Liputan6.com, Jakarta “Fashion untuk saya adalah a constant beating heart, degup nadi jantung yang berkesinambungan, bahwa fashion itu hidup”. Kalimat yang terlontar dari desainer Didi Budiardjo saat Liputan6.com mewawancaranya pada bulan Oktober 2014 lalu terngiang kembali saat menghadiri konferensi pers pameran fesyen dari Didi Budiardjo bertema `Pilgrimage`pada Rabu (7/1/2015) di Musem Tekstil, Jakarta.
Usai menggelar fashion show 25 tahun berkarya Didi Budiardjo bertajuk Curiosity Cabinet pada Oktober 2014, jantung fesyen Didi yang berdegub secara konstan mengejawantah kembali dalam sebuah pameran fesyen yang akan diselenggarakan pada 16-25 Januari 2015 betempat di Museum Tekstil. Sebanyak 300 items yang terdiri dari aksesori, 70 set busana, dan benda-benda lain, akan dipamerkan dalam 14 kategori di 14 ruang dari museum tersebut.
Menyusuri tiap-tiap ruang di pameran tersebut dikonsepkan sebagai sebuah tur tentang pengembaraan Didi Budiardjo sebagai insan fesyen yang telah menghasilkan karya-karya selama 25 tahun sejak tahun 1989. Karya-karya awal Didi disebutnya sebagai saudari tua dan karya-karya terkini dipanggilnya saudari muda. “Busana-busana yang saya buat adalah anak-anak saya,” ucap Didi di konferensi pers tentang bagaimana ia berelasi dengan karya-karya ciptaannya, yakni seperti seorang ibu yang mencintai buah hatinya.
Advertisement
Bagaimana anak-anak Didi Budiardjo tersebut bermula dalam kandungan pikiran sebagai embrio ide hingga dilahirkan sebagai karya jahitan dapat dilihat di rangkaian 14 ruang pameran itu. Sketsa-sketsa fesyen, mood board, buku-buku, dan hal-hal lain yang menjadi ide rancang busana di kepala Didi dapat ditemukan di ruang bernama `The Atelier`.
Ruang-ruang selanjutnya akan diisi oleh koleksi-koleksi rancangan Didi yang diatur berdasarkan jenis busana, seperti busana warna putih, hitam, busana nuansa oriental (Tiongkok dan Jepang), busana bermaterial mengkilat, busana berbahan sulam (buatan peserta pelatihan Didi Budiardjo melalui Yayasan Sulam Indonesia atas sponsor Perusahaan Gas Negara), busana berdetil bulu-bulu, dan lain sebagainya.
“Inspirasi dari busana-busana tersebut adalah wanita-wanita di kehidupan saya, baik yang saya kenal atau yang saya tahu lewat buku atau sumber lain,” Didi menjelaskan. Selain menampilkan rancangan-rancangannya – yang sebagiannya dipinjam kembali dari klien dan private collector yang telah membeli karya-karya Didi itu – desainer yang saat konferensi pers mengenakan kain batik dan kemeja putih beraksen menarik di bagian kerah itu juga akan memamerkan kain-kain tradisional Indonesia dan kebaya koleksi pribadinya dan koleksi kain Museum Tekstil.
Nama-nama yang Disebut Didi Budiardjo di Pamerannya
Nama-nama yang Disebut Didi Budiardjo di Pamerannya
Bukan hanya koleksi Didi yang dapat ditemukan di pameran Pilgrimage yang akan dibuka oleh istri Gubernur DKI Jakarta, Veronica Tan Basuki Tjahaja Purnama dan dapat dikunjungi secara gratis itu. Memberi penghormatan pada orang-orang berjasa untuk dunia mode Indonesia, Didi akan menampilkan koleksi batik Iwan Tirta, karya kolase Peter Sie (yang didapat Didi dari sebuah balai lelang), dan salah satu busana rancangannya yang mengingatkan Didi pada jurnalis fesyen Muara Bagdja.
Tentang tokoh yang terakhir disebut, Didi punya cerita sendiri. Setahun setelah Didi memenangkan Lomba Perancang Mode di masa silam di mana Muara Bagdja menjadi salah satu juri, jurnalis fesyen terkemuka itu memberinya kesempatan untuk membuat koleksi yang akan ditampilkan pada fashion spread majalah Sarinah. Diakui Didi bahwa 8 halaman fashion spread di majalah tersebut merupakan bentuk dukungan seorang Muara Bagdja yang membuat dirinya menjadi bagian dari dunia fesyen Indonesia.
Dalam menjalani karir di dunia fesyen Indonesia, nama Susan Budihardjo, Adrian Gan, Eddy Betty, dan Sebastian Gunawan merupakan nama-nama yang punya tempat tersendiri bagi dirinya sebagai desainer fesyen. Seperti diketahui, sebelum menempuh pendidikan desain fesyen di Atelier Fleuri Delaporte, Paris, Didi bersekolah di Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo di mana rekan sesam desainer Adrian Gan, Eddy Betty, dan Sebastian Gunawan juga menempuh pendidikan di sana.
Memberi porsi tersendiri untuk orang-orang tersebut dalam pameran ini, Didi mengajak nama-nama itu untuk turut serta memamerkan koleksi karya mereka di pameran Pilgrimage ini. Demikianlah cuplikan dari pameran Pilgrimage yang dijelaskan Didi di konferensi pers. Didi berharap agar pameran ini bisa membuat pecinta fesyen dan masyarakat luas dapat lebih memberi apresiasi pada dunia fesyen Indonesia, dan terkhusus untuk para desainer agar peduli akan pentingnya pengarsipan karya-karya rancang busana yang sudah dibuat yang akan berguna bagi dunia fesyen Indonesia.
Waktu 25 tahun jelas tidak singkat untuk sebuah Career Pilgrimage. Ini pun dirasa oleh desainer yang punya hajat pameran itu meski juga dikatakannya bahwa rentang waktu tersebut belum cukup untuk disebut lama. Lalu, bertanya tentang apa yang sudah didapatnya dari dunia fesyen yang diarungi selama 25 tahun, begini jawaban Didi Budiardjo di Museum Tekstil tempatnya menggelar fashion show di tahun 1997: `Disiplin. Displin tinggi akan menghasilkan karya yang baik. Lebih dari itu, kedisiplinan adalah hal yang bisa merubah dunia jadi lebih baik. Kedisiplinan harus dipertahankan.`
Advertisement