Liputan6.com - Di Indonesia, profesi pembersih telinga mungkin belum biasa. Namun, ini lumrah di Tiongkok. Seperti dilansir dari situs The Daily Mail, Selasa (27/10/2015), setiap hari para pembersih telinga siap melayani penduduk maupun turis yang berkunjung di Chendu, salah satunya Peng Dajun, 54, yang menekuni profesi ini selama 42 tahun. Sudah 4 generasi di keluarga Peng yang memilih pekerjaan pembersih telinga sebagai mata pencaharian.
Bersama dengan puluhan para pembersih telinga lain, akhir September 2015, Peng Dajun menandatangani petisi agar profesi mereka dinobatkan sebagai warisan budaya non-benda karena sudah ada sejak masa lampau. “Menyatakan kegiatan ini sebagai warisan budaya non-benda adalah upaya melindungi tradisi ini. Menurut saya hal ini baik,” ucap Peng Dajun.
Baca Juga
Advertisement
8 jenis alat
8 jenis alat
Setidaknya ada 8 jenis alat pembersih. Namun selain kedelapan alat ini, para pekerja juga menggunakan senter kepala untuk makin memperjelas saat melihat lubang telinga.
Harga yang dikenakan untuk jasa ini berkisar antara 4-10 Yuan (sekitar 8 ribu – 22 ribu rupiah). Satu sesi berlangsung selama 30 menit.
Banyak warga Tiongkok percaya bahwa pembersihan telinga secara reguler merupakan salah satu dari 3 tradisi (selain budaya mandi dan pijat kaki) yang membantu seseorang hidup sehat. Kegiatan ini makin menarik. Dalam prosesnya, pelanggan disajikan sepoci teh tradisional Tiongkok.
Pada dasarnya, kotoran telinga yang dalam bahasa Inggris disebut dengan `earwax` dan dalam term medis bernama `cerumen` ini memiliki fungsi untuk melindungi kulit saluran telinga, lubrikasi, dan proteksi terhadap bakteri, jamur, atau serangga, dan air. Tapi jangan dibiarkan menumpuk, ya..
Advertisement