Kolaborasi Cokek dan Balet Klasik Jadi Penanda Kemunculan IDCO

Tarian asal Betawi Cokek berkolaborasi dengan balet klasik? Lihat sendiri di pentas We Dance yang digelar Indonesia Dance Company

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 01 Okt 2016, 10:17 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2016, 10:17 WIB
Kolaborasi Cokek dan Balet Klasik Jadi Penanda Kemunculan IDCO
Kolaborasi Cokek dan Balet Klasik Jadi Penanda Kemunculan IDCO

Liputan6.com, Jakarta Dikenal sebagai maestro tari tanah air, Marlupi Sijingga bersama anak dan cucunya, Fifi Sijingga dan Claresta Alim mendirikan Indonesia Dance Company (IDCO), sebagai wadah profesional untuk mengembangkan potensi tari sebagai profesi yang menjanjikan dan punya prospek baik.

Claresta Alim, saat launching IDCO di Gedung Kesenian Jakarta, Jumat sore (30/9/2016) mengatakan, Indonesia memiliki masa depan seni tari yang cerah, karena banyak potensi seniman tari yang luar biasa. "Kami hadir dengan visi misi ingin meningkatkan kualitasnya dan popularitas seni tari ke kancah yang lebih luas," kata Claresta.

IDCO nantinya akan menggunakan balet klasik sebagai fondasi dalam pelatihan, karena ballet dianggap dasar yang kuat dari beragam tari. Teknik balet melingkupi kelenturan tubuh, menggunakan otot dan garis tubuh yang indah dan benar, serta mengandung nilai estetika yang tinggi.

Untuk mengawali eksistensi, bersamaan dengan peluncurannya, IDCO akan menggelar pementasan perdana bertajuk "We Dance". Digelar di Gedung Kesenian Jakarta 1 dan 2 Oktober 2016, pementasan ini akan menampilkan beberapa jenis tarian dengan Claresta Alim sebagai Artistic Director dan Soraya Thajib, Siko Setyanto dibantu Claresta Alim sebagai koreografer.

Ada empat tarian yang dirajut dalam satu pementasan, salah satu yang menarik adalah tarian Sipatmo. Bagian ini menjadi menarik karena merupakan garapan yang berusaha menggunakan tari Cokek yang notabene sebagai tari tradisi Betawi dengan tari balet klasik. Kuat akan nuansa feminis, tarian Sipatmo bercerita tentang kehidupan perempuan di masa dulu, dari remaja hingga menjadi dewasa. Perempuan perlu menjaga hati, jangan dinodai dengan menjaga selalu sembilan lubang yang ada dalam tubuhnya.

Mengkolaborasikan balet klasik dengan garapan tari tradisi menjadi suatu yang unik dan baru di Indonesia. Yuliati, Guru Besar Seni Institut Kesenian Jakarta saat ditemui Liputan6.com mengatakan, "Kita jangan lihat tari tradisi itu sesuatu yang kaku, punya pakem yang kaku. Kita punya tari tradisi itu banyak, dilihat dari musiknya, seni rupa, dari sastranya, musik juga ya. Tapi itu perlu dimasukkan ya diinkorporasikan sebagai kreasi baru. Seberapa jauh klasik balet, Seberapa jauh tari tradisi, kemungkinanya bisa macem - macem. Itu adalah suatu pengembangan kreativitas berkesenian kita."

 

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya