Hati-hati, Kemajuan Teknologi dan Ekonomi Bisa Bikin Bangsa Bermental Tempe

Perkembangan teknologi informasi yang semakin maju memudahkan masyarakat dalam berinteraksi dan mendapatkan informasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Jun 2023, 08:23 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2023, 23:49 WIB
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Prof. Rhenald . (Liputan6.com/ ist)
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Prof. Rhenald . (Liputan6.com/ ist)

Liputan6.com, Jakarta - Bak pisau bermata dua, perkembangan teknologi informasi yang semakin maju memudahkan masyarakat dalam berinteraksi dan mendapatkan informasi. Namun, siapa sangka kecanggihan ini akan berdampak buruk pada pembangunan karakter jika tidak piawai dalam menggunakannya.

Kemajuan teknologi yang juga menjadi penanda sebagai kemajuan dalam ekonomi, dapat membuat bangsa semakin manja jika tidak diimbangi dengan pembangunan karakter.

Hal tersebut disampaikan Prof. Rhenald Kasali dalam Podcast Bung Karno Series yang tayang di akun Youtube BKN PDI Perjuangan, Sabtu (3/6/2023) dipandu aktivis muda kebangsaan Aris S. Yodi.

"Sekarang ini gempurannya teknologi dan ekonomi. Jadi ekonomi itu semakin menyejahterakan masyarakat. Kalau semakin sejahtera maka masyarakat akan semakin manja, itu selalu," ungkap Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia ini.

Salah satu cita-cita dari Bung Karno adalah menguatkan Nation and Character Building sebagai dasar memajukan kehidupan anak bangsa. Rhenald Kasali mengungkapkan, bahwa bangsa yang berhasil keluar dari perangkap kelas menengah, dan menjadi negara maju adalah bangsa yang memiliki karakter yang bukan sekadar mental, melainkan kualitas moral.

"Kecenderungannya ekonomi semakin maju akan mendorong orang untuk hidupnya lebih enak dan tidak mau 'perang', tidak mau susah. Bermental tempe," ujarnya.

Penulis berbagai buku komunikasi pemasaran kontemporer ini menjelaskan bahwa karakter bangsa adalah akumulasi atau sinergi dari karakter individu warga yang berproses secara terus menerus dan kemudian mengelompok.

Ia kemudian memberikan gambaran tentang bagaimana sebuah pendidikan karakter begitu penting direncanakan sejak dini. Bagaimana tidak, orang tua yang setiap hari kita temui ternyata merupakan promotor utama dalam pembentukan karakter diri seorang manusia.

"Ini dibina dari sekolah, dan kemudian keluarga-keluarga menyerahkan pendidikan pada sekolah. Di sekolah orang tua lebih takut anaknya tidak bisa matematika dan bahasa asing daripada membangun karakternya," jelasnya.

 

 

 

Pendidikan Karakter

Menurutnya, membangun karakter bangsa dapat dilakukan dengan membentuk kebiasaan baik. Pembangunan karakter sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, serta lingkungan yang lebih luas yaitu bangsa dan negara.

Dalam hal ini Prof Renald pengambil contoh pendidikan yang ada di Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya.

"Kalau kita pergi ke AS, orang-orang di sana, dan juga di Eropa guru lebih takut anaknya tidak bisa antre atau berbaris. Itu dianggap lebih penting dari bisa matematika," urainya.

Dalam kaitannya dengan pembangunan karakter bangsa, orang tua adalah lingkungan pertama yang harus bertanggung jawab untuk perkembangan karakter anak sehingga mampu memiliki jiwa petarung.

Dalam situasi seperti ini ada masanya orang tua kurang perhatian dalam pendidikan membangun karakter. Keberhasilan dalam membangun karakter sejak dini inilah yang akan menjadi modal bagi sebuah negara untuk keluar menjadi negara maju.

"Bangsa yang berhasil keluar dari perangkap kelas menengah menjadi negara maju, negara kaya adalah bangsa yang punya karakter," ia menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya