Cerita Penyandang Tunadaksa yang Menerima Bantuan Kaki Palsu

Setelah delapan tahun menjalani perawatan, siswa SD meminta agar kakinya diamputasi.

oleh Komarudin Komar diperbarui 28 Feb 2020, 15:01 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2020, 15:01 WIB
Kaki Palsu
Kaki palsu. (dok. Liputan6.com/Adhita Diansyavira)

Liputan6.com, Jakarta - Semangat baru terasa memenuhi ruangan Perkumpulan Hin An, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis, 27 Februari 2020. Para penyandang tunadaksa dari berbagai usia berkumpul untuk mendapatkan bantuan berupa kaki palsu dan tangan palsu.

Tak terkecuali Ahmad Burhanudin, siswa kelas 6 SD yang terpaksa kehilangan kakinya sekitar satu tahun lalu. Menurut sang Ibunda, Zulfa, Burhan memang punya kelainan di bagian kakinya, hal ini terlihat sejak usianya 3,5 tahun.

Terdapat tiga benjolan di sekitar pergelangan kakinya. "Ada benjolan, di sini (pergelangan kaki), ada tiga, bentuknya kayak bakso gitu pas diperiksa kata dokter kanker," jelas Zulfa.

Delapan tahun Burhan menjalani perawatan di rumah sakit umum dan delapan bulan pengobatan di Rumah Sakit Fatmawati. Tentu biaya pengobatan menguras uang yang tidak sedikit. 

Hingga akhirnya dokter memutuskan untuk mengambil tindakan amputasi. Sang ibu tak langsung mengiyakan keputusan tersebut, melainkan bermusyawarah dengan pihak keluarga.

Namun, hal mengagetkan justru datang dari Burhan, di usianya yang baru menginjak 11 tahun ia meminta kakinya langsung diamputasi saja. "'Udah, bu. Buntungin aja, gapapa'," ucap sang ibu meniru perkataan anaknya saat itu.

Semangat Burhan tak surut meski kehilangan anggota tubuhnya dan menyandang tunadaksa. Ia menyebutkan ingin memperdalam ilmu agama. Saat ditanya alasannya bisa tegar di usia yang masih belia, Burhan hanya diam dan tersenyum tipis.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Terima Bantuan Kaki Palsu

Penyerahan Kaki Palsu
Penyerahan bantuan berupa kaki palsu dan tangan palsu untuk penyandang tunadaksa. (dok. Liputan6.com/Adhita Diansyavira)

Kaki palsu dijual di pasaran mulai dari Rp2,5 juta. Tak heran, jika banyak penyandang tunadaksa yang lebih memilih menggunakan alternatif tongkat ketimbang kaki palsu.

Meski membantu, tongkat terhitung sedikit merepotkan dan membuat gerak lebih terbatas. Kaki palsu yang didapatkan Burhan merupakan sumbangan dari SOGO Departement Store.

Dalam rangka hari jadi yang ke-30, SOGO menyebarkan bentuk kepedulian mereka terhadap penyandang disabilitas.

Tak hanya kaki palsu dan tangan palsu, perusahaan toserba ini juga berhasil mengumpulkan 3.100 kantong darah dalam program donor darah yang berlangsung di 19 gerai SOGO tersebar di seluruh Indonesia. (Adhita Diansyavira)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya