Liputan6.com, Jakarta - Lailatul Qadar adalah waktu pertama kali diturunkannya Al-Qur’an dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah atau langit dunia. Peristiwa ini terjadi pada bulan Ramadhan. Namun, waktu Lailatul Qadar disembunyikan oleh Allah dan setiap tahunnya bisa berganti.
Selain waktu diturunkannya Al-Qur’an, Lailatul Qadar juga menjadi malam yang sangat istimewa dan penuh berkah. Keutamaan malam kemuliaan ini lebih baik daripada seribu bulan, sehingga orang yang ibadah di malam tersebut seperti melakukannya secara berturut-turut selama 83 tahun 4 bulan.
لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ ٣
Artinya, “Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan.” [Q.S. Al-Qadr: 3]
Advertisement
Baca Juga
Untuk mendapatkan Lailatul Qadar tidak bisa dilakukan dengan diam saja. Muslim harus berusaha agar bisa meraih keutamaan malam kemuliaan. Caranya adalah menghidupkan malam-malam sepuluh terakhir Ramadhan dengan ibadah.
Ada apa dengan sepuluh malam terakhir Ramadhan? Rasulullah SAW mengisyaratkan bahwa Lailatul Qadar ada di antara malam-malam tersebut, terutama pada malam-malam ganjilnya.
I’tikaf atau berdiam diri di masjid menjadi cara yang banyak ditempuh muslim -khususnya laki-laki- untuk mendapatkan Lailatul Qadar. I’tikaf diniatkan untuk memperbanyak ibadah kepada Allah SWT, bukan diisi dengan maksiat.
Jika ingin i’tikaf, apakah harus menginap di masjid? Bolehkah i’tikaf hanya beberapa jam saja tidak semalaman penuh? Simak penjelasan Pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Penjelasan Buya Yahya soal Waktu I’tikaf
Buya Yahya mengatakan, orang yang menghidupkan malam akhir-akhir Ramadhan dengan i’tikaf idealnya melakukan sholat Isya berjemaah terlebih dahulu. Kemudian tidak melewatkan sholat Subuh Berjamaah. Dua hal itu yang sebaiknya tidak boleh ditinggalkan bagi perindu Lailatul Qadar.
“Setelah itu, Anda tidak maksiat. Sempurnanya lagi, paling banyaknya malam itu dihidupkan untuk beribadah,’ kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Rabu (26/3/2025).
Terkait waktunya, Buya Yahya mengatakan bahwa i’tikaf tidak harus dilakukan dalam semalaman suntuk, bahkan sampai menginap di masjid. Hal tersebut diperbolehkan, tapi tidak wajib.
“Aku gak bisa banyak, aku hanya pengen dua atau tiga jam saja, boleh. Kalau mazhab Syafi’i i’tikaf boleh dalam waktu singkat. Mazhab lain i'tikaf harus sehari semalam, harus dibarengi puasa. Mazhab Syafi’i nggak. Kita masuk masjid, i'tikaf, keluar sudah dapat pahala,” tutur Buya Yahya.
Advertisement
Waktu I’tikaf Terbaik Menurut Buya Yahya
Oleh karenanya, muslim dapat memilih waktu yang terbaik untuk i’tikaf. Buya Yahya menyarankan agar i’tikaf dilakukan pada sepertiga malam terakhir Ramadhan.
“Sepertiga akhir jauh lebih istimewa. Anda istirahat sehabis sholat Tarawih. Anda istirahat sesaat. Kemudian Anda jam dua bangun sampai pagi. MasyaAllah. Habiskan dengan dzikir dan panjatan doa,” ujar Buya Yahya.
Akan tetapi, Buya Yahya kembali berpesan agar muslim pemburu Lailatul Qadar tidak melewatkan sholat Subuh berjemaah. Ibaratnya, jangan mencari yang kecil tapi yang besar dibuang.
“Sudah melek semalam, tahu-tahunya sholat Subuh gak berjamaah. Ini rugi,” tegas Buya Yahya.
Wallahu a’lam.
