Tradisi Berebut Berkah Gunungan Sekaten Keraton Solo

Klimaks peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Keraton Solo dihelat Jumat, 1 Desember 2017 siang di Masjid Agung.

oleh Fajar Abrori diperbarui 03 Des 2017, 14:53 WIB
Diterbitkan 03 Des 2017, 14:53 WIB
Tradisi Berebut Berkah Gunungan Sekaten Keraton Solo
Klimaks peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Keraton Solo dihelat Jumat, 1 Desember 2017 siang di Masjid Agung.

Liputan6.com, Jakarta Klimaks peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Keraton Solo dihelat Jumat, 1 Desember 2017 siang di Masjid Agung. Ribuan warga berebut dua gunungan. Warga berharap rayahan yang didapatkannya bisa memberikan berkah dan rezeki.

Siang yang mendung menggelayuti Solo pada saat itu. Cuaca yang tak panas tetapi juga tak turun hujan, tetap menggerakkan warga berbondong-bondong untuk datang ke Masjid Agung Solo. Tujuan mereka adalah sekadar meramaikan Grebeg Maulid ataupun ikut berebut gunungan.

Jam menunjukkan pukul 10.00 WIB, makin banyak warga yang menyambangi Masjid Agung. Beberapa ada yang menuju serambi mendengarkan khotbah ustaz. Ada juga yang menuju depan masjid untuk menanti gunungan datang dari Keraton Solo.

Setengah jam kemudian, derap suara drum band dan prajurit Keraton Solo terdengar menuju Masjid Agung. Beberapa warga ada yang meringsek menuju depan serambi masjid. Tak berselang lama, alim ulama Keraton Solo mendoakan dua pasang gunungan yang terdiri empat gunungan.

Usai didoakan, warga langsung beramai-ramai berebut sepasang gunungan jaler dan estri. Sementara dua gunungan lainnya diusung kembali ke Keraton Solo untuk dibagikan kepada para abdi dalem.

Gunungan jaler (laki-laki) berisi bahan makanan mentah seperti sayur mayur, palawija dan ketela. Sementara gunungan estri (perempuan) terdiri dari makan matang. Bukan sekadar tanpa makna dua gunungan ini.

Gunungan jaler menyimbolkan laki-laki yang memiliki tugas mencari tanggung jawab mencari nafkah. Sementara gunungan estri melambangkan tugas istri mengolah makanan menjadi siap saji.

Dua gunungan ludes dalam waktu tak sampai lima menit. Bukan hanya merayah isi gunungannya, tapi juga berusaha mendapatkan benda-benda yang menancap di gunungan. Mereka juga mencari sisa gunungan setelah rayahan. Warga terlihat girang saat mendapatkan bagian dari gunungan itu.

Seperti yang dirasakan oleh salah seorang warga Polokarto Sukoharjo bernama Wiyono. Lelaki tua ini berhasil mendapatkan tusuk bambu dan nasi serta kulit telur. Wiyono mengaku akan menancapkan tusuk bambu ke ladang sawah miliknya. "Biar sawah bebas hama, hasil panennya bagus, " harap dia.

Klimaks peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Keraton Solo dihelat Jumat, 1 Desember 2017 siang di Masjid Agung.

Sementara nasi dan kulit telur bakal ditaruh di kandang ayam miliknya, dengan harapan ternak ayamnya bertambah banyak. "Kalau Grebeg Maulid pasti ke sini. Ikut jejak simbah-simbah saya zaman dulu, " ujar dia.

Tak beda jauh dengan Wiyono. Ada Daliman warga Sukaharjo yang begitu riangnya mendapatkan potongan sayuran dan kacang panjang. Hasil rayahannya ini bakal ditempatkan di gerobak makanannya. "Biar jualannya lancar, " tuturnya.

KRT Pujodipuro, Tafsir Anom Keraton Solo mengatakan jika Grebeg Maulid merupakan puncak acara Sekaten untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Grebeg Maulid merupakan simbol syukur keraton Solo atas kehadiran Nabi Muhammad SAW di dunia.

"Keraton memiliki tanggung jawab besar untuk bersyukur dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, " jelasnya.

Pengageng Parentah Keraton Solo, KGPH Dipokusumo mengungkapkan, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Keraton Solo atau dikenal dengan nama Sekaten sudah dimulai sejak sepekan lalu dengan tabuhan gamelan. Sekaten adalah tata cara yang dilakukan keraton untuk menghormati hari kelahiran Nabi Muhammad.

"Ini sudah diawali sejak zaman Kerajaan Demak abad 15, " kata putra putra raja yang kerap dipanggil dengan nama Gusti Dipo itu.

(Fajar Abori)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya