Liputan6.com, Jakarta Salah satu tradisi pada tahun baru Imlek di Indonesia, Malaysia, dan Singapura adalah menghidangkan Yu Sheng. Makanan yang memiliki banyak makna ini ternyata memiliki cara-cara tertentu saat persiapan hingga penyajiannya.
Bahkan memakan Yu Sheng pada tahun baru Imlek mesti berantakan. Apa alasan di balik kebiasaan tersebut? Inilah penjelasannya, seperti yang dipraktikkan di restoran Table8, Hotel Mulia Senayan akhir pekan lalu.
Baca Juga
Advertisement
Yu Sheng merupakan makanan pertama yang disajikan di meja makan saat Imlek. Berbagai sayuran yang memiliki banyak warna dipotong tipis-tipis dan diletakkan dengan rapi di atas piring besar. Selain sayuran, makanan lainnya yang jadi pendamping adalah ikan segar dan keripik. Yu Sheng juga memiliki bumbu air lemon, garam dan merica, serta minyak kacang yang manis.
Sambil mencampurkan berbagai bumbu dan berbagai makanan tambahan lainnya, ada kalimat-kalimat yang harus diucapkan. Seperti “Semoga tahun ini semua harapan terkabul”, “Diberi kemakmuran dan keselamatan”, dan “Banyak sumber kekayaan” dalam bahasa Tiongkok. Setelah bumbu dan doa diucapkan, masing-masing anggota keluarga memegang sebuah sumpit, dan mengangkat tinggi-tinggi sayuran hingga tercampur sempurna.
Saat sumpit diangkat tinggi, semua orang berkata “lo hei” sambil membawa sayuran tinggi-tinggi ke atas udara. Tak jarang kebiasaan ini membuat makanan yang sudah berada di udara, jatuh tak beraturan.
Ternyata, banyak orang yang percaya, Yu Sheng yang berantakanakan membawa rezeki yang datang dari berbagai sumber. Mereka juga percaya, makin berantakan Yu Sheng di luar piring, berarti rezeki yang akan didapatkan akan mengalir hingga melimpah selama setahun ke depan sejak hari Imlek.