Liputan6.com, Jakarta - Hari raya adalah waktu yang penuh kebahagiaan bagi umat Islam, terutama bagi umat Nabi Muhammad SAW. Namun, sebenarnya hari raya atau perayaan penting ini juga ditemukan dalam sejarah umat terdahulu.
Setiap kaum nabi tersebut memiliki perayaan khusus sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT atas anugerah yang diberikan, baik itu berkaitan dengan peristiwa penting dalam hidup mereka maupun tanda kemenangan atas ujian dari Allah.
Advertisement
Baca Juga
Meskipun perayaan hari raya mereka berbeda baik dari bentuk maupun waktunya, namun tujuan utama dari setiap perayaan tersebut tetap sama, yaitu untuk memperkuat iman, menjaga kebersamaan, dan mengingat nikmat yang telah diberikan oleh Allah.
Mengutip dari laman bincangmuslimah.com, disebutkan dalam kitab Al-Ghunyah li Thalib Thariq al-Haqq Azza wa Jalla, bahwa ada 3 kaum nabi lain yang juga memiliki hari raya. Berikut ulasannya.
Saksikan Video Pilihan ini:
1. Hari Raya Kaum Nabi Ibrahim AS
Allah SWT berfirman:
فَنَظَرَ نَظْرَةً فِي النُّجُومِ (88) فَقَالَ إِنِّي سَقِيمٌ (89)
Artinya: Lalu ia memandang sekali pandang ke bintang-bintang. Kemudian ia berkata:”Sesungguhnya aku sakit”. (QS. Ash-Shafat: 88-89)
Ayat ini menceritakan bahwa saat itu kaum Nabi Ibrahim tengah keluar untuk merayakan hari raya mereka. Namun Nabi Ibrahim ketinggalan dan membuat alasan yang membuat beliau tidak bisa keluar bersama mereka. Hal ini dikarenakan Nabi Ibrahaim tidak menyakini agama mereka. Ketika kaumnya keluar, Nabi Ibrahim mengambil kapak dan menghancurkan berhala-hala sesembahan kaumnya. Kemudian kapak tersebut beliau letakkan di leher patung yang paling besar.
Cerita tentang penghancuran berhala ini tentu sudah sangat masyhur dan kapan itu terjadi? Sebagaimana disebutkan oleh Syeikh Abdul Qadir bin Abi Shalih al-Jailani bahwa ini terjadi pada saat kaum Nabi Ibrahim AS tengah merayakan hari rayanya.
Advertisement
2. Hari Raya Kaum Nabi Musa AS
Allah SWT berfirman:
قَالَ مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّينَةِ وَأَنْ يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى
Artinya: Berkata Musa: “Waktu untuk Pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik”. (QS. Thaha: 59)
Disebut sebagai hari raya karena pada hari itu Allah SWT menampakkan kehebatan Nabi Musa dan kaumnya dengan mengalahkan musuh mereka, yaitu Fir’aun dan kaumnya. Saat itu Fir’aun keluar bersama 72 penyihir yang membersamai mereka 600.000 tongkat dan tali. Ditengah-tengah tongkat kemudian diberi air raksa. Orang-orang pun berbondong-bondong melihat dan berdiri di bawah terik. Matahari semakin memanas teriknya sehingga membuat air raksa tadi mengalir dan tongkat yang dililit dengan tali pun bergerak. Khalayak pun membayangkan bahwa itu adalah ular-ular yang bergerak padahal sesungguhnya tongkat yang tampak seperti ular itu tidak bergerak sama sekali.
Ini merupakan kisah ketika Nabi Musa mengeluarkan mukjizatnya yaitu di mana saat Nabi Musa melemparkan tongkat beliau, kemudian berubah menjadi seekor ular besar yang kemudian memakan ular-ular penyihir Fir’aun. Dia dan penyihir-penyihirnya pun kalah, bahkan pembesar penyihir mereka yang bernama Sam’un akhirnya beriman kepada Tuhannya Nabi Musa yaitu Allah SWT.
3. Hari Raya Nabi Isa AS dan Kaumnya
Allah SWT berfirman:
قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنْزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِأَوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِنْكَ
Artinya: Isa putera Maryam berdoa: “Ya Tuhan Kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami Yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah Kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau”. (QS. Al-Maidah: 114)
Ayat ini menceritakan tatkala orang-orang Hawariyun berkata kepada Nabi Musa AS: “Wahai Musa, apakah Tuhanmu mampu untuk memberikan apa yang kau minta yaitu agar Ia menurunkan kepada kami hidangan dari langit. Nabi Isa a.s. pun menjawab: Takutlah kalian kepada Allah dan janganlah kalian meminta sebuah bencana jika kalian beriman karena apabila diturunkan apa yang kalian minta lalu kalian mendustainya maka Allah akan menghukum kalian”.
Mereka mengajukan permintaan itu untuk memantapkan keimanan mereka. Kemudian Nabi Musa bersama pengikut setia beliau melakukan perjalanan. Selama di perjalanan mereka melihat keajaiban-keajaiban yang merupakan mukjizat Nabi, misalnya saat mereka kelaparan atau membutuhkan makanan, Nabi Isa mengeluarkan tangannya dan mengeluarkan adonan roti dari dalam bumi untuk disantap oleh beliau dan pengikut-pengikutnya.
Kepada Bani Israil, beliau juga memperlihatkan berbagai hal yang menakjubkan namun tidaklah bertambah bagi mereka kecuali semakin enggan untuk mempercayai dan mengikuti Nabi Isa AS hingga pada suatu hari beliau keluar bersama 5.000 orang Bani Israil kemudian mereka meminta agar diturunkan hidangan maka Nabi Isa AS pun berdoa:
قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنْزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِأَوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِنْكَ
Hidangan ini merupakan tanda kebesaran yang Allah SWT perlihatkan kepada mereka yang enggan beriman dan untuk mengokohkan kenyakinan orang-orang yang telah beriman. Selain itu, hidangan pada masa itu juga merupakan wajah hari raya pada masa diturunkannya yaitu pada masa Nabi Isa juga merupakan wajah hari raya bagi orang-orang setelah beliau. Tentu tidak mengherankan jika saat ini yaitu pada hari raya sering kita temui berbagai macam hidangan yang disajikan.
Advertisement
