Kombinasi Apik Wayang Orang dengan Seni Digital dalam Lakon Smaratapa

Memberikan sentuhan baru di pementasan wayang orang, lakon Smaratapa dipentaskan dengan begitu memesona.

oleh Asnida Riani diperbarui 17 Des 2018, 08:15 WIB
Diterbitkan 17 Des 2018, 08:15 WIB
Wayang Orang
Pementasan wayang orang dengan lakon Smaratapa di Gedung Pewayangan Kautaman, Jakarta, 16 Desember 2018. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Liputan6.com, Jakarta - Jakarta jadi kota terakhir, setelah Solo dan Surabaya, dalam gelaran Kautaman Tiga Kota. Bertempat di Gedung Pewayangan Kautaman, Jakarta, Minggu, 16 Desember 2018, para pemain yang berasal dari ragam komunitas ini membawakan lakon Smaratapa.

Pemandangan berbeda pun disuguhkan di karya anual yang memasuki tahun ke-4 tersebut. Berpadu selaras dengan cerita yang dibawakan, seni digital dalam bentuk visual pun dihadirkan guna menujang kesempurnaan pertunjukan.

"Sekarang memang lebih main taste. Menurutku, kita tidak bisa lagi refer ke bentuk-bentuk klasik. Tapi, tetap harus match dengan kostum dan semua aspek," kata Sutradara Smaratapa Nanang Hape pada Liputan6.com usai pertunjukan.

Hal ini diupayakan Nanang agar penonton mendapat persepsi bahwa dunia wayang tidak terlalu jauh dengan keseharian. Karenanya, ia memilih sederet background dengan setting yang dekat dengan alam manusia.

 

Wayang Orang
Pementasan wayang orang dengan lakon Smaratapa di Gedung Pewayangan Kautaman, Jakarta, 16 Desember 2018. (Liputan6.com/Asnida Riani)

"Wayang harus bisa masuk ke ruang-ruang tertentu. Jangan sampai alergi dengan teknologi. Tapi, dengan adaptasi yang tepat," tambahnya. Sentuhan baru ini juga dirasakan lewat durasi pementasan yang tidak terlalu panjang.

"Supaya orang masih segar, bisa ngobrol. Wayang orang mestinya jadi tontonan hari ini. Penggarapan serius, cari format yang tepat, bagaimana wayang dipertontonkan tetap dalam bentuk tradisinya," Nanang menjelaskan.

Melengkapi pembaruan itu, Nanang juga menuturkan bila dirinya menulis ulang semua dialog tokoh. Hal ini dilakukan agar apa yang diucapkan benar-benar substansial. Ia ingin membuat pertunjukan wayang dengan unsur-unsur padat guna memotong durasi dinilai kurang efektif.

"Aku coba berpikir sebagai penonton. Di luar cerita dan interpretasi, makanya mikirin kemasan. Bagaimana mengemas ini untuk mata penonton umum, ritme penonton umum. Di situ kemudian kita beradaptasi. Bagaimana menata secara compact, tapi cerita utuh," jelas sutradara pergelaran  wayang orang tersebut.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lakon Smaratapa

Wayang Orang
Pementasan wayang orang dengan lakon Smaratapa di Gedung Pewayangan Kautaman, Jakarta, 16 Desember 2018. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Smaratapa sendiri merupakan sebuah tafsir atas epos Ramayana yang mengisahkan peristiwa penculikan Sinta oleh Dasamuka di Hutan Dandaka, serta perjuangan Ramawijaya untuk membebaskan Sinta.

Setelah belasan tahun peristiwa itu terjadi, Anoman dipilih untuk berangkat ke istana Dasamuka guna memastikan keadaan Sinta dan menakar kekuatan pasukan Alengka. Anoman membuat keributan di Taman Soka, tempat Sinta dikurung. Lalu, membakar istana megah tersebut hingga tersisa setengahnya.

Anoman kembali membawa kabar untuk Ramawijaya. Hari itu tambak mulai dibangun dengan bantuan Wibisana, adik Dasamuka yang memilih bergabung dengan Ramawijaya . Pasukan kera mengugurkan bukit-bukit, menimbun lautan, membangun jalan dari Mangaliawan menuju Alengka.

Peperangan pun pecah. Para raksasa bagaikan barisan gunung. Korban tak terhitung lagi. Di tengah puncak pertarungan, Ramawijaya dan Dasamuka meluapkan segenap indra, terkepung dalam pertarungan tak usai-usai. Demi cinta, atau entah untuk apa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya