Liputan6.com, Jakarta - Galeri Indonesia Kaya (GIK) tetap konsisten menjadi ruang publik yang didedikasikan untuk masyarakat dan dunia seni pertunjukan Indonesia. Yang terbaru, dengan tema Panggung Ruang Kreatif, GIK bersama Guruh Se-Balane mempersembahkan sebuah pertunjukan bertajuk Hom Pim Pah.
Kelompok yang berasal dari Banyumas, ini akan memaknai kalimat Hom Pim Pah dalam sebuah nuansa berbeda. Hom Pim Pah menjadi alunan musik tradisi Indonesia yang akan menghibur para penikmat seni di Auditorium GIK.
Kalimat “Hom Pim Pah Alaihom Gambreng” mungkin sering kita dengar atau diucapkan oleh anak-anak maupun kita yang dewasa untuk mengundi suatu permainan dan sebagai penentu siapa yang menang, siapa yang kalah.
Advertisement
Baca Juga
Namun, siapa yang mengira kalau kalimat yang diadaptasi dari bahasa Sansekerta tersebut punya arti yang sangat dalam, yaitu ‘dari Tuhan kembali ke Tuhan, mari kita bermain’.
"Melalui pertunjukan ini, para penikmat seni diajak untuk bersama-sama memaknai arti yang tersirat dalam musik yang kami sampaikan," terang Guruh Purbo Pramono selaku pimpinan produksi dari Hom Pim Pah, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com.
Selama sekitar satu jam, kita bisa melihat dan mendengarkan alunan musik indah yang dibawakan oleh kelompok Guruh Se-Balane.
Perpaduan alat musik tradisional dan modern seperti gambang calung, dhendhem, kenong, klunthung sapi, saxophone, biola, gong bumbung, dan suling yang dibawakan ini bukan hanya menghasilkan suara yang unik.
Di sisi lain juga menjadi ajaran luhur yang sederhana bagi anak-anak untuk selalu melakukan perbuatan sekecil apapun dengan penuh keseriusan dan berjiwa besar. Konsep Hom Pim Pah bisa dibilang dunia bermain-main yang dilakukan dengan serius, karena dalam sebuah permainan pasti ada sejumlah aturan yang sudah disepakati bersama.
Menurut Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Guruh Se-Balane merupakan satu dari 14 kelompok terpilih program Ruang Kreatif: Seni Pertunjukan Indonesia 2018.
Menumbuhkan Bakat Baru
Program tahunan yang rutin diadakan sejak 2016 ini termasuk program yang bertujuan untuk menumbuhkan bakat-bakat baru kreator seni di dunia seni pertunjukan Indonesia.
"Kami harap, kedepannya kelompok-kelompok terpilih program Ruang Kreatif: Seni Pertunjukan Indonesia bisa terus berinovasi dan menghasilkan banyak karya inspiratif dan memajukan seni budaya Indonesia," ucap Renitasari.
Dalam proses persiapannya, 14 kelompok terpilih program Ruang Kreatif: Seni Pertunjukan didampingi sejumlah mentor yang ahli dalam bidangnya seperti, Garin Nugroho, Eko Supriyanto, Ratna Riantiarno, Rama Soeprapto, Djaduk Ferianto, Tinton Prianggoro, Iswadi Pratama, Ruth Marini, Subarkah Hadisarjana, Hartati, dan Butet Kartaredjasa.
Di zaman milenial seperti ini yang pengaruh budaya asing sangat deras, Program Ruang Kreatif sangat dibutuhkan, karena dapat mewadahi generasi baru untuk berkembang dan berkarya lewat kreativitasnya.
Menurut Djaduk Ferianto selaku mentor dari kelompok Guruh Se-Balane, Guruh termasuk komposer muda yang mampu menafsirkan tradisinya ke dalam ruang kreatif dan mampu menjadikannya sebuah tradisi baru.
Dengan didukung para pemain yang beragam baik yang senior maupun yang muda, menjadikan karyanya penuh imaji dan menyadarkan kita akan kekayaan musik yang ada di negeri ini.
"Hom Pim Pah sepeti membawa kita ke dalam dunia permainan anak-anak, namun ditangan Guruh dunia main-main tadi menjadi serius. Saya harap, kedepannya kelompok-kelompok terpilih dalam program Ruang Kreatif bisa mempersembahkan karya-karya bermanfaat bagi Bangsa dan Negara kita," ujar Djaduk Ferianto.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement