Airmen Radio, Kebangkitan Radio Angkatan Udara dari Mati Suri

Airmen Radio juga dapat diakses secara daring melalui aplikasi streaming, sehingga memperluas jangkauan siarannya

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Jun 2022, 18:00 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2022, 18:00 WIB
Ilustrasi Radio
Ilustrasi Radio. Foto: Gratisography dari Pexels.

Liputan6.com, Yogyakarta - Airmen Radio memasuki berulang tahun yang ke-3 pada 10 Juni 2022. Radio milik Angkatan Udara ini ternyata pernah mati suri sebelum akhirnya Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Yuyu Sutisna, meresmikan Radio Angkatan Udara, Airmen Radio pada 2019.

Airmen Radio terletak di Balai Wartawan Dispenau, Cipinang Cempedak I Nomor 51, Jakarta Timur.

Menurut Kepala Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Kolonel Sus Yuto Nugroho, ketika itu Kasau Yuyu Sutinas ingin program-program yang disiarkan Airmen Radio dapat menggugah siapa pun yang mendengarkan, sehingga semakin menumbuhkan rasa cinta dan bangga masyarakat terhadap TNI Angkatan Udara.

Melalui frekuensi 107,9 FM, Airmen Radio menyapa ruang dengar masyarakat dengan berita-berita seputar TNI Angkatan Udara dan informasi-informasi teranyar. Tak ketinggalan, beraneka genre musik, juga tersaji. 

“Airmen Radio juga dapat diakses secara daring melalui aplikasi streaming, sehingga memperluas jangkauan siarannya,” tulis Sus Yuto dalam siaran pers ucapan ulang tahun ke-3 Airmen Radio, JUmat (10/6/2022).

Bahkan, kini siaran radio yang mengusung tagline Gelegar Informasi Dirgantara ini tidak hanya jernih diterima masyarakat di seluruh Indonesia, namun juga bisa didengar di seluruh penjuru dunia.

 

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Berawal dari Radio Angkatan Udara

Cikal bakal Airmen Radio adalah Radio Angkatan Udara yang diresmikan berdiri pada 17 Agustus 1951 oleh Kasau Komodor Suryadi Suryadarma. Hadir pula di acara peresmian itu, Kepala Biro Penerangan Angkatan Udara, Kapten J. Salatun. 

Jika merunut sejarahnya, siaran perdana radio yang terletak di kawasan Polonia ini adalah kata sambutan pembukaan yang disampaikan Kasau Komodor Suryadi Suryadarma.

Melalui pemancar 7,5 KW, Komodor Suryadi Suryadarma mengungkapkan, maksud didirikannya Radio Angkatan Udara untuk menyempurnakan pembangunan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) pada umumnya, dan teristimewa dalam pemberian pelajaran atau pendidikan kepada para anggota yang tersebar di seluruh Nusantara, baik pelajaran atau pendidikan itu berupa ulangan maupun tambahan.

Kala itu Radio Angkatan Udara memang bukan satu-satunya radio yang menyiarkan pelajaran atau pendidikan.  Radio Republik Indonesia Yogyakarta, misalnya, telah memberikan pelajaran Bahasa Inggris kepada pendengarnya, 5 tahun sebelum Radio Angkatan Udara berdiri, yaitu pada 1946.

Begitu juga Radio Republik Indonesia Jakarta, dengan menggandeng Jawatan Pendidikan Masyarakat dari Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, pada 1 November 1950 menyiarkan pelajaran yang bersifat umum. Siaran ini dimaksudkan untuk membantu para pelajar yang mengikuti Kursus Tertulis SMP.

Kendati demikian, ketika itu Komodor Suryadi Suryadarma menegaskan pelajaran yang disiarkan melalui Radio Angkatan Udara bersifat khusus, yaitu mengenai penerbangan yang bertujuan untuk menambah pengetahuan anggota (AURI). Di samping itu, pengelola Radio Angkatan Udara juga sudah menyiapkan program acara tersendiri, seperti menyiarkan pidato-pidato atau ceramah tentang kebudayaan Nasional Indonesia, termasuk hiburan berupa musik dan lagu-lagu.

Dari Radio Angkatan Udara pula, Biro Penerangan Angkatan Udara memberikan pengertian dan pemahaman kepada masyarakat, terutama anggota Angkatan Udara, bahwa AURI yang lahir di masa revolusi harus bekerja keras sambil belajar dalam hal-hal penerbangan.

Sebulan setelah peresmian, Radio Angkatan Udara menerima laporan dari pangkalan udara-pangkalan udara di daerah, bahwa siaran Radio Angkatan Udara dapat diterima dengan baik. Bahkan siaran Radio Angkatan Udara ditangkap dengan jelas dan jernih di Australia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya