Liputan6.com, Jakarta Bagaimana bila seluruh kota habis dibantai oleh tangan tentara hingga tidak ada yang tersisa? Inilah kenyataan yang telah dihadapi oleh Kota Shahr-I Ghulghulah, atau yang kini dikenal sebagai City of Screams yang puing-puingnya masih tersisa hingga saat ini di Lembah Bamiyan, Afganistan.
Seperti yang dilansir dari en.unesco.org, Kamis (6/4/2017) kota yang ada dalam warisan dunia UNESCO ini dahulu berdiri denngan tenang di bawah kekuasaan Ghazni yang memerintah dengan kerajaan muslim. Â Pada abad ke-11, dibawah masa pemerintahan Sultan Mahmud of Chanza, kerajaan ini berkembang pesat dan menciptakan banyak arsitektur Islam di seluruh Lembah Bamiyan.
Baca Juga
Pangeran George Diyakini Tak Boleh Terbang Bersama Pangeran William dan Kate Middleton Setahun Lagi
Turis Amerika Iseng Garuk Nama di Gerbang Kuil Jepang, Berujung Ditangkap Polisi dan Repotkan Kedutaan Besar
Mengeluh Gara-gara Penerbangannya ke Australia Dibatalkan Imbas Erupsi Gunung Lewotobi, Influencer Dikecam Nirempati
Pada puncak kejayaannya, dilakukanlah perpindahan ibu kota kerajaan ke tempat yang lebih luas. Perpindahan ini dilakukan oleh Ghurids, yang memerintah pada tahun 1155 hingga tahun 1212. Akhirnya, sebuah istana dibangun dan menghadap ke dua patung Buddha yang berdiri tegak di tebing yang tinggi. Tidak hanya itu, Lembah Bamiyan juga dijaga oleh berbagai menara dan tentara yang berlapis untuk menjaga keamanan ibu kota baru ini.
Advertisement
Namun hal yang mengerikan terjadi, karena pada tahun 1221, kota yang menjadi pusat kerajaan ini diserang habis oleh tentara Mongolia. Semua kejayaan yang pernah berdiri, kini hanya menjadi puing-puing yang kemudian dikenal dengan Kota Tangisan. Hal yang sama juga terjadi dengan dua patung Buddha yang dahulu berdiri tegak di Lembah Bamiyan, kini sudah hancur di bom oleh Tentara Taliban pada tahun 2001.Â