Liputan6.com, Jakarta - Setiap daerah di Indonesia memiliki motif batik khas, termasuk motif Lokcan pada batik Lasem. Bermula pada abad ke-19, motif ini menggambarkan sebuah burung yang dibawa oleh tentara Tartar dengan menampilkan pola-pola ragam hiasan satwa khas Tiongkok, seperti naga, burung hong, kilin, kura-kura, dan juga lambing banji. Ada pula, ragam hias dari keramik kuno dengan dominasi warna merah dan biru.
Awalnya, motif lokcan dibuat dengan bahan sutra dan dengan warna dominan biru, khususnya biru muda. Juga, memiliki kesan warna latar belakang putih atau krem. Namun kini, banyak dijumpai motif Lokcan berbahan katun primis super halus dengan variasi warna yang semakin menarik.Â
Advertisement
Baca Juga
Menurut berbagai sumber yang ada, ornamen utama motif Batik Lasem Lokcan sesungguhnya berupa pengembangan dari burung hong atau phoenix, yang saat ini dapat ditemukan dan dimodifikasi dengan motif burung kecil, seperti walet atau sriti. Bentukan dari modifikasi tersebut selalu diharmonisasikan dengan motif flora dan fauna. Selain bernilai estetis, ia juga memiliki makna sosial filosofis, ialah kebajikan, prestasi, dan keabadian.
Mengutip dari buku Cerita Batik Iwet Ramadhan, Kamis (13/12/18), motif ini banyak disukai di daerah Bali, Lombok hingga Sumba. Di Sumatra Barat, motif ini kemudian dimodifikasi warnanya menjadi cokelat tanah.
Tak hanya itu, terdapat motif lain seperti latar latohan dan juga batu pecah. Latohan berasal dari sejenis tanaman laut, seperti ganggang yang banyak dijumpai di pesisir pantai Lasem.
Sedangkan, motif pecahan batu kecil-kecil ini tercipta ketika Gubernur Daendles yang lagi membangun rute jalan pos Anyer-Panarukan hingga menelan banyak biaya dan juga korban jiwa. Tragedi inilah yang membekas di hati masyarakat Lasem sehingga mengabadikannya ke dalam motif batik tersebut.
Batik Lasem
Masih dikutip dari buku tersebut, batik yang berasal dari Kota Lasem, Rembang, Jawa Tengah, memiliki jejak panjang kebudayaan Jawa dan Cina. Ratusan tahun lalu, kota ini menjadi awal persinggahan imigran Cina di Tanah Jawa, sehingga Lasem dijuluki sebagai kawasan Tiongkok kecil.Â
Teknik batik pertama kali masuk dalam kota ini diperkenalkan oleh seorang anak buah dari kapal Laksamana Ceng Ho bernama Bi Nang Oen dan istrinya Na Li Ni yang kemudian menaruh hatinya di kota tempatnya sekarang dan mulai melakukan banyak inovasi terhadap corak batik khas Lasem tersebut.
Anda bisa menemukan sejumlah bangunan bergaya Cina dan motif-motif peranakan pada Batik Lasem yang menjadi bukti peninggalan Cina di daerah ini. Ciri khas yang dimiliki dari batik Lasem ialah warnanya yang merah seperti darah ayam.Â
Batik Lasem tak hanya berkembang di area Jawa, tapi juga di Lombok, Bali, Sumatera, Sulawesi hingga Suriname. Selain itu, batik Lasem juga bicara soal batik tiga negara yang dicelupkan di tiga tempat berbeda. Warna merah dihasilkan di Lasem, biru dihasilkan di Pekalongan, sedangkan sogan biasanya ditempatkan sebagai latar yang dicelupkan di Solo.
Setelah berada di masa kejayaan, produksi batik Lasem menurun karena sulitnya mendapatkan bahan baku kain mori ketika Jepang masuk ke Indonesia. Semenjak itu, batik Lasem sempat kehilangan masa produksi hingga kehabisan tenaga untuk bekerja.  (Mariany)
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement