Mewujudkan Indonesia Damai Lewat Upacara Agung Homa Atisa

Upacara Agung Homa Atisa dilakukan umat Budha untuk mengenang Atisa yang pernah tinggal di Indonesia.

oleh Henry Hens diperbarui 15 Des 2018, 02:53 WIB
Diterbitkan 15 Des 2018, 02:53 WIB
Upacara Agung Homa Atisa
Upacara Agung Homa Atisa yang diikuti umat Budha Indonesia. (foto: istimewa/Henry)

Liputan6.com, Jakarta – Memperingati 1000 tahun kedatangan Atisa Dipamkara ke Indoneisa, umat Budha Tantrayana Zen Fo Cong mengadakan Upacara Agung Homa Atisa 2018 pada 8 Desember 2018. Acara yang dipimpin oleh Dharma Raja Lian Sheng itu berlansung di ICE – BSD, Tangerang, Banten dan dihadiri sekitar 30 ribu umat Budha.

Siapa Atisa Dipamkara? Dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Atisa Dipamkara adalah seorang pelajar yang ingin selalu mendalami Boddichita. Di usia 30 tahun ia memutuskan untuk datang ke Indonesia karena pada waktu itu Sriwijaya merupakan pusat pembelajaran agama Budha.

Ia mencari Guru Besar Darmakitri dari Svarnadipa (Sumatera), yang berada di Jambi, untuk belajar lebih jauh tentang Buddhisme. Selama 12 tahun (1013 – 1025) diajarkan Buddha Dharma di Muara Jambi oleh Guru Besar Dharmakitri dari Svarnadipa, Atisa kembali ke India dan menjadi kepala vihara di sekolah terdahulunya yaitu universitas monastik Vikramasila.

Atisa lalu datang ke Tibet dan merangkum berbagai ajaran Budha ke dalam sebuah karya yang dipelajari oleh banyak praktisi di seluruh dunia sampai saat ini. Salah satunya adalah Pelita Sang Jalan Menuju Pencerahan (Bodhipathapradipa), sebuah naskah panduan singkat yang terdiri dari 68 bait.

Karya ini memaparkan ajaran Buddha secara sistematis dan bertahap. Dharma berupa tulisan serta buku-buku yang ditulisnya sangat berpengaruh terhadap penyebaran agama Budha di Indonesia maupun di dunia. Atisa Dipamkara yang dikenal sebagai pemimpin agama Buddha dari Tibet punya hubungan yang sangat erat dengan Indonesia.

Hal ini terlihat dengan ada garis spiritual geografis utara-selatan antara Stupa Borobudur di Indonesia dan Stupa Kumbum di Gyantse, Tibet. Atisa sendiri wafat di Nyetang pada 1054 di usia 72 tahun.

Sementara itu, Dharma Raja Lian Sheng yang memimpin upacara adalah pendiri True Buddha School atau Zhen Fo Zong dan mendapat panggilan sebagai Budha karena dikenal suka menolong orang lain.

Kegatan lain yang dilakukan dalam Upacara Agung Homa Atisa 2018 adalah berdoa bersama. Dalam acara tersebut mereka berharap agar Indonesia kedepannya menjadi negara yang makin maju, sejahtera, aman, damai dan sentosa.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya