Cerita Perempuan Singapura Berutang Rp8,2 Miliar untuk Operasi Pembesaran Payudara

Kepada teman-temannya, perempuan Singapura itu meminjam utang dengan berbagai alasan, kecuali mengatakan yang sebenarnya, yakni operasi pembesaran payudara.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 31 Des 2019, 02:02 WIB
Diterbitkan 31 Des 2019, 02:02 WIB
Ilustrasi Payudara
Payudara bisa kencang tanpa operasi

Liputan6.com, Jakarta - Jangan berutang bila tak yakin bisa membayarnya. Pelajaran ini yang didapat dari kisah seorang perempuan Singapura yang berutang kepada 70 orang teman dan kenalannya.

Kasus yang membelit perempuan bernama Alexandra Low (25) itu kini ditangani kepolisian. Pasalnya, ia berutang lebih dari 800 ribu dolar Singapura atau sekitar Rp8,2 miliar dan tak kunjung dibayarkan.

Dikutip dari laman AsiaOne, Senin, 30 Desember 2019, Low yang merupakan mantan analis keuangan itu diketahui telah meminjam sejumlah uang dengan berbagai alasan. Salah satunya untuk membayar uang muka untuk membeli rumah.

Alasan lain yang dipakai Alexandra adalah untuk membayar utang pamannya yang sakit gara-gara kecelakaan kerja. Kepada temannya yang lain, perempuan Singapura itu mengaku ibunya dirawat di rumah sakit sehingga ia harus membayar tagihannya segera.

Tetapi kepada polisi, ia membuat pengakuan mengejutkan. Ia mengaku berutang ratusan ribu dolar Singapura dari teman-temannya untuk operasi pembesaran payudara.

Hal itu terungkap dalam laporan polisi yang ditemukan The Straits Times. Polisi mengonfirmasi investigasi kasus tersebut masih berlangsung.

Penipuan bermodus utang terungkap setelah teman-teman perempuan itu saling berbicara satu sama lain. Mereka tersadar bila telah menjadi korbang utangan.

Beberapa dari mereka segera mengkonfrontasi temuan tersebut. Sementara, korban perempuan Singapura lainnya membawanya ke kantor polisi dan memaksanya mengaku pada bulan lalu.

Rata-rata uang yang dipinjamkan berjumlah sekitar 6.500 dolar Singapura per orang. Tetapi, ada yang sampai meminjaminya sekitar 121.500 dolar Singapura atau Rp1,255 miliar. Hal itu berdasarkan hasil laporan polisi.

Seorang teman dekat Alexandra yang namanya tak mau disebutkan mengatakan ia meminjamkan 20.000 dolar Singapura sekitar Agustus lalu. Saat itu, ia beralasan butuh uang untuk membayar uang muka rumah.

Alexandra mengaku tak bisa meminjam dari orangtuanya lantaran sang ayah juga terpakai oleh temannya yang lain. Kepada temannya itu, ia mengaku akan mengembalikan pinjamannya dalam waktu seminggu.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Mahasiswa Berprestasi

Pimpinan Sekte Penghapus Utang Jalani Pemeriksaan Dua Jam di Cirebon
Ilustrasi penipuan. Foto: Unsplas.com

Faktanya, ia selalu menunda pembayaran dengan berbagai alasan setiap kali ditagih. Ia bahkan disebut meminta lebih banyak pinjaman setelah membayar pinjaman awal.

"Kami pikir ayahnya lah yang terlilit utang. Itulah sebabnya meski ia tak mengatakan kebenaran, kami tetap meminjaminya uang. Ia terdengar sangat putus asa," kata perempuan yang jadi korban Alexandra itu.

Teman Alexandra yang lain merupakan seorang mantan teman kuliahnya di Nanyang Technological University. Ia mengaku mempercayai perempuan itu hingga bersedia meminjaminya 1.000 dolar Singapura.

"Dia bukan seseorang yang terlihat seperti penjudi yang tak memiliki pekerjaan..Dia adalah seorang yang berprestasi selama berkuliah di NTU dan dia merupakan pembaca pidato kelulusan di kampus," ujar lelaki yang dipanggil Tan itu.

Dia menambahkan, ia tak bisa menuntutnya lantaran jumlah utang yang dipinjamkannya tak sepadan dengan ongkos yang dibayarkan untuk menyewa pengacara.

Akibat ulahnya, sang ayah harus membayarkan utang ratusan ribu dolar. Sejauh ini uang yang dikembalikan mencapai 400 ribu dolar Singapura untuk sejumlah kreditor.

Sementara, Alexandra harus kehilangan pekerjaannnya lantaran kasus hukum yang membelitnya. Meski begitu, ia bersikeras akan mengembalikan uang yang dipinjamnya.

"Terkait pengembalian, aku memang bermaksud mengembalikannya tetapi aku harus mencari cara dari sumber pendapatan lain," ujarnya yang kini menjalani sesi konseling dan perawatan psikologi lantaran perilakunya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya