Di Tengah Gempuran Tren Kuliner, Akankah Warteg Bertahan?

Warteg selama ini lekat dengan masyarakat Indonesia lantaran menyediakan nasi dan menu lauk dan sayur pendamping yang beragam.

oleh Asnida Riani diperbarui 18 Nov 2019, 17:02 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2019, 17:02 WIB
Warteg
Deretan makanan di salah satu warteg yang berada di kawasan Kali Pasir, Cikini, Jakarta Pusat. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Liputan6.com, Jakarta - Deretan tren kuliner, mulai dari makanan hingga minuman, sudah tak lagi bisa dibendung. Di tengah menjamurnya ragam kreasi sajian, bagaimana nasib 'pemain lama' seperti warung tegal alias warteg?

Dosen Sejarah dan Filologi Universitas Padjadjaran Fadly Rahman mengatakan, eksistensi warteg selama puluhan tahun ke depan diprediksi susah bergeser. "Sekalipun ada bisnis pesan-antar makanan online," katanya lewat sambungan telepon pada Liputan6.com, Kamis, 14 November 2019.

Perkiraan ini dilontarkan Fadly karena ia menilai, warteg merupakan salah satu usaha yang adaptif dengan industri kuliner. Bahkan, mereka tak segan memutakhirkan diri dan tergolong sudah sangat ramah dengan teknologi.

"Sudah cukup banyak warteg yang meng-online-kan diri, meninggalkan citra kumuh. Pergerakan ini membuat mereka tak hanya erat dengan segmen konsumen menengah ke bawah, tapi menengah ke atas pun bisa menikmati warteg," ujarnya.

Dengan sifatnya yang adaptif itu pula, Fadly mengatakan, perkembangan warteg akan semakin beragam dalam kurun waktu lima tahun ke depan. "Saya bahkan yakin sampai 10 tahun ke depan, warteg tidak akan tergusur," tambahnya.

Prediksi ini, kata Fadly, bisa sangat mungkin akurat selama pola makan orang Indonesia tak bergeser dari nasi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Modernisasi Warteg

Aneka Sayuran
Aneka sayuran di warteg. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Fadly beranggapan, wajar ada pelaku usaha yang ingin memoderinisasi warteg, menghigieniskan ruang, dan bahan makanannya. "Karena kelas sosial ekonomi tinggi punya ekspektasi lebih pada kualitas dan servis," katanya.

Kendati, pemilik Warteg Kharisma Bahari Sayudi mengatakan, mindset orang, makanan warteg harganya murah. Jadi, jangan sampai menghilangkan kesan itu dengan bertolak ukur pada segmen yang hendak dikejar.

Alasan lain warteg diteorikan tak akan tergusur adalah berkenaan variasi menu. "Karena pada dasarnya kebutuhan pokok masyarakat Indonesia sangat simpel. Yang penting makan dan kenyang. Menu warteg sangat bervariasi dan cocok di mana kapan pun," tutur Fadly.

Persoalan warung makan lokal hampir selalu berkaitan dengan kebersihan, sanitasi di dalam warteg, serta apakah jarak dapur dan kamar mandinya cukup jauh, semua harus diperhatikan demi keberlangsungan usaha.

"Harus ada penyuluhan dan ketentuan soal konsep tata ruang dalam warung tadi," kata Fadly.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya