KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya. Simak penjelasan dua ulama kharismatik Indonesia di halaman berikutnya.
Advertisement
2. Gus Baha Tetap Tawadhu meski Banyak Muhibin, Ini Rahasianya Menjaga Hati agar Tak Sombong
Banyaknya pengikut atau muhibin sering kali menjadi ujian bagi seorang ulama. Tidak sedikit yang akhirnya tergelincir dalam sifat sombong atau merasa lebih tinggi dibandingkan orang lain. Namun, hal ini tidak berlaku bagi Gus Baha, seorang ulama yang dikenal rendah hati meskipun memiliki banyak pengikut.
Dalam sebuah pengajian, Gus Baha menjelaskan rahasia besarnya dalam menjaga hati agar tidak terjerumus dalam sifat riya atau sombong meskipun banyak orang menghormatinya. Sikap ini bukan muncul tanpa alasan, melainkan berasal dari pemahaman mendalam terhadap ilmu agama.
"Saya itu meskipun kata orang banyak muhibin, banyak yang mengikuti saya, tapi insya Allah tidak riya. Saya itu pakai kitab namanya Tasbitul Fuad, karangannya Sayyid Abdullah Al Haddad," ujar Gus Baha dalam pengajiannya, yang dikutip dari video di kanal YouTube @Ingsun_santri.
Dalam video tersebut, Gus Baha menguraikan bagaimana seorang ulama besar tetap menjaga hati meskipun dihormati banyak orang. Menurut Gus Baha, Sayyid Abdullah Al Haddad pernah mendapatkan pertanyaan tentang bagaimana cara menjaga hati agar tidak sombong ketika memiliki banyak pengikut.
Jawaban dari ulama besar tersebut ternyata sangat unik dan menjadi pedoman bagi dirinya.
"Ketika beliau punya muhibin banyak, ditanya, 'Bagaimana ya Habib Anda menjaga hati Anda?' Jawaban Sayyid Abdullah Al Haddad itu unik: Innama adzomu Allah," ujar Gus Baha.
Makna dari jawaban tersebut adalah bahwa sejatinya penghormatan yang diberikan oleh manusia itu bukan untuk dirinya secara pribadi, melainkan untuk Allah. Orang-orang hanya membutuhkan sarana untuk menyalurkan kecintaan mereka kepada Allah.
3. Cara Terbaik Balas Tingkah Orang yang Bikin Kesal, Buya Yahya Contohkan Rasulullah SAW
Dalam kehidupan sehari-hari, pasti ada momen di mana seseorang merasa kesal terhadap orang lain. Sikap yang tidak tahu terima kasih sering kali menjadi pemicu utama kekecewaan.
Buya Yahya menjelaskan bahwa perasaan kesal terhadap seseorang bisa muncul akibat tindakan yang tidak sesuai dengan harapan.
"Siapa yang paling bikin kesal umat Nabi Muhammad? Yang mana yang bikin kesal kepada kita? Wah, sebesar apa pun kesalahannya, dia tidak mau terima kasih. Sudah aku tolong, tapi malah begitu," ujar Buya Yahya dalam ceramahnya, yang dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @albahjah-tv.
"Kalau aku merasa ada dendam di dalam hatiku, ada cara yang paling dahsyat, yaitu memberi kebaikan kepada orang yang bikin kesal kepada kita," lanjutnya.
Menurutnya, Rasulullah Muhammad SAW mengajarkan konsep tahadu, yaitu memberi hadiah untuk menumbuhkan cinta di antara sesama.
Pemberian hadiah tidak sekadar menunjukkan rasa terima kasih, tetapi juga dapat melembutkan hati yang marah.
Seseorang yang kesal terhadap orang lain justru dianjurkan untuk membalasnya dengan kebaikan, bukan dengan keburukan.
Advertisement
