Liputan6.com, Jakarta - Setiap Muslim dianjurkan untuk selalu mengingat Allah dalam setiap aktivitasnya, termasuk sebelum tidur. Salah satu amalan yang disunnahkan adalah membaca istighfar.
Namun, apa sebenarnya makna dari istighfar sebelum tidur? Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan hal ini secara rinci dalam kajiannya.
Advertisement
Menurut Ustadz Adi Hidayat (UAH), istighfar sebelum tidur bukan sekadar bacaan rutinitas, melainkan bentuk evaluasi diri. Seorang Muslim hendaknya merenungkan perbuatannya sepanjang hari, lalu memohon ampunan atas kesalahan yang telah dilakukan.
Advertisement
"Terima kasih Engkau berikan kesempatan aku di hari ini menjalani kehidupan. Walaupun mungkin dalam tidur tadi Engkau bisa wafatkan kalau tiba ajalku, tapi aku diberi kesempatan hidup saat ini sampai dengan ajalku," kata Ustadz Adi Hidayat dalam ceramahnya seperti dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @dianchannel81.
Menurut UAH, kesadaran bahwa hidup bisa berakhir kapan saja membuat seorang Muslim lebih berhati-hati dalam menjalani hari-harinya. Oleh karena itu, sebelum tidur, dianjurkan untuk beristighfar dan mengevaluasi kesalahan yang telah dilakukan.
Evaluasi ini bertujuan untuk memperbaiki diri. Misalnya, jika hari ini seseorang belum sholat berjamaah, maka ia berniat untuk melaksanakannya besok. Jika hari ini belum berinfak, maka ia bertekad untuk berbagi keesokan harinya.
Namun, seseorang juga harus menyadari bahwa ia tidak bisa memastikan apakah masih diberi kesempatan hidup esok hari. Oleh sebab itu, setelah beristighfar dan membuat perencanaan, seorang Muslim harus bertawakal kepada Allah.
Istighfar sebelum tidur juga memiliki hikmah lain, yaitu membuat hati lebih tenang. Seorang Muslim yang terbiasa mengoreksi dirinya setiap hari akan lebih siap menghadapi kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Hubungannya dengan Kematian dan Ajal
Ketika seseorang membaca istighfar sebelum tidur, ia menyerahkan segala urusannya kepada Allah. Bahkan, jika ajal menjemput di saat tidur, ia telah dalam kondisi bertobat dan memohon ampunan atas dosa-dosanya.
Jika Allah masih memberikan kesempatan untuk bangun esok hari, maka ucapan yang dianjurkan adalah membaca doa bangun tidur, "Alhamdulillahilladzi ahyana ba'da ma amatana wailaihin nusyur."
Doa ini berarti, "Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami kembali setelah mematikan kami, dan kepada Allah kami dibangkitkan." Ini menunjukkan bahwa setiap kali seseorang terbangun, ia diberikan kesempatan baru untuk memperbaiki diri.
Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa kehidupan dunia hanyalah perjalanan sementara. Oleh karena itu, setiap Muslim harus selalu siap untuk kembali kepada Allah dalam keadaan yang terbaik.
Dengan membiasakan istighfar sebelum tidur, seseorang akan lebih peka terhadap kesalahannya. Ia akan selalu berusaha memperbaiki diri dan tidak menunda-nunda kebaikan.
Sebaliknya, orang yang tidak pernah mengevaluasi diri cenderung lalai. Ia mungkin menganggap hari-harinya biasa saja, tanpa menyadari bahwa bisa jadi hari itu adalah yang terakhir dalam hidupnya.
Advertisement
Istighfar sebelum Tidur Adalah Persiapan
Dalam Islam, tidur sendiri merupakan perumpamaan dari kematian. Saat seseorang tidur, rohnya ditahan oleh Allah, dan jika masih ada kesempatan hidup, maka roh tersebut dikembalikan.
Maka dari itu, membaca istighfar sebelum tidur adalah bentuk persiapan. Seorang Muslim yang terbiasa melakukan hal ini akan lebih siap menghadapi kematian kapan pun Allah menjemputnya.
Selain istighfar, dianjurkan pula untuk membaca doa sebelum tidur. Hal ini bertujuan agar seseorang selalu berada dalam perlindungan Allah sepanjang malam.
Ucapan syukur kepada Allah karena masih diberi kesempatan hidup juga menjadi bentuk kesadaran bahwa hidup adalah anugerah yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Ustadz Adi Hidayat menutup penjelasannya dengan mengajak umat Islam untuk menjadikan istighfar sebelum tidur sebagai kebiasaan. Dengan begitu, hidup akan lebih tenang dan terarah.
Kesimpulannya, istighfar sebelum tidur bukan sekadar bacaan, tetapi bagian dari refleksi diri dan persiapan menghadapi hari esok, baik di dunia maupun di akhirat.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
