Liputan6.com, Jakarta - Dalam rangka Hari Internet Aman Sedunia yang jatuh hari ini, Selasa (11/2/2020), mengetahui sederet ancaman mengincar anak di dunia maya boleh jadi salah satu bahasan untuk Anda cermati.
Pasal, era digital society seperti sekarang membuat anak-anak tak mungkin luput dari paparan internet. Mengidentifikasi bahaya merupakan langkah awal untuk menyusun tindakan preventif bagi buah hati.
Ketua Yayasan Sejiwa Diena Haryana memaparkan, dari sekian banyak, ada beberapa fenomena negatif yang belakangan perlu atensi ekstra terakit penggunaan internet oleh anak.
Advertisement
Baca Juga
"Adiksi games jadi salah satu yang harus diwaspadai orangtua," katanya di sela peresmian kampanye "Tangkas Berinternet" gagasan Google di bilangan Jakarta Pusat, 10 Februari 2020. Kemudian, paparan pornografi juga harus dalam tingkat kewaspadaan tinggi, pun predator anak.
"Saya menemukan di kabupaten kecil di Kalimantan, pacar online sedang jadi hot topic di kalangan remaja di sana. Kumpul, yang diomongin, 'Aku dong punya pacar di sini'. Mereka pamer, bangga, tanpa sadar fenomena ini jadi ladang predator anak beraksi," jelasnya.
Lalu, ada pula kejadian ekspolitasi seksual anak di ranah daring. Juga, keberadaan cyber crime. "Karenanya penting untuk orangtua jadi pendamping anak selama mengakses internet," imbuh Diena.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Apa yang Bisa Dilakukan Orangtua?
Di samping terus mengedukasi diri tentang literasi digital, ada beberapa trik agar anak mengakses internet dengan aman dan bisa memanfaatkan fungsinya sebaik mungkin. "Pertama, screentime. Batasi waktu anak memegang gadget, mengakses internet," terang Diena.
"Misal, anak lima sampai enam tahun, setengah jam dalam sehari cukup. Itu pun jangan sampai mereka pegang sendiri. Gadget harus di tangan orangtua dan diarahkan konten mana yang sekiranya menarik dan, tentunya, positif," sambungnya.
Seiring usia, screentime boleh ditambah sembari pengawasan dilakukan dari jauh. Kebiasaan yang terbentuk dalam berinternet secara kecil dipercaya membuat mereka lebih bertanggung jawab dalam memanfaatkan teknologi.
Kemudian, screenbreak. Menyambung dari waktu yang diberikan pada anak untuk bemain gadget dan mengakses internet, ada juga waku mereka bebas berinteraksi, bermain, dan beraktivitas tanpa melihat ke layar.
"Keseimbangan positif seperti ini sudah harus dibangun sejak kecil. Jadi, anak tidak menangis, tidak rewel, kalau tidak dikasih gadget," ucap Diena.
Ajari juga adab berinteraksi dan merespons berbagai kejadian di dunia maya. "Kasus paling mudah adalah bagaimana anak bisa mengidentifikasi cyberbullying dan sikap apa yang harus diambil dalam kondisi itu. Cara paling gambang memberitahukannya memang dari kasus," kata Diena.
Advertisement